Malam ini, kami sedang mengobrol seru dengan seisi penghuni rumah buyut Andiko. Semua berkumpul dan ada pula beberapa tetangga yang datang untuk berkunjung.
" Kebetulan sekali lagi ngumpul bareng, kita pesta durian aja, yuk!" seru Udo, kakaknya Hanif.
" YES ASYIIIKKK!" Si Pinter dan Syahreza berseru dengan girang.
" Anak-anak Jakarta pada doyan durian juga, yah?" kelakar Om Bas.
" Enggak, Om, ENGGAK BISA DITOLAK! Hahaha ...," kami semua tertawa senang sekali saat mendengar akan pesta durian.
Ternyata, Om Bas dan Udo telah mempersiapkan rencana pesta durian ini. Enggak terlalu lama telah datang mobil bak yang penuh dengan bermuatan durian. Aroma durian yang sangat nikmat itu menggoda hidung kami.
" Naura, kamu jangan makan duriannya jangan banyak-banyak, dong!" Vietta menatapku dengan tajam.
Aku menikmati durian kampung yang legit itu. Ternyata, cara memakan durian disini agak sedikit berbeda. Kami memakan durian bersama dengan ketan yang ditaburi dengan kelapa parut.
" Sumpah! Ini sensasi rasanya, sangatlah luar binasah, banget!" pujiku.
" Ra, kalau makan durian itu jangan terlalu banyak!" Vietta mengingatkanku sekali lagi.
" Tenang aja, Vi. Enggak apa-apa, kok. Cobain aja deh, enak banget, nih!" kata Andiko.
" Bener itu, Vi, ini sangat beda banget sama durian yang kita beli di mall," timpal Om Bas.
" Iya, bener tu, kalau di mall sebiji durian aja seharga 1 gerobak durian disini," celetuk Udo.
" Dan ... Ada lagi bedanya," timpal Agum.
" Apà tuh bedanya?" tanya Si Pinter.
" Durian ini ditungguin sampek jatuh, terus rebutan juga sama harimau buat bisa mendapatkannya," Jelas Hanif.
" Seriusan kamu?" Kami ternganga enggak percaya.
" Iyalah, tanya aja sama Om Bas dan wan memen kalau kalian nggak percaya,"
" Bener tuh, kata Hanif. Durian-durian ini, kan kebanyakkan tumbuh di dalam hutan. Buahnya itu, tidak boleh dipanjat karena rasanya beda benget dengan yang jatuh sama yang dipetik. Jadi, para petani itu menunggu durian-durian itu jatuh. Biasanya durian akan jatuh dimalam hari," cerita Wan Memen.
" Oh, lah, terus apa hubungannya dengan harimau?" tanya Si Pinter.
" Harimau Sumatra itu semuanya juga sangat doyan sama durian! Dan saling berebutan,"
Lalu, mebgalirlah cerita panjang pengalaman Wan Memen, saudara keluarga Unyang itu, yang membuat kami semua bergidik. Sulit untuk membayangkan harus rebutan durian dengan harimau. Siapa yang bisa memastikan tidak ada harimau di balik kegelapan hutan yang tidak sekadar mengincar durian, tapi juga petaninya. " Hahaha ... Begitulah ceritanya, tapi kalau disini nggak ada harimau, jadi duriannya, sikaaat!" Om Bas menutup cerita.
Anak-anak kota seperti kami bagai menemukan surga ketika bisa menikmati durian dengan sepuasnya. Sampai perut begitu sangat kenyang dan kepanasan.
😫😫😫
Malam ini, aku jadi susah tidur dan kepanasan gara-gara terlalu banyak sekali makan durian. Tengah malam, disaat Vietta sudah tidur pulas, aku merasakan sesuatu yang aneh di perutku. Terasa kembung dan melilit karena kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAK TUO { LENGҞAP √ √}
FantasíaPerempuan tua yang akrab dengan sugi di mulutnya dipanggil Mak Tuo, dia satu - satunya dukun beranak di Jorong Durian Tiga Batang. Naura, Vietta, dan keempat temanya pernah bertemu dengan Mak Tuo ketika berlibur ke kampung halaman Andiko. Desas - de...