Vey langsung mengembangkan senyum cerahnya ketika namanya diumumkan bersamaan dengan Junho. Ya, mereka satu kelompok. Dan yang menyenangkan lagi, satu kelompok hanya ada dua orang. Lucky girl!
Vey senang, Junho apes. Wajahnya langsung masam mendengar pengumuman itu. Apalagi ini kelompok dalam ajang tari. Yes, tari couple. Biasalah pelajaran seni emang suka ada begituan.
“Pak! Boleh tukar kelompok?” Jisung angkat tangan.
“Ngga usah protes kamu.” Tolak gurunya segera.
Jisung hanya bisa mendengus kesal ketika mendapatkan teman sekelompok seperti Lala. Padahal dia berharap satu kelompok dengan Vey.
...
Junho duduk tenang di teras rumahnya sambil mengeser layar ponselnya. Tak lama setelah itu, Vey datang dan membuat Junho kaget melihat kedatangan Vey yang tiba-tiba itu. Vey mengumbar senyum cerah, sementara Junho masih dalam posisi awal. Kaget!
“Latihan dance yuk!” ajak Vey langsung duduk disamping Junho.
“Lo tahu rumah gue darimana?”
“Dongpyo.” Sahut Vey meringis.
“Ck..”
Junho jadi kesal sendiri. Apalagi mengingat wajah Dongpyo, pengen marah tapi ngga bisa. Ya, Dongpyo terlalu imut.
“Junho?”
Junho menatap Vey dengan tatapan datar.
“Ayo latihan!”
“Gue lagi ada janji sama orang. Lain kali aja.” Tolak Junho.
“Siapa?”
Belum sempat Junho menjawab, seorang wanita datang. Vey langsung melihat wanita itu. Desiran cemburu langsung merambat begitu saja. Itu Kak Sana.
“Haii..” sapa Sana dengan senyuman ramah.
Junho tersenyum dan langsung beranjak dari tempat duduknya tanpa mempedulikan Vey yang ada disampingnya.
“Ayo kak.” Ajak Junho.
“Temanmu gimana?” sana nunjuk Vey.
“Lo balik aja!” Junho menatap Vey cuek kemudian segera memegang tangan Sana dan mengajaknya pergi dari tempat itu, alias rumahnya.
“Duluan yaa...” seru Sana sebelum pergi kepada Vey.
Vey yang masih tertegun mencoba senormal mungkin dan membalas Sana dengan senyuman yang dipaksakan dengan mata yang mulai terlihat berkaca-kaca. Vey melihat Junho mengandeng tangan Sana. Pegangan itu terlihat hangat sekali.
“Hiks...”
Vey menangis di tempat. Dia ngga tahu kenapa cintanya harus berakhir seperti ini. Junho ternyata sudah punya pacar dan parahnya itu kakak kelas. Wajar sih, Kak Sana cantik.
...
Di dalam bus, Junho melamun dan melihat pemandangan luar bus. Sana duduk disampingnya sambil memegang tangan Junho dengan lembut.
“Dia gadis yang sering kamu ceritain kan?” tanya Sana yang dibalas anggukan sama Junho.
“Kamu kok ketus gitu. Kalau dia Bener-bener pergi lo.” Nasihat Sana tersenyum.
“Biarin kak.”
Junho masih memandang pemandangan luar bus. Sana melihat Junho dengan mata nanar. Raut wajahnya cerah berubah menjadi sendu. Kemudian dia mengusap kepala Junho dengan lembut.
“Kakak ngga mau lihat kamu sedih begini.”
Junho menghela nafas dan membuangnya perlahan. Kemudian ia menatap Sana dengan tatapan dalam.
“Aku harus gimana kak?” tanya Junho.
“Respon dia dengan baik ya. Jangan begini.”
“Tapi aku ngga mau buat dia nangis nanti.”
Sana tersenyum..
“Kamu udah mau sembuh lo. Jangan takut sama hal yang belum pasti ya.” Sana tersenyum.
“Tapi kalau aku ngga sembuh, gimana kak?” tanya Junho tampak khawatir.
“Kan dokter udah bilang, kamu udah hampir sembuh. Dan satu lagi inget, ngambek sama papa mamanya udah dong. Ayo balik ke rumah. Kak Eunwoo ngga sering dirumah kan? Pasti kamu kesepian kan?” tebak Sana.
Junho terdiam mendengar ucapan Sana yang tak lain adalah kakaknya. Dia tinggal dirumah kakak pertamanya, Eunwoo karena ngambek sama mama sekaligus papanya. Sepele sih, dia dilarang naik bus ke sekolah, tapi Junho ngga mau diantar supir rumahnya. Anak kaya yang tidak mau terlihat kaya.
“Nyakitin perasaannya ngga bikin kamu tenang kan. Malahan kamu sekarang takut kehilangan dia kan?” tebak Sana.
Junho mengangguk polos. Sana gemas sendiri melihat respons adiknya itu.
“Kak..”
“Hm?”
“Kalau aku sembuh, aku juga ngga bisa suka sama dia.”
“Kenapa?”
Junho mengalihkan pandangannya ke luar bus lagi. Untuk beberapa menit dia diam dan tidak menjawab pertanyaan Sana.
...
Vey menangis sesenggukan di teras rumahnya. Sekarang posisi dia lagi duduk di lantai rumahnya dengan lemas. Air mata terus mengalir tanpa henti. Sampai akhirnya seseorang dateng, itu Jisung dan Yohan.
“Gembrot, kenapa?” seru Yohan langsung lari.
Jisung juga tampak cemas melihat Vey menangis seperti itu. Vey spontan memeluk Yohan dan menangis dipelukkan lelaki yang sudah ia anggap kakaknya itu.
“Junho jahat ..”
Mendengar nama Junho disebut, Jisung langsung mengepalkan tangannya. Yohan masih berusaha menenangkan Vey dengan usapan lembutnya ke kepala Vey.
“Udah. Diem udah!” Yohan sedikit menyentak.
Vey langsung mengelap tangisan sekaligus air yang keluar dari hidungnya ke baju Yohan. Mendadak Yohan peka dan langsung mendorong tubuh Vey.
“Hiyekkkk...”
Vey yang semula menangis langsung ketawa cekikkan. Meski begitu ia masih terlihat menangis. Yohan langsung menjitak kepala Vey dengan kuat.
“Sialan lo ngoles umbel di baju gue.” Seru Yohan kesel sendiri.
Jisung yang ikut menyaksikan juga ikutan ketawa. Vey yang masih menangis juga terlihat tertawa. Dia nangis atau ketawa ekspresinya sama aja.
“Udah ngga usah nangis lagi.” Jisung tersenyum menatap Vey.
Vey menatap Jisung yang tengah tersenyum ke arahnya itu. Mereka saling menatap satu sama lain. Sampai akhirnya Yohan peka.
“EHem..”
Akhirnya mereka berhenti tatap-tatapan dan langsung bingung sendiri. Yohan senyum aja melihat interaksi mereka berdua. Menggemaskan. Tak lama setelah itu, ponsel Yohan bunyi. Dia segera mengambil ponselnya dan membaca pesan tersebut.
“Mba Devi?” tanya Vey kepo.
“Bukan..”
“Siapa?”
“Orang suruh hutang.” Jawab Yohan langsung menaruh ponselnya ke sakunya lagi.
Vey dan Jisung langsung ketawa bareng lagi. Dan parahnya tawa itu menjalar ke Yohan. Jadi ketiganya sama-sama tertawa sekarang. Interaksi mereka lucu.
.bersambung.
(Slow update nunggu peminat)
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Like Me | Cha Junho | Park Jisung ✔
Fanfiction"Lo mau gendut atau kurus, tetep aja gue ngga bakal tertarik sama lo." -Cha Junho- School - Romance Bahasa Tidak Baku