"Junho dipanggil ke kantor?" Vey kaget.
"Ya, mukanya kan bonyok. Katanya sih dia berantem." Bisik Lala.
Vey tidak bisa percaya begitu saja. Ngga mungkin Junho berantem kalau dia ngga dipukul duluan. Ngga tahu kenapa Vey jadi khawatir.
...
Junho masih berdiri dihadapan guru BK dan wali kelasnya. Dia masih diam dan sama sekali ngga ada rasa takut di wajahnya. Malahan dia sekarang natap muka gurunya dengan jantannya.
"Kamu tidak mau ceritakan yang terjadi sama kamu?" tanya gurunya dengan tatapan tajam.
"Hak bapak tahu itu apa?" Junho jawab begitu.
Wali kelasnya langsung menabok Junho pelan, dan guru BK merasa kaget dengan jawaban Junho tersebut.
"Ini sekolah, ngga perlu ikut campur masalah pribadi pak." Tegas Junho.
"Kamu di sini sekolah dititipin orang tua kamu buat dibimbing, dilindungi. Jangan merasa sekolah Cuma belajar saja. Perilaku kamu, masalah kamu kita semua juga berhak tahu. Kamu bisa sopan tidak?" Guru BK itu membentak.
"Saya dari tadi juga ngomongnya pelan kok, Pak. Bapak aja yang tersinggung dan malah bentak saya. Itu contoh yang baik?" Junho menjawab datar.
Wali kelasnya mencubit Junho, tapi Junho ngga ada ekspresi sama sekali. Guru BK nya udah gemes pengen nyakar Junho, tapi tiba-tiba aja si Vey dateng.
"Heh kenapa kamu ke sini." Guru BK nunjuk Vey.
Junho menatap Vey kaget. Bahkan pandangannya ngga bisa beralih dari Vey. Mungkin dia juga mikir kenapa si Vey ke situ.
"Pak, Junho begini karena nolongin saya pak. Kemarin saya dirampok, dia nolong saya pak. Dan dia dipukul deh, tapi pak.. saya ngga jadi dirampok karena Junho nolong saya pak." Jelas Vey bohong.
Junho kaget denger karangan Vey, guru BK nya mendadak diam tapi matanya ngga bisa lepas dari Junho yang saat ini matanya masih melotot ke Vey.
"Kalau kamu jelasin dari tadi kan saya tidak perlu bentak-bentak kamu. Dasar murid ngga sopan." Cibir guru BK natap Junho.
"Selesai kan, Pak? Kalau begitu Junho boleh keluar bareng saya, Pak?" Vey tersenyum dan Junho hanya mematung.
...
Jisung duduk diam di gudang sekolahnya. Dia lagi kumpul sama geng kakak kelasnya disitu.
"Gimana kalau si songong itu ngomong semua?" Jeno tampak khawatir.
"Gimana lagi, tamatlah kita." Sahut Jaemin.
"No! Gue ngga bisa diginiin." Timpal Mark sambil geleng-geleng pala.
Cuma Jisung yang kelihatan santai disana. Bahkan dia menyunggingkan bibir sebelahnya dan natap kakak kelasnya itu dengan sinis.
"Hey! Santai aja lah kak, Junho ngga bakal ngadu." Seru Jisung.
"Lo yakin?" Jeno natap Jisung.
"Orang model kayak dia itu ngga mau memperpanjang masalah dan buktinya dia kemarin ngga lawan lo lo pada kan!" tunjuk Jisung ke kakak kelasnya bergantian.
"Pantesan Vey sukanya ke dia bukan ke lo. Dianya keren, lo sampah." Ejek Jaemin dengan sinis.
"Lo berani kak ngatain gue? Hey! Sadar dong, gue di sini ketuanya." Jisung senyum sinis.
"Ck..."
Kakak kelas itu tampak pasrah dijadikan suruhan seorang Park Jisung adik kelasnya. Apa dia seberkuasa itu sampai buat kakak tingkatnya tunduk? Wow!
...
Vey membawa Junho ke UKS, kali ini dia nurut aja dan ngga ngelawan. Tumben ya. Vey berniat mau ngobatin lebam di wajah Junho, tapi Junho langsung menepisnya.
"Gue bisa sendiri." Junho mengambil kapas yang sudah diberi obat luka oleh Vey.
Vey tersenyum saja dan memandang Junho yang masih ketus aja mukanya. Siapa sih ya yang ngga risih kalau dipandang deket begitu? Junho langsung noleh ke Vey dan melotot.
"Ngapain lo liatin gue?" sentak Junho galak.
"Lo ganteng sih..." jawab Vey yang sukses bikin Junho malingin mukanya ke tempat lain.
Vey tertawa cekikian melihat reaksi Junho itu.
"Muka lo kenapa bisa begini? Cerita dong sama gue." Pinta Vey.
"Ngga usah penasaran." Jawab Junho ketus.
"Gue kan Cuma pengen tahu yang terjadi sama lo. Tenang aja, gue bisa kok bela diri dikit. Ntar gue bales pake semprot air mata yang gue buat dari cabe sama merica. Biar orang yang buat lo kayak gini tahu rasa." Oceh Vey.
"Ngga usah sok akrab." Junho tetap dingin.
Vey gemas. Kemudian dia menonjok pelan muka Junho yang ada bekas lukanya. Langsung aja Junho melotot natap Vey.
"Sakit kan? Berati lo masih manusia." Vey ketawa cekikian.
Junho diam aja ngga balas ocehan receh Vey yang masih mencoba akrab dengannya.
"Tahu ngga? Gue waktu SMP ngintilin lo terus, tapi lo selalu lari kalau liat gue. Gue jadi mikir, mungkin lo jijik ya liat muka gue yang tembem, badan gue yang berlemak. Iya kan?" tanya Vey.
"Sekarang juga sama, jijik." Jawab Junho nyakitin lagi. Tapi Vey udah kebal.
"Gue diet ketat buat ngerubah jadi orang yang lebih baik biar lo ngga malu-malu banget disukai orang modelan gue. Eh tapi sama aja... Lo malah makin jijik sama gue." Vey senyum nanar.
"Gue kan udah bilang, lo mau gendut atau kurus, gue ngga bakal suka sama lo." Tegas Junho.
Vey sudah hafal dengan kalimat itu. Dia menarik nafasnya perlahan dan membuangnya dengan kasar.
"Terus kenapa lo dateng pertama kali pas gue ada dirumah sakit?" tanya Vey.
Junho menatap Vey, begitupun sebaliknya.
"Dan gue bisa ngerasain kalau selama gue ngga bisa lihat, lo yang selalu nemanin gue kan? Lo nuntun gue jalan, lo ngajak gue ngobrol. Itu lo kan?"
Junho diam. Mulutnya mendadak membisu.
Saat Vey masuk SMP, dia mengalami kecelakaan dan membuat indera penglihatannya tidak berfungsi dengan baik. Selama beberapa bulan dia ngga bisa melihat dan harus menjalani terapi. Makanya dia masuk SMP telat dan harus menunda sampai satu tahun. Untungnya terapi itu membuat si Vey bisa lihat lagi. Singkat ceritanya seperti itu.
"Makanya, pas gue ketemu lo di SMP, gue langsung suka sama lo." Vey berbicara lirih.
"Gue tegasin ke lo, itu bukan gue. Dan lo.." Junho nunjuk Vey.
"..Jangan pernah ngejar gue lagi." Lanjutnya.
Vey tersenyum.
"Gue bisa lihat kalau sekarang lo bohong ke gue." Vey berdiri kemudian meninggalkan Junho.
Junho masih diam di UKS. Dia melamun dan entah apa yang sedang ia lamunkan sekarang. Wajahnya terlihat cemas. Ada apa Junho?
.bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Like Me | Cha Junho | Park Jisung ✔
Fanfic"Lo mau gendut atau kurus, tetep aja gue ngga bakal tertarik sama lo." -Cha Junho- School - Romance Bahasa Tidak Baku