Hujan lagi. Menyisakan aliran air di jendela kamar yang masih sukar dibuka. Engsel di bingkainya telah menaut di makan usia yang berkawan karat. Aku sedang memandangi jalanan dibawah sana. Sepi. Jalanan sudah dipenuhi dengan daun-daun kering berguguran yang kini tidak dapat lagi terbang dengan riangnya ke mana angin akan membawa mereka. Hujan seperti hukuman baginya. Huf ... Entahlah.
Ini hari ketigaku berada di rumah ini. Aku terbangun dari tidur siangku. Um, maksudku, suasana di rumah dan kegelisahanku kala bintang-bintang telah bermunculan, membuatku tidak bisa berutinitas seperti manusia yang normal lainnya.
Aku menutupi tirai jendela. Kembali merebahkan kepala ke atas bantal. Memandang langit-langit kamarku yang sangat kusam. Desakan di bawah perutku, memerintahku untuk segera bangkit dari atas kasur. Uh, setiap makhluk hidup memang harus ada yang masuk dan dikeluarkan dengan rutin. Pertanda jiwa raga mereka masih berfungsi dengan sangat baik.
Air dingin di bak mandi, mambuatku segera bergegas untuk mengakhiri rutinitas. Badanku yang ringkih seolah-olah hanya dibalut dengan selembar kulit tipis. Ketika air di bak mengenai kulit ku itu seperti menembus sampai ke tulang.
Sebelum naik ke atas kasur kembali. Aku menyibak tirai jendela sekali lagi. Di sana, iya, disana. Gadis kecil itu berdiri di bawah hujan. Tidak mempedulikan kepalanya yang sudah basah. Dia menatap tepat ke arah jendela kamarkum. Degh! Siapa dia?.
Entahlah sudah berapa kali aku melihatnya. Tapi..., kali ini aku akan menemuinya. Aku menutup tirai jendelaku dan bergegas ke luar kamar. Menuruni anak tangga dan terburu-buru membuka pintu ruang utama. Tanpa alas kaki dan mengabaikan hujan, aku membukakan gerbang pagar. Tapi..., gadis itu telah pergi. Huh!
Ini hari ketiga belas aku berada di rumah ini.
Bangun dari tempat tidur siangku dan ( kembali ) lagi menemukan seseorang gadis kecil di bawah jendela kamarku. Aku masih saja terpana, meskipun ini telah yang kesekian kalinya. Dan, seperti biasa gadis kecil itu masih berdiri diam dan menatap ke arah jendela kamarku.
Aku melangkahkan kakiku lebih dekat ke jendela. Ku segera membuka tirai jendela kamar dengan lebar. Gadis kecil itu bereaksi. Dia melangkah mundur. Aku memaksa membuka engsel jendela yang sudah berkarat itu dengan sekuat tenaga. Di mundur lagi beberapa langkah.
Taaak.....
Jendela kamarku bisa dibuka! Gadis itu semakin mundur. Aku masih menatapnya dengan sangat lekat. Jendela kamar usang ini telah terbuka dengan sangat lebar. Meskipun, butuh tenaga untuk memisahkan dari daun jendela. Angin sudah menerpaku. Aku melongokkan kepala ke luar jendela. Gadis kecil itu masih ada di sana. Kaki kanannya. Berada di belakang, dia akan siap mundur lagi.
Badanku sudah separuh berada di luar jendela.
" Irisssh! Apa yang sedang kau lakukan?" bentakkan dari belakang punggungku seakan-akan menarik semua jiwaku kembaki ke dalam raga.
Aku segera menoleh lagi ke arah jendela. Gadis kecil itu terus berjalan mundur. Perlahan-lahan, kemudian sedikit lebih cepat dan dengan sangat cepat menjauh. Dia mundur dan terus mundur. Menembus pagar kayu di seberang jalan. Menembus tembok-tembok batu bata di rumah ujung sana.
Aku mengucek-ngucek mataku dengan gusar. Hampir tidak dapat mempercayai apa yang sedang kulihat dan kusaksikan. Ketika itu mataku telah kembali di bawah jendela. Setangkai bunga, kecil dan rapuh. Seperti dirinya. Iya, persis seperti dirinya.
Demi alam yang penuh dengan rahasia. Di lain waktu, aku pernah melihat gadis kecil itu di tempat yang berbeda. Di sela-sela rak buku yang sudah berdebu. Dia juga pernah duduk-duduk di salah satu anak tangga hitam kecil di belakang rumahku. Aku juga menjumpainya yang tengah berbincang-bincang dengan kucing-kucing liar milikku.
Entahlah, mungkin gadis kecil itu terlalu kesepian di alamnya. Barang kali, dia merasa sudah menemukan teman kecilnya yang sudah beranjak remaja. Teman masa kecil yang meninggalkannya sendirian di tepi jendela kamar. Tujuh tahun yang lalu. Tujuh tahun yang sudah kelam dengan masa kusam yang harus selalu ditenggelamkan.
🌧🌧🌧
DUBLE UP YAK... 😂
Authornya lagi sibuk :'(
Tapi... Kasian juga ya, gadis kecil itu.
Merasa kesepian, kek hati aku... Eeeaaakk..
🤣🤣🤣
Tinggal satu part lagi uy... Tunggu bentar, ya...
😂😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
MAK TUO { LENGҞAP √ √}
ФэнтезиPerempuan tua yang akrab dengan sugi di mulutnya dipanggil Mak Tuo, dia satu - satunya dukun beranak di Jorong Durian Tiga Batang. Naura, Vietta, dan keempat temanya pernah bertemu dengan Mak Tuo ketika berlibur ke kampung halaman Andiko. Desas - de...
