02

4.5K 368 128
                                    

"K-kak" lirih jaemin

"Maaf..." lanjutnya

"Puas kan lu jaemin?!"

Jaemin diam, sungguh yang dia bisa hanya meminta maaf. Dia memang salah, tapi dia pun tidak tau kalau kesalahannya akan sefatal ini.

Jaemin melangkah keluar kontrakan ceren, tidak peduli betapa banyak pasang mata yang memandangi dia karena seisi kampung sudah tau aksi bejat dirinya dan ceren. Walaupun itu hanya sebatas salah paham.

Tapi tetap saja, mencium anak orang dengan rakus juga suatu tindakan yang bejat.

Jaemin duduk di kursi tamu yang berada tepat di depan jendela kontrakan ceren.

Jaemin memeluk lututnya dan terbayanglah kejadian seharian ini dimana ceren di tampar, di tendang, di injak tangannya, di dorong hingga jatuh, di jambak, semua perlakuan kasar hari ini didapat ceren. Dan yang melakukannya adalah orangtua ceren sendiri.

Jaemin benar-benar tidak tega melihat semua kekerasan yang ceren dapatkan. Tapi dia pun tidak bisa membantu apa apa, karena jaemin sendiri dipukuli oleh babehnya tanpa jeda.

Satu hal yang paling menyakitkan bagi jaemin adalah orangtua ceren yang membuang ceren, mereka bahkan tidak mau mengakui ceren sebagai anaknya. Jaemin yang mendenger itu sungguh sakit. Tapi apa boleh buat? daging sudah menjadi bacetrok. Semua sudah terlanjur.

Jaemin janji, dia akan menjalani kesalahan ini. Dia akan bertanggung jawab atas apa yang telah dia lakukan.

Setelah cukup lama melamun di luar, jaemin pun mengintip ke dalam lewat celah jendela, jaemin melihat ceren sedang tidur meringkuk dengan mata yang sembab.

Hari sudah sore, jaemin harus mandi, tapi dia tidak akan meninggalkan ceren dalam keadaan seperti ini. Dia takut wanita itu akan nekat, maka dari itu jaemin hanya pergi ke rumah sahabatnya jeno untuk mandi, setelah itu dia kembali lagi ke kontrakan ceren.

"Nikahnya kapan a?" tanya ibu ibu yang kontrakan nya tepat di samping ceren

"Tiga hari lagi bu" jawab jaemin

"Terus sekarang mau tidur bareng lagi?" tanya ibu ibu itu tentu dengan nada meledek

"Enggak, gue tidur di luar. Kenapa? punya anak perawan ya? Mau gue tidurin juga?" jawab jaemin dengan ketus sekaligus menantang

Mendengar jawaban jaemin, ibu ibu itu bergidik ngeri dan langsung masuk ke dalam kontrakan nya.

Tiga hari berlalu, jaemin tidak masuk sekolah, padahal dia sudah kelas 12. Dan ceren juga tidak masuk kerja sama sekali, dia bahkan tidak pernah keluar kontrakan, hanya berdiam diri di dalam kontrakan.

Sesekali jaemin masuk ke dalam untuk mengecek ceren makan atau tidak, mandi atau tidak, tidur atau tidak dan sebagainya.

Hingga hari pernikahan mereka datang, jaemin dan ceren masih belum saling sapa sepatah kata pun.

Pernikahan mereka di langsungkan di rumah pak RW dengan di hadiri orangtua jaemin dan keluarga dekatnya, tapi dari pihak ceren hanya kedua orangtua nya saja yang datang.

Setelah akad di langsungkan, ceren diminta untuk mencium tangan jaemin sebagai tanda sungkem sang istri kepada suami.

Dengan terpaksa ceren pun mencium tangan jaemin, dan jaemin mengelus kepala ceren yang hanya berbalutkan kerudung putih.

"Maaf" bisik jaemin

Setelah semua ritual adat pernikahan selesai, ceren menghampiri orangtua nya untuk sungkem.

Bisa kalian tebak kalau ceren menangis. Menangis sampai cegukan.

"Mah, ceren berani sumpah demi Allah, ceren gak pernah ngelakuin itu" lirih ceren

Suami muda - Na jaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang