First Date

3.6K 478 74
                                    

Mata itu terbuka pelan dan menyesuaikan dengan cahaya di sekitar sebelum pandangannya menjadi jelas. Sejak kapan langit-langit di apartemennya berwarna keemasan bukannya putih bersih? Xie Lian setengah bangun dengan tubuh bagian atas bersender di kepala ranjang dan gerakannya membuat selembar selimut jatuh ke kakinya. Dia mengernyit sebentar. Ini kali pertama dia bangun di tempat yang tidak familiar baginya. Setelah loading sekitar satu menit dia baru sadar kalau semalam ia menginap di rumah San Lang. Meregangkan tubuh sebentar, dia bangkit dan berjalan menuju kamar mandi yang ada di pojok kanan ruangan. Kebiasaanya setelah bangun tidur memang langsung mandi omong-omong. Di dalamnya dia melihat ada sikat dan pasta gigi yang masih baru. Ada sabun mandi cair dan spons yang sama barunya. Ada sebotol shampo yang masih terisi penuh. Ada sebuah tube facial wash juga. Satu bathrobe putih bersih tersampir di gantungan. Xie Lian awalnya hanya berniat membersihkan wajah, tapi melihat semua keperluan mandi sudah tersedia, dia jadi tidak tahan untuk menanggalkan pakaiannya dan memulai ritual pembersihan tubuh.

Butuh waktu sekitar dua puluh menit untuk Xie Lian keluar dari kamar mandi dengan mengenakan bathrobe. Dia jadi dilema apakah harus memakai baju yang kemarin. Dia tidak terbiasa memakai baju yang sama setelah hari berganti. Rasanya risih. Tapi dia juga tidak bisa berkeliaran keluar hanya dengan memakai jubah mandi. Apa dia perlu meminjam baju San Lang? Ya itu ide yang bagus. Dia menggapai ponsel yang ada di atas meja dan berniat men-dial nomor San Lang ketika pintu kamar diketuk tiga kali.

"Gege sudah bangun?"

Xie Lian meletakkan kembali ponselnya. Dia berjalan ke arah pintu namun tidak membukanya. "Sudah."

Suara dari luar terdengar lagi, "Bolehkah aku masuk?"

"Tidak!" Xie Lian menjawab begitu cepat. Dia merasa tidak enak hati setelah berteriak seperti itu. "Um. Maksudku tidak sekarang. Aku baru saja mandi dan belum berpakaian."

"Apa Gege telanj-"

"Tidak!" Xie Lian berteriak sekali lagi dan lebih keras dari yang pertama. Dia bisa mendengar orang di seberang pintu tertawa kecil. "Boleh aku pinjam bajumu? Dan maaf aku menggunakan kamar mandi dan semua perlengkapan di dalamnya tanpa izin."

"Tidak perlu minta maaf. Itu semua memang dipersiapkan untuk Gege. Ayo buka pintu dulu!"

Xie Lian meragu. Haruskah San Lang melihat dirinya yang hanya mengenakan jubah mandi sebatas paha ini? Padahal jubah mandi di apartemennya mampu menutupi hingga bawah lutut. Namun dia butuh pakaian. Memantapkan hati, dia membuka pintu sedikit, hanya cukup untuk melongokkan kepala saja.

"Ini untukmu." San Lang memberinya sebuah paper bag. Dia dengan cepat mengulurkan tangan tanpa membuka pintu dan langsung menutup pintu itu dan membuat San Lang tertawa lagi. Ah gegenya ini sangat manis. Seperti perawan yang takut jika lelaki mesum masuk ke dalam kamarnya. "Aku tunggu untuk sarapan di bawah Ge."

"Terima kasih."

Xie Lian membuka paper bag
setelah sampai di ranjang dan duduk. Dia tersenyum begitu mengeluarkan isinya. Sepasang setelan kasual yang ternyata sangat pas dengan ukuran tubuhnya. Namun matanya langsung melebar begitu melihat suatu benda berbentuk segitiga berwarna putih yang terjatuh dari tumpukan kaos dan celana. Seketika wajahnya memerah.
.
.
.
San Lang tersenyum melihat Xie Lian mengenakan baju yang sengaja dia beli tadi pagi setelah bangun tidur. Sebenarnya belum ada toko baju yang buka di pagi buta seperti itu. Tapi San Lang memaksa kenalannya yang seorang pemilik butik membuka toko khusus untuk dirinya dengan embel-embel akan membayar sepuluh kali lipat dari price tag. Dan tentu saja tidak ada yang tahan dengan tawaran semenguntungkan itu.

"Bagaimana bisa semua ini begitu pas di tubuhku?" Xie Lian bertanya setelah mendudukan diri di hadapan San Lang.

"Aku tahu semua ukuranmu. Bahkan aku juga tahu segala sesuatu tentangmu Ge." San Lang memberinya smirk yang membuatnya semakin terlihat tampan.

FIRST THEMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang