16. The Intruder

218 25 0
                                    



Lebih lama berada dalam ruangan yang sama dengan seorang laki-laki akan dapat membuat Mika pingsan dalam hitungan detik. Reaksi tubuhnya memang sedang aneh akhir-akhir ini. Tidak ada lagi rasa ingin segera berlari menjauhi pria itu, tapi sekalinya Augusto mengeluarkan suaranya maka langsung dapat membuat Mika ingin pingsan karena sesak nafas.

Mika memiliki alasanya sendiri kenapa ia menolak untuk memanggil pulang Chabelita yang baru saja pergi sore tadi. Selain Mika tidak ingin mengganggu waktu santai sang bodyguard, ia juga mengetahui lelaki yang sedang berada di dalam kamar Mikail adalah seseorang yang lebih dari berkompeten untuk sekedar menjaga keamananya.

Mika sudah mengkonfirmasi perihal keberadaan Augusto pada Mikail. dan kakaknya membenarkan bahwa sahabatnya tersebut memang sengaja ditinggal disana untuk mengawasi Mika dari jauh. Saran yang sama diberikan oleh Mikail, untuk memanggil pulang Cha, tapi Mika menolaknya.

Jika Mikail saja percaya kepada Augusto, maka Mika berpikir bahwa dirinya juga harus mempercayainya.

Semuanya akan lebih mudah jika Mika tidak dikejar waktu pengumpulan tugas sekolah. Pagi tadi Mika berjanji pada guru ekonomi bahwa beliau akan menerima email berisi tugasnya sebelum jam sepuluh malam, dan sekarang sudah hampir jam tujuh. Mika membutuhkan bantuan Mikail untuk menyelesaikan beberapa masalah. Namun Mika tahu bahwa Mikail sedang sibuk dan tidak mungkin meladeninya.

Gadis itu bukanya tidak berusaha memecahkan permasalah pada tugasnya sendiri. Namun buku dan internet tidak banyak membantu. Bahkan Hana pun tidak mengangkat teleponya, mungkin dia sedang malam mingguan. Situasi yang semakin genting membuat Mika tidak memiliki banyak pilihan.

Dengan berbekal sedikit keberanian didukung oleh situasi mendesak, Mika kembali melangkahkan kakinya menuju kamar Mikail. Gadis itu sempat meragu dan hanya berdiri didepan pintu kamar Mikail.

Tok Tok Tok

Mika mengutuk tanganya yang entah bagaimana bergerak sendiri untuk mengetuk dan membuka pintu kamar Mikail. Pemandangan yang sama didapati Mika di dalam sana. Augusto masih tidak beranjak dari posisinya. Fokusnya masih tertuju pada layar laptop dipangkuanya.

"Kau ingin kubantu mengerjakan apa?"

Suara yang sama, dan lagi-lagi mampu merebut seluruh pasokan oksigen disekita Mika. Mata Mika membulat lucu mendengar pertanyaan dari lelaki itu. Mika heran darimana Augusto mengetahui niatnya.

"Tau dari mana?"

Suara Mika terlampau pelan tapi heningnya situasi membuat Augusto dapat mendengarnya cukup jelas.

"Mudah, melihat caramu masuk sebelumnya dan dengan tumpukan buku yang sama, kau memberanikan diri menemuiku. Bahkan kau membawa laptopmu sekarang."

Mika menunduk menahan malu juga rasa panik yang semakin membuat keringat dinginya mengucur bebas. Mika jadi bingung sendiri dengan reaksi tubuhnya, serangan panik kali ini karena apa? Augusto mengintip dari ekor matanya, menyadari ketidak nyamanan Mika.

"Obatmu?"

Mika mengangkat pouch kecil ditanganya sebagai jawaban.

"Bacakan permasalahanya sehingga kau tidak perlu berhadapan langsung denganku. Buat dirimu nyaman, kau bisa duduk dipojokan jika kau mau."

Dari sudut matanya, Augusto mengamati Mika yang mengangguk dengan ragu. Langkah kaki Mika terdengar jelas oleh lelaki itu. Augusto kembali fokus pada layar laptopnya sambil menunggu Mika mengeluarkan suaranya.

Menit kemudian suara Mika mulai terdengar lirih. Augusto mengerutkan dahi kemudian mengangkat kepalanya mencoba mencari keberadaan sosok Mika. Lelaki itu mengedarkan pandanganya keseluruh ruangan dan menahan tawa ketika mendapati Mika benar-benar duduk dipojokan menghadap dinding.

The Bodyguard : Man with a Girl's Uniform [ COMPLETE √ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang