Fated or?

1.7K 248 14
                                    

Pernahkah kalian mendengar ungkapan tentang ditakdirkan oleh takdir?


Hua Cheng tidak ingat dengan pasti mengapa dia berakhir di sebuah desa kecil jauh dari tempat tinggalnya. Mungkin karena lelah dengan ajakan--bukan itu, lebih seperti rengekan berulang kali dari He Xuan. Meskipun dia orang yang dingin dan tidak dapat dipaksa, ia masih bisa dibujuk.

Saat ini meski masih belum menghentikan usahanya dalam pencarian Xie Lian, tapi jauh dalam hatinya Hua Cheng merasa ia tetap akan menemukan tambatan hatinya itu.

Ketidakhadiran menumbuhkan hati. Ungkapan itu sekiranya sangat tepat untuk menggambarkan suasana Hua Cheng. Dengan bergulirnya waktu bukan membuatnya semakin melupakan Xie Lian, namun justru kerinduan yang semakin membuncah dalam dadanya.

Mata tajamnya menatap kurang minat pada bangunan di depannya yang akan menjadi tempat persinggahan selama tiga hari berada di sini. Meskipun udara pedesaan jauh lebih bagus dari udara yang biasa ia hirup, Hua Cheng sedikit menyesali keputusannya mengikuti He Xuan. Harusnya dia tetap berfokus pada rencananya menemukan Xie Lian yang sudah memakan waktu lebih dari tiga ratus hari.

"Kamu semakin terlihat tua dan jelek. Butuh penyegaran."

Kalimat kurang ajar itu seketika menampar kesadaran dirinya. Benarkah dia terlihat jelek?

Tidak bisa. Ia tidak bisa menjadi jelek. Bagaimana dia akan menghadapi pertemuan dengan Xie Lian jika wajahnya terlihat jelek? Seketika dia langsung mengubah penampilan lusuhnya. Kembali bercukur yang entah kapan terakhir kalinya dilakukan.

He Xuan berharap dengan kepergian kali ini sedikit meringankan pikiran Hua Cheng yang sudah lama kacau. Ia tidak habis pikir mengapa orang sekaliber Hua Cheng akan menjadi berantakan hanya karena seorang kekasih? Dia bisa saja kan mencari orang lain untuk dijadikan kekasih? Ayolah, ini sudah hampir setahun dan tuannya itu masih belum menyerah. Cinta memang begitu perkasa ah.

"Kamu masuk dulu. Aku masih harus mengurus sesuatu."

Hua Cheng tidak mengatakan apapun sebagai balasan. Ia langsung saja mengambil kunci yang disodorkan He Xuan dan melangkah mendekati pintu. Membuka kunci dengan ogah-ogahan, dia masuk dan langsung mencari kamar untuk merebahkan badannya.

Satu jam kemudian dia bangun dari tidur. Beranjak dari kamar untuk melihat sekeliling rumah, tidak nampak tanda pemuda satunya kembali. Heh dia yang mengajaknya kesini tapi ah sudahlah. Mengedikkan bahu, dia memutuskan untuk keluar.

Entah kenapa Hua Cheng sedikit malas untuk berkendara, jadi dia hanya akan berjalan tidak terlalu jauh.

Menghabiskan waktu sekitar lima belas menit, ia cukup puas mengamati sekitar dan sampai di sebuah toko. Hua Cheng hanya membeli sebotol minuman bersoda dan duduk di kursi yang telah disediakan di depan toko. Untuk kelas pedesaan, toko ini sudah termasuk besar, bisa dibilang seperti minimarket.

Dalam perjalanan pulang yang mengharuskannya melewati sepanjang jalan dihimpit hamparan sawah, hujan deras turun tanpa diduga.

Hua Cheng berlari, berharap untuk sampai di penginapan dengan cepat saat matanya menatap seseorang di depannya berjalan dengan tangan kanan memegang payung berwarna merah untuk terhindar dari tetesan air yang semakin deras. Satu kantong plastik besar dijinjing di tangan kirinya.

Tanpa pikir panjang Hua Cheng mempercepat larinya dan tanpa permisi pula langsung berteduh di bawah payung. Meskipun ia harus menundukan tubuh akibat perbedaan tinggi badan. Tindakannya begitu impulsif tanpa mempertimbangkan mereka hanyalah orang asing yang bertemu di jalan. Dia bisa saja langsung pulang dengan menerobos hujan alih-alih mencari perlindungan di bawah naungan payung orang lain.

"Ah-"

Orang yang memegang payung terkejut begitu mendapati ada orang lain di bawah payungnya.

Dia bahkan lebih terkejut lagi ketika mata mereka bertemu dan memantulkan bayangan masing-masing yang begitu jelas.

"Kamu/Gege!"

Dan pada akhirnya Hua Cheng memberikan bonus yang sangat banyak pada He Xuan karena telah berhasil membawanya ke tempat ini dan secara tidak langsung membuatnya bertemu Xie Lian tanpa usaha yang berarti.


Yah jika pada akhirnya kalian tidak memandangnya sebagai takdir, maka istilah serendipity terdengar lebih masuk akal mungkin?

Happy new year!!
Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca!
31/12/2019

FIRST THEMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang