First at Your Home

3.6K 405 84
                                    

Xie Lian memain-mainkan cincin liontin di tangannya. Membolak baliknya beberapa kali kemudian seperti baru menyadari sesuatu, "Apakah ini inisial namaku?" Dia bangun dari paha San Lang yang sejak tadi menjadi bantalnya.

"Hm? Apa Gege baru menyadarinya?"

Memang selama ini Xie Lian tidak terlalu memperhatikan detail kalung dan liontin di lehernya. Dia hanya tahu kalungnya sangat cantik. Setelah dilihat lebih teliti, di bagian dalam cekungan cincin yang menjadi liontin kalungnya memang terukir dua huruf X dan L. Dia memainkan lagi liontinnya, "Um sebenarnya iya."

Jadi sudah dari dulu San Lang menjadi pemujanya bahkan sebelum Xie Lian sendiri mengenalnya. Uh benar-benar budak cinta. "Apa kamu tahu istilah bucin?"

San Lang menggeleng, "Tidak pernah mendengarnya."

"Sepertinya gelar bucin cocok diberikan kepadamu. Biar aku ingat..." Dia kembali menidurkan kepalanya di paha San Lang. "Pertama bertemu kamu membayar satu botol minuman dengan uang yang sebenarnya bisa membayar satu dus. Kedua kalinya kamu memberikan kalung." Dia menunjuk kalung di lehernya sebelum melanjutkan "Kalung ini juga ada inisial namaku. Padahal saat itu baru seminggu."

San Lang masih mengelus kepala Xie Lian, belum berniat memberikan tanggapan.

"Kamu juga pernah mengirimiku kotak makan siang setiap hari dan juga buku-buku yang aku tahu sulit untuk mendapatkannya. Kemarin aku juga melihat surat pembangunan sebuah butik atas namaku di laci. Dan mobilmu, plat nomornya adalah tanggal lahirku. Bahkan password ponsel, laptop, pintu masuk, juga kartu ATM semuanya adalah tanggal lahirku."

"Aku juga tahu di kamar kosong belakang yang katanya gudang nyatanya adalah satu ruangan penuh dengan lukisanku yang kamu buat sendiri. Kamu juga pernah menerbangkan tiga ribu lentera. Dan di atas semua itu, kamu adalah satu-satunya orang di dunia ini yang selalu bersedia memakan hasil masakanku tidak peduli apapun rasanya bahkan sekalipun itu beracun." Xie Lian mulai membongkar kebucinan sang kekasih.

Gerakan tangan San Lang terhenti. Dia memang seperti itu kan? "Lalu kenapa dengan semua itu? Setidaknya aku tidak tercela seperti Lan Wangji yang membiarkan kekasihnya menipu anak kecil dalam berhitung untuk mendapatkan satu tangkai permen."

Xie Lian terkejut mendengarnya. Bahkan ketua dewan mahasiswa yang dingin itu juga tipe bucin seperti San Lang. Sepertinya mereka pantas mendapat gelar raja bucin.

San Lang menarik pinggang Xie Lian dan membuatnya terduduk di pangkuannya. "Apakah aku boleh mengunjungi orang tuamu?"

Perubahan topik yang begitu cepat sedikit membuat Xie Lian bingung. "Kenapa tiba-tiba?" Dia refleks memiringkan kepala agar San Lang bisa leluasa menciumi lehernya.

"Tidak. Aku hanya ingin secara resmi melamarmu. Setelah Gege lulus kita akan langsung menikah."

Xie Lian mengernyit, "Kenapa tidak menunggu sampai San Lang lulus?" Mereka kan memang berbeda dua tahun ajaran.

San Lang membenamkan kepalanya di perpotongan leher sang kekasih. Menghirup dalam-dalam aroma sabun yang dipakai Xie Lian. "Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi."

Setelah menyerahkan keperjakaannya, Xie Lian memang merasa bersalah kepada kedua orang tuanya. Dia meminta San Lang untuk sebisa mungkin meredam nafsunya karena hubungan mereka belum tentu mendapat izin dari orang tuanya. Dan hal itu terus saja membayangi pikiran San Lang. Dia jelas tidak mau sang kekasih memiliki alasan untuk menolak sentuhannya.

"Bisakah Gege memberi tahu mereka bahwa kita akan berkunjung besok?"
.
.
.
Butuh waktu lebih dari sepuluh jam berkendara untuk sampai ke rumah orang tua Xie Lian. San Lang memutuskan untuk mengendarai mobil sendiri daripada menggunakan supir. Padahal mereka bisa saja naik pesawat dan menghemat setengah waktu perjalanan. San Lang berkilah semua itu untuk lebih menunjukkan ketulusan. Xie Lian beberapa kali menawarkan diri untuk bergantian menyetir tapi tidak diperbolehkan oleh sang kekasih. Dia takut Xie Lian akan lelah.

FIRST THEMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang