♥†ÏGA♥

3K 121 6
                                    

lιвυr tɛʟaɦ tɨɮa...
ʟɨɮʊʀ tɛʟaɦ tɨɮa...
нoreee ... нoreee ... нoreee ...
нaтιĸυ geмвιra ...

    Akhirnya, saat-saat yang       ditunggu semua anak sekolah datang juga. Pengambilan rapor oleh orang tua masing-masing, menyisakan senyum lega di wajah kami. Rasanya, cukup luar biasa bisa melewati masa-masa semester pertama dengan seragam putih abu-abu ini. Suasana baru, teman-teman baru, sekolah baru, guru baru, bahkan mata pelajaran yang sama sekali baru. Agak kaget juga sih pertama kali menghadapi semuanya, apalagi dengan adanya kurikulum baru.

     " Woy, Gan!" seru Andiko saat aku dan yang lainnya lagi asyik mengerubungi gerobak mi ayam Mpok Nunun.

     " Sini gabung, Ko!" ajak Si Pinter.

     " Gue udah mau siap-siap, nih!" Syahreza angkat bicara.

     " Gue sih, YES!" kata Si Pinter dengan meniru gaya bicara salah satu artis terkenal.

     " Siiip! Semuanya udah gue pikirkan. Tapi kalian s3mua diizinin, kan?" Andiko balik bertanya.

     Aku mengangguk, diikuti oleh Si Pinter dan yang lainnya.

     " Oke, kalau begitu! Jadi kita semua bisa ngumpul dirumah gue dan berangkatnya bisa bareng bersama om gue," Andiko berkata mantap.

     Aku dan mereka kembali mengangguk setuju dengan mata penuh berbinar. Vietta masih belum yakin kalau kami akan melaksanakan rencana liburan ini. Sejak semalam, Vietta masih diselimuti keraguan.

     " Ra, kamu serius kita kuat jalan di darat yang sejauh itu?" tanya Vietta. Dia melihatku mengepakkan beberapa pakaian.

     " Iyalah, Vi. Masa, mau bermain-main, sih," timpalku.

     " Tapi kamu dan aku belum juga pernah berkendara berhari-hari begitu."

     " Tenang aja, Vi. Ayah dan Mama kitakan sudah mau kasih izin. Apa yang membuatmu jadi khawatir?"

      " Ra, perjalanan kita itu JAKARTA - SUMATRA!"

     " Iya aku sudah tau, terus kenapa emang?"

     " Itu enggak sebentar, Ra. Kita akan duduk lama di dalam mobil, terus akan menyebrangi pulau, terus entar berapa lama lagi kita baru sampai ditempat buyutnya si Andiko itu, dan terus ...."

     " Sssttt .... Bisa tenang sedikit tidak Vietta! Aku akan jamin, kamu akan sangat enjoy selama diperjalanan. Lagian, nanti kamu bisa membawa noteb00k. Siapa tahu diperjalanan kamu bisa menemukan banyak sekali ide-ide untuk bisa dituliskan jadi novel-novel barumu kamu lagi," kataku panjang lebar supaya Vietta tidak akan ragu-ragu.

     Vietta memang selalu memikirkan segala sesuatu dengan rumit, tapi kali ini dia akhirnya hanya terdiam mendengarkan penjelasan panjang lebar yang aku sampaikan tadi. Entah, dia diam karena paham atau diam karena menyerah tidak berhasil membuatku bingung. Tapi yang pasti, aku dan Vietta sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk keberangkatan kami pada liburan antarpulau ini.

     Aku sudah mebayangkan perjalanan liburan kali ini akan sangat menarik dan penuh dengan hal-hal yang baru. Bayangkan saja, aku belum pernah ke Pulau Sumatra dan baru kali ini pula jalan bareng dengan sohib gokil di sekolah baru. Berkendara darat laut. Aku sudah tidak sabar lagi untuk memulai perjalanannya.

     Perjalanan yang berawal dari keisengan bersama Si Pinter, Andiko, dan Syahreza karena sudah bosan dengan rutinitas Ibu Kota yang macet dan ruwet. Antusiasme kami ketika mendengar cerita Andiko tentang kampung halaman nenek buyutnya, di pedalaman Sumatra Barat, membuat kami tergiur untuk memutuskan berlibur bersama ke sana.

♥♥♥

Mobil yang membawa kami berlima cukup nyaman bahkan dengan penumpang tujuh orang didalamnya masih terasa lega. Om Bas, duduk didepan, yang sesekali bergantian menyetir mobil dengan Pak Man, sopirnya. Aku dan Vietta duduk di bangku tengah, sedangkan Andiko, Si Pinter, dan Syahreza di bangku belakang sepertinya, Pak Man memang ɖʀɨʋɛʀ profesional.

     Seperti yang dikhawatirkan oleh Vietta, perjalanan ke Sumatra memang memakan waktu yang cukup banyak. Setelah melewati jalan yang cukup panjang, kami akhirnya sampai di ujung Pulau Jawa dan siap- siap menyebrang lautan.

     " Oiya, siapa yah, yang belum pernah naik kapal laut?" tanya Om Bas.

     " Kecuali Andiko tentunya, ya Om," jawabku cepat.

     " Iya, bener. Gue juga belum pernah, sih," timpal Syahreza.

     " Gue juga .... Belum pernah!!" sahut Si Pinter.

     " Kalau kamu Vietta?" tanya Om Bas. Sementara itu, Vietta dari tadi asyik dengan bacaannya.

     Vietta yang manis itu, mengangkat wajahnya dan tersenyum sambil mengeleng- gelengkan kepalanya.

     " Vietta itu selalu bareng-bareng sama si Naura, Om. Jadi kalau Naura belum pernah pasti si Vetta juga masih belum pernah,"  celetuk Andiko sambil cengengesan.

     " Oh, seperti itu, ya? Kalian ber-2 ini anak kembar atau kakak adik?" tanya Om Bas penasaran. Dia menatap ke arahku dan Vietta.

     " Sepupuan, Om. Ayahku dan Mama Vietta Kakak adik," jelas ku.

     " Hmmm ... Tapi kok wajah kalian ber-2 mirip banget, ya?" Om Bas menganggukkan kepala sambil bergantian menatapku dan Vietta.
    
     Vietta hanya tersenyum sambil membenarkan rambutnya yang berkibar karena teriup oleh angin laut. Berada di dek kapal yang sedang menyeberangkan kami ini, anginnya memang cukup kencang.

     Aku dan teman-teman, kecuali Om Bas, berkeliling melihat kapal yang kami tumpangi. Tentu saja, tidak akan lupa berfoto-foto, bahkan kami ingin mencoba berpose ala film Titanic, sebelum dicegah oleh awak kapal yang memergoki karena terlalu berbahaya sekali. Kami sangat menikmati perjalanan di kapal selama hampir 2 jam. Lautnya sangat keren banget. Tetapi sayangnya terlihat ada banyak sampah yabg terapung dan sedikit merusak pemandangan. Selebihnya, semua sangat menyenangkan.

     " Eh, coba lihat deh! Itu sampah atau bukan sih?" tunjuk Si Pinter.

     " Kayaknya, sih bukan deh. Masa warnanya bagus dan indah banget?"

     " Waaauu ... Itu ubur-ubur!" seru Vietta dengan mata berbinar.

     " Hah?! Serius tu ubur-ubur?" Andiko yang sangat penasaran.

     " Apapun itu namanya, cepetan difoto dong!!!" sahutku tidak kalah hebohnya.

     Begitulah kami menghabiskan waktu selama ada di kapal. Setelah itu, kami lebih banyak diam dan asyik dengan pemikirannya masing-masing.

     Hari sudah mulai sore ketika kami berlabuh di Bakauheni, Lampung. Matahari mulai turun dengan perlahan-lahan. Waktunya menyaksikan sunset!  Tanpa membuang buang waktu, kami langsung saja mengambil gambar dengan berfoto bersama dan menjadikan sunset sebagai latarnya. Benar-benar sangat keren!

🍀🍀🍀

Sory font gw rusak...
Bru bnr dlm waktu beberapa hari kemaren!! 🗣

 

MAK TUO { LENGҞAP √ √} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang