Seorang gadis kecil tengah meringkuk disudut kamarnya. Kedua kakinya dilipat dengan dipeluk oleh kedua tangan mungilnya. Isakan ketakutan dan penuh harap terdengar lirih terbenam karena wajahnya yang disembunyikan."Gadis kecilnya paman, kita main lagi yuk, seperti kemarin."
Suara bass yang dulunya sangat dipercaya oleh si gadis kecil kini berubah menjadi ancaman. Mungkin dulu ia belum begitu memahami, akan tetapi gadis manis ini dianugerahi kecerdasan bukan tanpa alasan, semakin lama ia semakin paham bahwa yang dilakukan oleh 'paman' tersebut adalah salah.
"Manis..."
Pria ini meraih dagu sang gadis dan membawanya untuk menatap wajah kekar miliknya. Senyum menggelikan itu kembali nampak dari sudut bibirnya, sementara sang gadis semakin terisak.
"Sshh.. Sshh.. Anak manis tidak boleh menangis, paman akan mengajakmu bermain."
Sang gadis masih terus terisak sembari menata suaranya yang tersekat. Hingga sebuah kalimat protes berhasil ia suarakan,
"In-ini salah pa-paman. Mika tidak mau."
Gadis berusia sembilan tahun ini tergagap menahan isakan. Senyum mengerikan sang paman perlahan mulai musnah dari sudut bibirnya. Tatapanya menjadi serius sesaat sebelum akhirnya kembali menampakan senyum memuakan itu lagi.
"Tidak Mika sayang.. kita hanya bermain sebuah permainan sederhana. Ayo anak manis, paman ajarkan permainan baru padamu."
Pria dengan seringai jahatnya ini mulai mengangkat tubuh Mika kecil dan membawanya. Mika terpejam berharap siapapun akan datang menerobos masuk kedalam kamarnya.
Brakk!
.
."Aaakh..!!!"
Mika bangun dari mimpinya dan langsung terduduk ditempat tidur. Gadis ini baru saja mengalami mimpi dari potongan memori kelam masa lalunya. Tidak lama berselang seorang gadis yang nampak beberapa tahun lebih tua masuk ke dalam kamar Mika dengan terburu-buru. Gadis dengan piyama tidur gambar kucing kuningnya ini terlihat khawatir. Gadis berambut pendek sebahu dengan kuncir kecil menghiasi rambutnya ini nampak cantik meskipun tanpa riasan. Menyadari keberadaanya, Mika lantas tidak dapat menyembunyikan rasa haru dalam dirinya.
"Nona? Nona ada—"
"Aku mimpi buruk, Cha."
Ucapan gadis yang dipanggil Cha ini berhasil disela oleh Mika dengan pelukanya. Mika memeluk pinggang Cha yang sedang duduk di sampingnya. Dia tidak punya pilihan lain selain mendekap tubuh nona muda nya, sembari mengusap lembut rambut hitam nona nya berharap dapat menenangkanya yang kini telah berhasil mengeluarkan tangisnya.
"Tenanglah Nona Mika, itu hanya mimpi buruk Nona."
"Aku takut Cha. Aku takut."
Mika semakin mengeratkan pelukanya. Sementara sosok Cha sudah menahan nafas untuk melawan kenyataan pahit hidupnya. Cha masih tetap berusaha tenang dan mengusap-usap rambut halus dari nona muda nya.
"Chabelita..."
"Iya Nona."
"Setiap kali aku memelukmu, kenapa tubuhmu jadi kaku? Apa pelukanku terlalu erat?"
Chabelita sedikit tersentak dengan pertanyaan Mika. Tiba-tiba tenggorokanya menjadi kering. Tidak dapat dipungkiri bahwa pelukan Mika memang terkadang membuatnya sesak, akan tetapi nona muda nya ini tidak menyadari bahwa terdapat bagian lain yang dibuat sesak oleh pelukan eratnya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bodyguard : Man with a Girl's Uniform [ COMPLETE √ ]
FanfictionBayangkan jika orang terdekatmu adalah jenis manusia yang selama ini kamu hindari. Mikaila Rivera Demariez adalah gadis tujuh belas tahun yang mengidap Androphobia. Ini adalah fobia yang membuat seseorang merasa takut saat melihat pria di sekitarnya...