First Gift

5.7K 698 45
                                    

Xie Lian entah untuk yang keberapa kalinya hampir menjatuhkan kepalanya ke meja kasir. Setelah mengikuti kelas terakhirnya yang selesai ketika matahari telah tergelincir, dia langsung membuka toko. Ia lelah sungguh. Semalaman begadang menyelesaikan tugas yang telah mencapai deadline. Bangun terlambat yang menyebabkan sarapan harus dicoret dari rutinitas pagi. Kemacetan di jalan yang membuat semuanya sempurna. Belum lagi setumpuk tugas lain yang diberikan di hari ini. Akhir semester yang sibuk!

Setelah menguap sekali lagi, Xie Lian berjalan menuju rak mie instant. Dilihatnya ada banyak celah kosong dan juga beberapa bungkus mie yang tercecer. Setelah merapikan sebentar, ia berjalan menuju bagian pojok toko untuk mengambil satu dus penuh mie instant dan dibawa menuju rak tadi.

Belum selesai memajang, ponsel Xie Lian berdering. Mengambil dari saku, setelah melihat ID sang penelpon dia langsung menerima dan berjalan kembali menuju meja kasir. Mendudukan diri, "Wei? ...
Baik. ...Tidak-tidak! ...Oh ya? ...Baguslah kalau begitu. ... Sampai jumpa!" Itu tak lain adalah ayahnya yang menanyakan kabar serta apakah dirinya merasa direpotkan karena harus menjaga toko. Tapi kabar baiknya adalah besok karyawan penjaga toko sudah mulai kembali bekerja sehingga dia tidak perlu lagi datang kesini sepulang kuliah. Jika dihitung, hari ini sudah hari ketujuh!

Xie Lian berdiri dan kembali menuju rak untuk melanjutkan memajang mie.

Tatapannya berpindah ke arah pintu ketika terdengar bunyi dentingan. Ah itu pemuda seminggu yang lalu! Pemuda itu mengenakan atasan yang masih juga berwarna merah tapi kali ini tanpa tas di bahunya. Dan juga dia masih sama tampan seperti sebelumnya. PLAK! Xie Lian secara imajinatif menampar pipinya atas pikiran yang baru saja melintas. Kali ini pemuda yang sudah dianggap Xie Lian penyuka warna merah itu tidak berjalan menuju lemari pendingin. Melewati meja kasir, ia berjalan menuju ke arah... dirinya??

"Apa Gege sibuk?"

Xie Lian menghentikan gerakan tangan, "Ah tidak. Um..." Dia tidak melanjutkan karena ragu harus menyapa apa pemuda di depannya. Dan seolah peka dengan keadaan Xie Lian Si Merah berkata, "San Lang. Namaku San Lang Ge."

"Salam kenal San Lang. Aku Xie Lian." Ia mengulurkan tangan yang langsung disambut oleh tangan pemuda yang satunya.

Tangan kanan kedua pemuda itu berjabat. Xie Lian merasakan kehangatan memenuhi dirinya. Ada seperti getaran kecil merambat dari telapak tangan ke sekujur tubuhnya. Seperti tersengat listrik namun dengan sensasi yang menyenangkan.

Setelah tautan itu terlepas, Xie Lian tiba-tiba teringat akhir dari pertemuan mereka seminggu yang lalu. "San Lang um kembalian yang..." Belum sempat kalimat itu selesai San Lang memotong, "Tidak usah dipikirkan Ge! Itu memang khusus untuk membeli minuman kesukaan Gege."

Xie Lian terdiam. Oh ayolah tidak ada yang pernah melakukan hal seperti San Lang di pertemuan pertama dengannya. Hanya bisa membiarkan hal itu berlalu, "Apa San Lang butuh sesuatu?"

Belum terdengar jawaban, mereka mendengar suara pintu berdenting lagi. Tersenyum kecil, Xie Lian undur diri menuju meja kasir. Dari ekor matanya dia melihat San Lang berjalan menuju kursi yang terletak di sudut toko tepat di samping jendela.

Cepat-cepat menyelesaikan transaksi, Xie Lian menghampiri San Lang dan duduk di kursi yang berhadapan dengan pemuda itu.

San Lang sedang mengetukkan jemarinya beberapa kali ke atas meja sebelum Xie Lian duduk di hadapannya. "San Lang selalu memanggilku gege. Jadi bisakah aku tahu berapa usiamu?"

San Lang berganti mengaitkan kesepuluh jemarinya yang ada di atas meja. "Delapan belas Ge."

Xie Lian mengangguk paham. "Kau bahkan lebih tinggi daripada aku yang dua puluh tahun ini."

"Hahaha..." San Lang tertawa terbahak-bahak dan setelah mereda dia berujar, "Tapi Gege bahkan kelihatan lebih muda dariku!" Yang berhasil membuat pipi seputih salju milik Xie Lian dirambati semburat merah muda yang lembut.

Xie Lian memegang wajahnya yang entah untuk alasan apa terasa panas, "Berhenti menggodaku San Lang!"

"Tidak tidak. Aku tidak berani menggoda Gege!" Tapi sorot matanya memantulkan hal yang sebaliknya. Dia senang telah membuat Xie Lian tersipu.

Xie Lian melihat San Lang yang kemudian berdiri dengan satu tangan merogoh saku celana. Mencondongkan tubuh melewati meja dan mendekat ke arahnya. Terus mendekat kemudian menunduk yang membuat Xie Lian hampir berhenti bernapas ketika wajah San Lang melewati telinganya. Jarak ini terlalu dekat sungguh! Dia yakin jika saat ini posisinya sedang berdiri maka ia akan jatuh terduduk dengan sangat tidak elit.

"Aku harap Gege selalu memakainya." Xie Lian masih terkejut bahkan setelah San Lang menghilang dari hadapannya. Memegang dadanya, dia merasakan sesuatu yang dingin menjuntai. Xie Lian menunduk untuk melihat lebih jelas lagi. Seutas rantai perak dengan sebuah cincin sebagai bandul telah melingkari lehernya.

FIRST THEMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang