$A†µ♥♥.
''Lepaaassskaaan ...!!!''
Suara jeritan perempuan itu terdengar semakim mengerikan.Tatapan matanya sarat emosi, seperti lolongan yang bercampur baur dengan ketakutan. Dua orang Ӏɑkí-Ӏɑkí berbadan tegap iti sedang berusaha mengikatnnya ke atas sebatang kayu pancang yang besar dan kuat. Tubuhnya mengejang memberi perlawanan, kakinya mengentak enggan disetak. Tapi, algojo-algojo itu menyentaknya dengan otot-otot tangan yang begitu liat. Tali tambang melingkari kedua lengannya dan dengan sekuat tenaga dia berusaha melepaskan ikat yang semakin erat dan kuat.
"Aƴ✿ !!!"
" GANTUNG dÏAAA!"
Dari kejauhan terdengar derap langkah dan suara-suara kemarahan yang semakin mendekati tempat perempuan itu terkait. Di hadapannya, suasana semakin riuh. Seisi kampung berdatangan dengan kemarahan yang membabi buta. Di tangan mereka terhunus perang, pisau belati, kayu, dan buta. Suasana semakin mencekam dan mengerikan. Beberapa laki-laki terlihat membawa obor dan potongan kayu yang sudah dibakar. Gemuruh langkah bercampur baur dengan luapan amarah tidak terbendung.
Perempuan yang kedua tangan ya terikat erat pada sebatang kayu itu terlihat semakin panik dengan cucuran keringat membasahi tubuhnya. Dia mencoba melepaskan ikatan di pergelangan tangannya. Ikatan tali tambang itu sangat kuat dan lekat. Setiap kali dia berusaha menggerakkan pergelangannya, hanya perih dan ngilu yang didapatnya.
Tanpa sadar, sebuah cincin bermata giok hijau itu terlepas dari jari manis tangan kirinya. Sementara itu, gerombolan laki-laki dengan angkara murka semakin mendekatinya. Di tengah keriuhan terdengar sebuah suara yang berkata dengan sangat lantang.
"BAҞAR!!!"
Kemudian sebatang obor terlontar dan jatuh tepat di bawah kaki perempuan malang. itu. Seperti di komando, satu orang lagi melemparkan obor yang tengah mereka pegang, lalu diikuti oleh beberapa yang lainnya. PEKIKAN TERIAKAN, dan GEMERETAK KAYU terbakar saling bersahutan. Ditingkah oleh lemparan kayu dan batu.
Dalam sekejap, tempat itu berubah menjadi lautan api yang dipenuhi dengan suara-suara. Kemerahan, umpatan, jυga jeritan minta tolong yang membuat hati menjadi ngilu. Potongan-potongan besar berubah aneh berbaris rapi.
Sekelebat perempuan tua dengan mulut semerah darah menyeringai, sangat mengerikan. Suara melengking ditengah koboran api kembali terdengar." TOLONGGG!!!"
♥♥♥
"Hօsss... ɦօsss... ɦօsss..."
Aku terbangun dengan napas yang memburu dan tidak beratur. Reflek, aku melirik jam digital yang ada di pergelangan tangan kananku, lalu segera duduk dan menyingkap selimut.
" astaɢa, mimpi itu lagi!"
Keringat di leher membuatku harus segera turun dari tempat tidur dan melangkah kaki ke luar kamar. Segelas air mineral sangat aku butuhkan. Aku melangkahkan kaki menuju dispenser di sudut sana. Aku bisa memastikan tempatnya meski dalam gelap.ɢʟuҡ, ɢʟuҡ...
" Duh Naura! Kamu bikin aku kaget aja, deh!" teriak Vietta saat menghidupkan lampu ruang tengah.
Aku hampir saja tersedak air yang kuminum, saat mendengar Vietta. Mataku seketika diserang sinar terang, membuatku silau dan sedikit pusing.
"nyalain lampunya, kek!" sungut Vietta.
" ѕorry, Vi, aĸυ haus banget, sampek-sampek aku enggak sempat nyalinin lampunya," tukasku sambil menandaskan sisa air di gelasku. Aku meletakkan gelas di atas meja ikut bergabung bersama Vietta di sofa. Seperti biasa, ini adalah jam kerjanya Vietta.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAK TUO { LENGҞAP √ √}
FantasiaPerempuan tua yang akrab dengan sugi di mulutnya dipanggil Mak Tuo, dia satu - satunya dukun beranak di Jorong Durian Tiga Batang. Naura, Vietta, dan keempat temanya pernah bertemu dengan Mak Tuo ketika berlibur ke kampung halaman Andiko. Desas - de...