First Fight

2.7K 353 16
                                    

"Gege sudah kubilang jangan lari!" San Lang mulai menaikkan nada bicara.

"Jangan ikuti aku!" Pemuda yang sedang dikejarnya berteriak tanpa membalikkan wajah.

San Lang berusaha keras untuk menggapai kekasihnya yang ternyata sangat cepat saat berlari. "Aku akan marah kalau Gege tidak berhenti!"

"Aku lebih marah lagi kalau kamu tetap mengejar!"

Deg! Seketika San Lang berhenti. Dibiarkannya Xie Lian terus berlari hingga hilang dari pandangannya. Tadi dia hanya sekedar menggertak. Tentu saja dia tidak akan bisa marah pada gege tercintanya. Tapi siapa sangka sang kekasih justru membalas ancamannya dengan serius.

San Lang jelas tahu nada serius dan bercanda yang digunakan kekasihnya. Dan baru saja itu pasti bukan sekedar omong kosong belaka.

Dia sungguh tak bisa jika Xie Lian marah padanya. Dia sudah bertekad untuk selalu membuat pujaan hatinya bahagia. Selalu mendukung hal yang dilakukannya. Tapi situasi ini benar-benar di luar kendalinya.
.
.
.
Sudah tiga malam ini San Lang tidak bisa beristirahat dengan baik. Dia selalu terbangun di tengah malam dan tidak bisa memejamkan matanya lagi setelah itu. Dia meraba tempat kosong di sampingnya. Terasa dingin. Biasanya Xie Lian berbaring di sana. Tidak jarang kekasihnya itu tidur sambil memeluknya dari belakang. Hah dia sudah sangat rindu pada Xie Lian.

Bukan berarti selama ini dia tidak melakukan apa-apa. Dia sudah berusaha berbicara baik-baik pada Xie Lian, tapi pemuda itu selalu mengabaikan dan menghindarinya di setiap kesempatan. Bahkan panggilan dan pesannya diblokir. San Lang juga sudah menunggu selama berjam-jam di depan apartemen Xie Lian berharap pemuda itu mau menemuinya. Tapi hasilnya nihil. Kekasihnya malah menyuruh security untuk memintanya pulang dan tidak mengganggu lagi.

Mungkin Xie Lian masih butuh waktu untuk menyendiri, jadi San Lang dengan patuh menjaga jarak dari kekasihnya selama tiga hari.

Tapi di hari keempat, dia sudah tidak bisa lagi. Dia berniat menjemput Xie Lian dari kelasnya. Namun dia sama sekali tidak menemukan sosok kekasihnya di antara semua orang yang ada di sana.

San Lang bergegas mencari ke apartemen. Dia khawatir sesuatu telah terjadi pada Xie Lian. Sebelum sempat menaiki lift, dia dihentikan oleh pihak security yang mengatakan kalau Xie Lian sudah pergi semenjak kemarin lusa.

San Lang dengan tergesa menggunakan jet pribadi menuju rumah orang tua Xie Lian. Dia hanya bisa mendarat di atap gedung salah satu cabang perusahaannya di kota itu dan masih harus menyetir selama dua jam untuk sampai.

San Lang dengan sopan menyapa Nyonya Xie. Kali ini karena terlalu terburu-buru dia bahkan lupa untuk membawa buah tangan.

"Pemuda brengsek! Untuk apa kamu kesini?"

San Lang mengabaikan umpatan Qi Rong dan mulai bertanya pada calon ibu mertuanya. "Apa Xie Lian Gege ada di sini?"

"Tenangkan dirimu dulu." Nyonya Xie memberinya segelas air minum. Penampilan calon suami putranya benar-benar jauh dari kata rapi. Kemeja merah yang tidak dimasukkan dengan benar. Rambut acak-acakan. Dan lingkar hitam di sekitar mata.

San Lang meminumnya dengan cepat dan meletakkan gelas itu ke meja.

"Xie Lian tidak di sini."

Jawaban Nyonya Xie membuat San Lang mendesah, "Benarkah?"

"Rasakan! Aku harap kalian segera putus!"

Nyonya Xie memberi tatapan prihatin pada calon menantunya yang tampak semakin kuyu, "Dua hari lalu putraku memang pulang. Tapi tidak lama. Dia sudah kembali tadi sore dengan naik penerbangan terakhir. Mungkin akan sampai tengah malam nanti."

FIRST THEMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang