🍁 14 🍁

267 28 6
                                    

Jisung duduk termenung di minimarket seorang diri. Dia tidak terlihat seperti biasanya dan wajahnya tampak murung. Sampai akhirnya ada seseorang yang memberikan botol minuman kepadanya. Jisung langsung melihat orang itu.

Junho?

Jisung menatap botol yang diberikan Junho dan langsung menerima botol itu. Tapi...

“Gausah sok baik, munafik!”

Jisung langsung membuang botol minuman itu tepat masuk ke dalam tempat sampah. Junho menatap Jisung datar dan langsung berjalan menuju tempat sampah. Yaa, dia memungut kembali botol minuman itu.

“Cih...”

Jisung beranjak dari tempat duduknya dan berjalan mendekati Junho.

“Lo itu sebenarnya berbahaya! Gausah nutupin kebusukkan lo dengan sikap dingin lo!” tunjuk Jisung dengan emosional.

“Tahu apa lo tentang gue?” tanya Junho santai.

“Gue lagi ngga pengen mukul orang ya. Jangan pancing emosi gue.” Gertak Jisung dengan nada tegas.

“Jangan lo pikir hanya dengan melihat gue, lo bisa tahu siapa gue.”

Setelah berkata seperti itu, Junho berjalan berniat meninggalkan Jisung, tapi dengan tangan cekatannya Jisung memukul Junho tapi kali ini dengan sigap Junho menahan tangan Junho.

“Lo mau bonyok lagi?”

Junho tersenyum datar menatap Jisung.

“Gue diam bukan berati gue lemah.”

Setelah berkata seperti itu, Junho menghempaskan tangan Jisung dan langsung pergi.

“Awas lo! Gue ngga bakal tinggal diam.”

...

Jisung memarkirkan motornya di depan rumah Vey. Kemudian dia bergegas masuk ke dalam rumah Vey dengan tergesa-gesa. Niatnya mau getuk pintu, tapi pintunya sudah terlebih dahulu terbuka.

“Astaga...”

Vey kaget dengan kedatangan Jisung yang tidak terdeteksi itu.

“Gue mau ngomong sama lo Vey.” Kata Jisung serius.

“Males. Gue masih sebel sama lo!”

Vey berniat menutup pintu rumahnya kembali, tapi Jisung menahannya.

“Dengerin gue kali ini aja Vey.” Pinta Jisung memohon.

Vey menatap Jisung sedikit lama. Jujur saja dia tidak mau berlarut-larut marah dengan sahabatnya itu, tapi disisi lain Jisung juga kepergok mukulin Junho. Vey masih belum bisa menerima sahabatnya berbuat jahat seperti itu. Sama sekali bukan Jisung yang dia kenal.

“Junho itu...”

Belum sempat Jisung ngomong, ada suara motor yang berhenti di teras rumah Vey. Langsung aja mereka berdua menoleh.

“Eunsang?”

Jisung bingung dengan kedatangan Eunsang yang tidak biasanya kerumah Vey itu. Eunsang segera turun dari motornya dan menghampiri mereka berdua.

“Sung, Halo!” sapa Eunsang ramah seperti biasanya.

“Ngapain lo ke sini?” selidik Jisung dengan tatapan curiga.

“Gue mau jemput Vey mau jalan. Barangkali lo mau ikut?” ajak Eunsang.

Jisung kaget dong! Matanya sudah tidak bisa dikontrol dan nyaris keluar dari tempatnya. Kemudian dia menatap Vey penuh tanda tanya, sedangkan Vey hanya menatap datar Jisung.

“Eunsang sama lo...”

Jisung menatap Vey butuh penjelasan.

“Kita belum pacaran kok, Sung. Masih berteman.” Jawab Eunsang.

Lagi dan lagi, Jisung melotot. Ini berati saingan dia nambah dong?

“Yaudah Sung. Gue mau keluar sama Eunsang. Ngomongnya ntar aja.” Ucap Vey.

“Loh Vey. Kok lo gitu sama gue.” Jisung tampaknya kecewa.

“Bye!”

Vey langsung menarik tangan Eunsang untuk pergi dan meninggalkan Jisung yang masih mematung saking tidak percayanya dengan apa yang ia lihat. Eunsang mengklaskon sebelum pergi.

“Junho aja belum beres malah tambah Eunsang. Ga nyangka gue hashhhh!!”

...

Eunsang membawa motor dengan kecepatan sedang. Sementara Vey di belakang tampak merenung. Pikirannya melayang ke Junho. Dia sakit hati terus menerus diacuhkan oleh Junho. Tapi dia sudah janji dengan dirinya sendiri kalau tidak akan menyerah sebelum tiga kali percobaan nembak Junho. Cuma ya itu, sakitnya kok semakin lama tambah parah. Apalagi Junho kalau ngomong suka asal mangap.

“Vey..”

Eunsang membuka kaca helmnya dan melihat Vey dari kaca spionnya.

“Apa?”

“Lo bilang bakal nerima gue kalau lo habis ngutarain perasaan lo ke Junho. Bener?” tanya Eunsang.

Vey mengangguk lesu tanpa memandang Eunsang.

“Tapi kalau dia nerima lo, gue lo tolak?” tanya Eunsang.

Vey mengalihkan pandangannya menghindar dari tatapan Eunsang dari kaca spion. Eunsang yang biasanya tersenyum tampak lesu.

“Tapi kalau dia nolak lo, gue lo terima tanpa perasaan dong Vey?” tanya Eunsang lagi.

Seketika pertahanan air mata Vey gagal. Dia menangis saat itu juga. Eunsang bisa melihat Vey menangis. Otomatis Eunsang berhenti dan menoleh ke Vey. Kemudian ia menghapus air mata Vey dengan lembut dan mengakhirnya dengan senyum teduhnya.

“Udah. Jangan nangis kita mau jalan.”

Eunsang tersenyum dan kembali menghidupkan mesin motornya. Vey menatap punggung Eunsang yang sekarang hanya berjarak beberapa sentimeter saja. Hatinya sakit, tapi disisi lain dia bersyukur ada seseorang yang tulus mencintainya.

Apa lo jawaban dari cinta gue, Sang?”

“Apa lo orang yang dikirim Tuhan buat gue?”

“Apa gue harus lupain Junho?”

Perlahan Vey memegang pinggang Eunsnag. Bukan pinggang sih, tapi lebih tepatnya kaos Eunsang. Melihat Vey memegang kaosnya sedikit, Eunsang tersenyum dan langsung menarik tangan Vey agar melingkarkan pegangannya. Kemudian dia tersenyum menatap kaca spion. Vey jadi gugup sendiri.

Vey! Eunsang suka sama lo. Lo harus move on dari Junho!”

“Harus!”

...

Junho Vey?
Jisung Vey?
Eunsang Vey?

Vomen 🦋

Don't Like Me | Cha Junho | Park Jisung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang