39. Pembalasan dendam

9.5K 386 14
                                    

'Penghianat tetaplah penghianat, sekalinya aku memberimu kepercayaan dan kau menghianatiku, maka berakhir secara tragis ditanganku adalah balasan yang setimpal bagi penghianat sepertimu!'

***
Laki-laki itu turun dari everest hitam miliknya dengan raut muka datarnya, ia berjalan dengan langkah lebar-lebar memasuki gedung tua seperti yang telah diberi tahu oleh rekannya, Faso.

Gavin berjalan memasuki gedung tua itu yang memiliki kesan gelap dan menyeramkan saat pertama memasuki pintu tua yang terhubung sebagai jalan pintas untuk memasuki tempat itu. Masih dengan tatapan dinginnya, ia mengedarkan pandangannya ke arah setiap inci ruangan itu melihat gelapnya dan sunyinya ruangan itu benar-benar membuat jiwa iblis laki-laki itu semakin menjadi-jadi.

Hingga kini, ia telah tiba ditangga jalan menuju lantai atas di mana tempat yang selalu dijadikan melenyapkan atau memotong-motong para target ataupun musuhnya. Ia semakin mempercepat langkahnya saat mendengar rintihan kesakitan dari seseorang yang sudah dengan mudah ia tebak bahwa suara itu pasti berasal dari musuhnya itu.

"Untuk kesekian kalinya aku kembali menghadirkanmu, iblis laknat setelah sekian lama ini kebiasaan burukku sedikit teralihkan karena gadisku itu.." ambigu Gavin seraya mengeluarkan senyum devilnya.

Sejenak setelah mengucapkan kalimat yang terlontar dari bibirnya itu, ia kembali terdiam dan menghentikan langkahnya ketika tersadar dengan ucapannya barusan. Entah kenapa kini ia jadi teringat pada gadisnya itu, kali ini ia sedikit cemas memikirkan kondisi gadisnya itu setelah kejadian tadi pagi di mana ia telah bersikap kasar pada gadis itu.

"Maaf kembali melukai hatimu, Zi. Aku benar-benar tidak ingin melampiaskannya padamu, tapi kamu yang telah memaksaku bersikap begitu padamu.." ujar Gavin seraya mengepalkan tangannya erat-erat, "tapi, kamu memang pantas menerima itu! Kamu telah berani menentangku, aku benci saat milikku tidak menuruti kemauanku terlebih kamu sama sekali tidak menghargaiku!!"

"Tuan Gavin.."

Mendengar suara itu sontak membuat laki-laki itu tersadar dan segera mendongak menatap ke arah seorang rekan kerja kepercayaannya yang selama ini memang selalu bekerja dengan setia padanya. Laki-laki itu tetap diam masih dengan ekspresi datarnya menatap ke arah laki-laki di hadapannya itu.

"Tuan, kenapa anda diam di sini? Tuan Faso telah menunggu kedatangan anda sejak tadi" lanjut lelaki itu seraya menunduk sangat sopan.

Gavin hanya membalas ucapan lelaki di depannya itu dengan senyuman tipis seraya semakin mendekat ke arah pekerja kepercayaannya itu, "Zey, bisakah kau memastikan kondisi gadisku saat ini? Pergilah ke mansion ku dan pastikan dia tetap berada di sana!" titah Gavin dengan nada dinginnya.

"Gadis anda, tuan?" ulang lelaki bernama Zeyan itu seolah tidak mengerti dengan ucapan tuannya itu, "bukankah gadis anda telah--"

"Bukan dia, Zey! Tetapi Zian, dia adalah gadis yang mampu memikat sedikit perhatianku padanya, cepatlah kau pergi ke mansion ku dan segera pastikan dia tetap berada di sana!!" potong Gavin dengan tatapan tajamnya yang seketika membuat lelaki di hadapannya itu menunduk dan mengangguk patuh.

"Baiklah tuan, sesuai perintah yang anda berikan.." balas Zeyan singkat kemudian melenggang pergi setelah mendapat anggukan dari Gavin.

Setelah melihat kepergian lelaki bernama, Zeyan itu, Gavin pun segera melanjutkan langkahnya menuju ke ruangan yang terletak di pojok sana. Kini langkah Gavin kembali terhenti saat sampai di depan sebuah pintu tua berwarna cokelat yang di tengahnya terdapat sebuah ukiran bergambar iblis, ia kembali mengembangkan senyumnya saat melihat ukiran klasik itu.

Ceklek...

Perlahan tangan laki-laki itu pun terulur menarik gagang pintu itu yang membuat pintu tua itu pun terbuka lebar dengan suara gebrakan keras. Laki-laki itu pun melangkah masuk dengan langkah santainya seraya mengedarkan tatapannya ke arah para pekerjanya. Saat pertama kali ia memasuki ruangan itu memang pasang mata dari orang-orang kepercayaannya langsung menatapnya kemudian menunduk hormat setelah mengetahui keberadaanya di sana.

"Akhirnya kamu datang, dan lihatlah dia sekarang Vin, betapa lemahnya bukan dia?! Seorang penghianat yang kita kira bahwa ia telah lenyap ternyata dia masih hidup dengan sangat aman bukankah itu sangat tidak adil bukan?!"

Suara Faso yang pertama kali menyambut kedatangan laki-laki itu. Kini dengan langkah santainya, ia kembali berjalan mendekat ke arah seorang lelaki seumurannya yang tengah terduduk dengan kondisi yang terlihat sangat lemah terlebih wajah dan bagian tubuh lain lelaki itu telah dipenuhi cucuran darah. Setelah dirasa dekat dengan lelaki itu, Gavin pun tersenyum licik seraya menunduk mensejajarkan posisinya dengan lelaki di hadapannya itu.

"Hm.. Kau? Penghianat seperti kau bisa dengan selamat dan hidup setelah aku menyiksamu di malam itu..?!" ujar Gavin seraya mengeluarkan senyum devilnya, "jika siksaanku kali itu membuat hidupmu masih dapat dengan selamat, maka kali ini mengakhiri hidupmu dengan cara jauh lebih sadis dan tragis adalah hukuman yang pantas untuk seorang penghianat sepertimu!!" lanjut Gavin seraya mencengkram tengkuk lelaki di hadapannya itu.

"Arghss.. A-aku mohon m-maafkan aku, l-lepaskan aku dari sini dan biarkan aku tetap hidup--"

Bughhh!!

"Penghianat tetaplah penghianat, sekalinya aku memberimu kepercayaan dan kau menghianatiku, maka berakhir secara tragis ditanganku adalah balasan yang setimpal bagi penghianat sepertimu!" sarkas Gavin seraya mendaratkan pukulannya ke arah tengkuk lelaki di hadapannya itu.

"V-vin, m..maafkan kesalahanku waktu i-itushh, m..maafkan a--"

Bughh! Bughh!!

"Jangan harap jika seorang iblis sepertiku ini akan kembali memberi kepercayaan pada penghianat sepertimu! Kau hanya pantas musnah dari dunia ini! Damn it!!"

Crakkk!!!

***
Seperti biasa vote dan vomment kalian selalu aku tunggu dan aku terima tentunya dengan bahasa yang sopan ya😊

Psychopath BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang