🏡 asosiasi bebas (wonpil)

2.3K 156 150
                                    

banyak dialog
happy reading ...




I feel like I became a zombie

.

.

.

"Cuk, meneng-meneng aku wes semester empat."
[Diam-diam aku udah semester empat]

Ahmad Wafa Wardhana, salah satu anak komplek Enam Hari ini menatap nanar langit-langit kamarnya. Rebahan semenjak pagi hari, raganya tak beraktifitas tapi pikirannya melanglang buana. Memikirkan banyak hal yang tak seharusnya dipikir di sana.

Kenapa setelah kuliah gini-gini aja ternyata?

Aku mahasiswa ampas!

Aku salah ambil jurusan, njir!

Temen-temenku keren semua, aku cuma rebahan, makan, rebahan, makan!

Arek-arek wes duwe financial stability, lhapo aku sek jaluk bunda?
[Teman-teman sudah punya financial stability, kenapa aku masih minta bunda]

Arek-arek wes duwe wedokan aku sek jomblo.
[Teman-teman udah punya pacar aku masih jomblo]

Mari lulus iso gak yo kerjo dadi programmer?
[Setelah lulus aku bisa gak ya jadi programmer?]

Aku bisa gak ya survive di tengah persaingan koyok ngene?

Iso gak yo aku bantu bayarin kuliahnya Sebastian?
[Aku bisa gak ya bantuin biaya kuliahnya Sebastian?

Bisa gak yo dapet istri secantik Pevita atau minimal secantik Lalisa?

Aku bisa gak yo nafkahin istriku kalo nanti nikah?

Masak iya, Allah menciptakan aku cuma biar aku sambat, halu, sambat, halu ngene?

And his biggest question;

Kenapa hidup alurnya gini-gini aja sih?

Sedih, bahagia, sedih, bahagia, gitu terus muter-muter!

Otak Wafa dipenuhi pikiran liar seperti ini. Sejak akhir semester lalu ia sering cemas sendiri. Tidak tahu, padahal menjadi mahasiswa di Teknik Informatika di ITS -Institut Teknologi Sepuluh Nopember, kampus yang didominasi spesies jantan- memberinya tugas sebanyak buih di lautan yang seharusnya menjadi distraksi dari pertanyaan tanpa jawaban nan sialan ini.

Wafa kehilangan semangat. Ia tak merasakan kebahagiaan atau rasa antusiasme dalam hari-harinya belakangan ini. Ia kira saat kuliah ia akan menemukan lingkungan baru dan kebahagiaan. Tapi nyatanya segala justru makin terasa meaningless.

Ia menatap dinding kamarnya, terpampang fotonya saat pertama kali masuk kuliah, tersenyum lebar dengan teman-temannya. Foto itu membawa kilasan balik perjuangannya masuk Teknik Informatika -Wafa yang skeptis bisa lulus lewat jalur SNMPTN belajar mati-matian sedari SMA agar bisa lulus SBMPTN di jurusan ini. Ia mempersiapkan segalanya dengan matang, mengingat kapasitas otaknya yang gak seperti Maudy Ayunda. Jadi, saat anak SMA lainnya sibuk menggoda cewek, Wafa justru asik berkutat dengan dunia pemograman. Ia menjelajahi situs-situs yang memberikan pembelajaran pemograman gratis. Tips dari Wafa supaya bisa keterima dan gak kelabakan masuk Teknik Komputer ITS;

Komplek Enam Hari | day6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang