*Jangan lupa follow instagram aku😊
••
"Sialan!, dan kini Aldric lebih membela gadis jalang itu dari pada aku?" ambigu perempuan itu seraya mengepalkan tangannya erat-erat.
"Kenapa kau sangat kesal, Ell?"
Mendengar suara berat itu pun, membuat perempuan itu sontak menoleh dan mencari sosok pemilik suara berat itu, namun pandangannya berhasil menangkap seorang laki-laki yang wajahnya sudah sangat familiar baginya.
"K-kau?!" lirih perempuan itu dengan nada pelan.
Saat perempuan itu akan melarikan diri dari laki-laki di hadapannya itu, tiba-tiba sebuah tangan berhasil mencekal tangan perempuan itu, dan menghentikan langkah perempuan itu.
"Kau pikir apakah kau bisa lepas dari ku dengan begitu saja hm..?" ucap laki-laki itu dengan tatapan tajam.
"Lepaskan aku, Fas!" teriak perempuan itu sambil berusaha melepaskan cekalan erat tangan laki-laki itu.
"Hmhm.. tenang saja kali ini aku tak akan mengusikmu sedikitpun" balas laki-laki itu seraya menyeringai.
'Gawat!, jika sampai dia tau jika aku yang menculik gadis jalang itu, pasti aku akan segera lenyap di tangan Gavin dengan cara yang sangat sadis!'
"Hei apa yang kau pikirkan?, dan biar ku tebak jika ku lihat dari wajahmu yang ketakutan itu, pasti kau sedang menyembunyikan sesuatu dari ku bukan?" ujar laki-laki itu dengan tatapan mengintimidasi.
"A-apa maksudmu itu?, m-mana mungkin aku menyembunyikan sesuatu dari mu, itu s-sama sekali t-tidak ada untungnya untuk-ku" balas perempuan itu dengan wajah ketakutan.
"Benarkah?, hmhm.. aku sangat penasaran sampai mana kau mampu menipu dan membodohiku!"
"A-aku tidak pernah menipu dan membohongi-mu, Fa-"
"Perempuan munafik!, dasar bodoh kau pikir aku akan mempercayai ucapan-mu itu ha?!"
Tanpa aba-aba apapun laki-laki itu memajukan jaraknya pada perempuan di hadapannya itu, dan dengan sekali hentakan tangannya, laki-laki itu berhasil merebut ponsel milik perempuan di hadapannya itu.
Dengan sekali ketukan dilayar ponsel milik perempuan itu, laki-laki itu berhasil membuka ponsel yang tidak terkunci itu, ia memeriksa pesan yang masuk dalam ponsel perempuan di hadapannya itu, namun kini pandangan laki-laki itu jatuh pada nama yang tertera di layar ponsel milik perempuan itu.
'Aldric?' batin laki-laki itu seraya membaca isi percakapan antara pengirim pesan dan perempuan itu.
"Kembalikan ponselku Fas!, dasar laki-laki sial-"
"Kau gadis munafik sudah kutebak pasti kau yang telah menculik Zian, sekarang juga katakan di mana kau menyembunyikannya?!"
Mendengar itu pun perempuan itu semakin gelagapan dan ketakutan, "F-fas, k-kau tau bukan, a-aku sangat mencintai Gavin, ku mohon Fas bantulah aku, aku hanya ingin menyingkirkan gadis jalang itu" ucap perempuan itu berusaha meyakinkan laki-laki itu.
Setelah mendengar ucapan perempuan di hadapannya itu, laki-laki itu pun menyeringai kecil dan mengangguk sekilas.
"Baiklah aku akan membantu-mu, tapi sebelum itu, kau harus memberitahu-ku di mana kau menyembunyikan Zian, dan nanti malam aku akan menemui-mu di tempat persembunyian-mu itu untuk membantu rencana-mu, bagaimana?"
Setelah mendengar ucapan laki-laki di hadapannya itu, perempuan itu tampak sedang berpikir seperti kebingungan antara ingin menerima tawaran itu atau menolaknya.
"Hmhm.. aku tidak memaksa-mu untuk menerima tawaran bantuan-ku itu, tapi jika kau membutuhkan bantuan untuk rencana busuk-mu itu akan lebih baik jika kau menerima tawaran-ku ini" lanjut laki-laki itu seraya tersenyum licik.
"Baiklah Fas, aku menerima tawaran-mu itu, kau datang saja nanti malam di tengah hutan tua di kota ini, dan nanti kau akan menemukan sebuah bangunan tua, di sana adalah tempat-ku menyembunyikan gadis jalang itu."
'Tentu aku akan membantumu bitch!, aku akan membantumu untuk semakin mendekati kematian tersadismu itu hmhm..' batin laki-laki itu seraya menyeringai tajam.
•••
Gadis yang tadinya tengah terbaring tidak sadarkan diri itu kini membuka matanya secara perlahan, ia mengedarkan pandangannya ke arah sekeliling ruangan itu.Ceklek...
Mendengar suara pintu yang terbuka itu membuat gadis itu memejamkan matanya kembali saat mengetahui siapa yang datang.
Suara langkah kaki yang sedang mendekat ke arahnya itu membuat gadis itu mati-matian menahan rasa ketakutannya pada sosok laki-laki yang datang menemuinya saat ini.
Tiba-tiba sebuah tangan berhasil membelai lembut pipi gadis itu dan menyibakan rambut gadis itu yang tergerai bebas.
"Aku rasa kamu tidak bersalah akan hal ini, tapi hanya ini satu-satunya cara ku untuk membalaskan dendam ku pada pria gila dan kejam itu!" sarkas laki-laki itu tajam.
Belaian yang tadinya lembut dan pelan itu kini berubah menjadi belaian kasar dan penuh dengan amarah, hingga membuat nyali gadis yang tengah berpura-pura pingsan itu semakin meringsut ketakutan.
Setelah menatap gadis yang tengah terbaring di hadapannya itu cukup lama, laki-laki itu pun keluar dari ruangan itu dan menutup kembali pintu ruangan pribadinya itu.
Gadis yang tadinya berpura-pura pingsan itu pun kini membuka matanya secara perlahan dan membenarkan posisinya menjadi duduk.
"Bagaimana-pun caranya aku harus cepat pergi dari sini, tapi apa yang bisa ku lakukan?" ambigu gadis itu seraya berdiri dan menuju kejendela yang berada di pojok sana.
Setelah melihat ke luar jendela itu, ia menemukan ide untuk kabur dari tempat itu.
"Tapi ini sangat tinggi?, dan bagaimana caranya aku bisa kabur dari tempat setinggi ini?"
Gadis itu pun mengedarkan pandangannya ke arah sekeliling ruangan itu seketika pandangannya jatuh pada tali di atas meja di sampingnya itu.
"Bagus sekali hmhm..!" ucap gadis itu seraya megambil tali di atas meja yang terletak di sampingnya itu.
Dengan cekatan gadis itu pun segera mengikatkan tali itu ke ujung jendela itu, dan ia membuang sisa tali yang masih sangat panjang itu ke bawah sana.
"Ya tuhan ku mohon selamatkan aku.." ujar gadis itu dengan tubuh yang gemetaran karena ketakutan.
Dengan sekali tarikan gadis itu berhasil menggapai tali itu, ia mulai menggeserkan tali itu, hingga kini ia mulai meringsut turun ke bawah.
Namun kegiatan gadis itu terhenti saat sebuah tangan mencekal tangan gadis itu sontak merasa ada seseorang yang memegang tangannya, gadis itu reflek mendongak dan menatap ke arah seorang laki-laki di hadapannya itu.
"Kamu pikir, kamu bisa kabur dari ku begitu saja hm..?"
"Lepaskan aku!, ku mohon!" teriak gadis itu dengan nada yang bergetar.
Bukannya membalas ucapan gadis di hadapannya itu, laki-laki itu dengan cekatan mengambil pisau kecil yang disimpan di kotak kecil yang ada disaku celananya itu.
Tanpa berlama-lama, ia memotong tali itu hingga gadis itu hampir saja jatuh ke bawah sana, namun lagi-lagi laki-laki itu langsung menggenggam tangan gadis itu, hingga kini gadis itu tidak sampai jatuh ke bawah sana.
Dengan cekatan laki-laki itu menarik tangan gadis itu hingga kini gadis itu telah berada tepat di sampingnya, laki-laki itu menatap gadis di sampingnya itu yang masih memejamkan matanya karena ketakutan melihat itu pun membuat laki-laki itu tersenyum tipis.
"Masih ingin mencoba kabur dari ku hm..?"
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath Boyfriend
Teen FictionJiwa iblis yang dimiliki Gavin memang sudah muncul sejak ia masih kecil, bahkan hasrat iblisnya lebih mudah menguasainya saat ia sedang frustasi ataupun hanya melihat tetesan darah. Lantas bagaimana jika psycopath gila seperti Gavin bertemu dengan g...