ALEEYA - PART 9

15.5K 524 33
                                    

Bergelut lagi dengan pemikiranku.

Apa kira-kira yang wanita itu pikirkan?

Apa dia bermaksud memalukanku?

Apa dia kekurangan uang segitunya?

Padahal aku sudah memberinya kredit card yang bisa ia pakai untuk membeli apa saja?

'Sial. Aku memikirkan nya lagi. Tidak bukan dia, tapi reputasi ku yang kupikirkan. Ya, reputasi!' sanggahku dalam hati.
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

ALEEYA POV

Seperti yang bosku, Calvin. Janji kan tadi siang, bahwa aku harus pulang bersamanya. Sebenarnya aku bisa saja maling-maling untuk pulang sendiri dengan alasan 'Aku sedang terburu-buru' tetapi ya, pasti semua percuma. Aha! Tapi apa salahnya mencoba bukan? Lagian saat ini sudah menunjukkan pukul 17.06 dimana 6 menit yang lalu semua karyawan diperbolehkan pulang. Yah, akan kucoba.

Aku segera merapikan berkas di depan mejaku dan segera mengambil tasku. Aku membuka pintu ruangan perlahan dan berjalan sambil berdoa semoga tidak bertemu dengan bosku saat di lorong ruangan ini.

Tapi..


Sialnya!

Dia ada di lobby, apa yang harus ku lakukan. Pura-pura tidak tahu? Ya, benar.
Aku melangkah cepat l melewatinya yang sedang duduk di sofa lobby dengan majalah di tangannya. Aku berusaha memperhalus hentakan heels ku di lantai dengan harapan seorang pria disana tidak menyadari bahwa itu aku.

"cepat alya, sedikit lagi kau mencapai pintu keluar!" gumamku.

Baru saja ingin membuka pintu keluar kantor. Ku rasakan ada tangan kekar yang menahan pergelangan tanganku, yang semula tadi sedang berayun bebas mengikuti gerak langkahku.

"Al? Mau kemana secepat itu? Kau tidak lupa bukan dengan pembicaraan kita tadi siang?" masih dengan membelakanginya.


Astaga!

Aku Membalikkan badan ragu, lalu menyunggingkan senyumku. Ku lihat ia menatapku dengan tajam dan dingin.

"Tuan Calvin, maaf saya tidak bisa pulang bersama anda. Karena saya masih ada urusan dengan teman saya di cafe terdekat" aku melepaskan genggaman dari tanganku dengan lembut dan masih dengan senyuman manisku.
"Saya permisi tuan"

Belum membalikkan badan sepenuhnya, tangan ku kembali di cekal dan di tarik paksa menuju mobil sport yang sudah disiapkan di depan perusahaan ini. Aku memberontak dengan sopan dan sehalus mungkin. Tapi percuma, ia menyuruhku masuk ke dalam mobilnya.

"Kenapa kau menghindariku? Apa aku berbuat salah?" katanya dengan mata yang melembut.

Aku mengernyitkan dahi bingung. "Ti-tidak tuan.. A-aku hanya sadar diri.. Aku disini untuk bekerja secara profesional tuan"

"profesional? Dengan meninggalkan ku tanpa seizinku. Padahal kau asisten pribadiku?"

Deg.

"Ti-Tidak bukan begitu maksudku tuan, a-aku baru saja ingin mengabarimu.. T-tapi temanku, temanku sudah menungguku di cafe terdekat karena urusan mendesak.."

ALEEYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang