First Making Love

4.7K 478 60
                                    

"San Lang mau makan apa? Biar aku memasakannya untukmu."

Sejauh ini yang bisa dibuat Xie Lian adalah hidangan 'Love for All Season' dan 'Incorruptible Chastity Meatballs.' Dan ajaibnya hanya dirinya dan San Lang lah yang bisa memakan dua jenis masakan itu. Pernah ketika dua pasangan lainnya kebetulan berkunjung saat mereka makan malam, keempat orang itu berakhir dengan wajah yang tak bisa didefinisikan setelah satu suap memakan masakannya. Hah sepertinya hasil belajar pada Luo Binghe dan juga Lan Wangji belum membuahkan kemajuan yang signifikan.

"Apa Gege tidak keberatan kalau aku meminta yang lain?"

Xie Lian mengernyit, "Uh tentu saja tidak. Katakanlah."

"Apa San Lang bisa memakan Gege saja?"

Xie Lian sudah acap kali mendengar kalimat itu keluar dari bibir kekasihnya. Dan tidak seperti pertama dua kali ketika dia mendengarnya, sekarang ia sudah jelas memahami apa yang dimaksud 'makan' oleh San Lang. Perlu dijelaskan sekali lagi bahwa mereka bukan seperti pasangan tetangga yang menjunjung tinggi prinsip 'everyday is everyday.' Untuk hal yang satu itu Xie Lian belum memutuskan kapan memberikannya kepada San Lang. Bahkan setelah hubungan mereka terjalin selama setengah tahun ini. Dia hanya takut tidak membuat San Lang mendapatkan apa yang dia harapakan setelah mereka melakukuan 'itu.' Ia hanyalah pemuda yang bisa dikatakan amatir menyangkut hal-hal di atas ranjang. Xie Lian membuat catatan kecil di otaknya untuk bertanya tips seputar bercinta kepada shou sebelah rumah.

Hah padahal kepala San Lang sudah penuh bahkan hampir meledak dengan fantasi-fantasi indah tentang Xie Lian yang mengerang di bawah kungkungan tubuhnya. Ayolah mereka sudah tinggal serumah. Tinggal sekamar. Tapi San Lang masih belum berhasil membuat Xie Lian berani melangkah ke tahap yang paling dia senangi.

"Apa Gege takut? Apa Gege tidak percaya padaku?" Jeda semenit sebelum San Lang berkata dengan suara sangat pelan, "Lupakan saja."

Xie Lian masih terdiam mematung ketika dia mendengar San Lang melanjutkan, "Panggil aku kalau masakan Gege sudah matang." Dan dia berlalu menuju kamar dengan memasang wajah yang dibuat sesedih mungkin. Padahal ketika tiba di kamar, dia tidak bisa menahan seringaiannya lagi ketika tadi sekilas melihat ekspresi Xie Lian.
.
.
.
Suara hujan di luar tidak dapat membuat indera pendengaran Xie Lian teralihkan dari bunyi kecipak basah yang berasal dari bawah tubuhnya. Bahkan suhu AC di ruangan tidak mampu menurunkan tensi panas di atas ranjang. Tangannya mencengkeram kuat sprei di sekitarnya yang sudah acak-acakan.

San Lang berpuluh-puluh kali lipat lebih tampan dari yang biasa Xie Lian lihat. Dengan gerakan naik turun yang semakin cepat di bawah sana, keringat yang mengkilap di kulit, serta mata berkabut penuh nafsu. Dan dalam dua sentakan, Xie Lian mendapat 'pelepasannya'. Disusul San Lang beberapa saat kemudian.

San Lang menyelimuti tubuh mereka dan memeluk Xie Lian, berbisik di telinganya. "Kamu yang terindah Ge. Terima kasih." Tentu saja kalimat itu tidak bisa didengar oleh Xie Lian yang sudah lebih dulu tidur karena kelelahan menghadapi serangan San Lang selama hampir satu jam.

Sepertinya mereka akan melewatkan waktu makan malam.
.
.
.
Xie Lian menggeliat merasakan sebuah kecupan menerpa pundak telanjangnya. "Uhm..." dia melenguh dan mulai membuka mata. Merasakan perutnya dilingkari sepasang tangan dan sesuatu yang keras mengenai belakang tubuhnya.

"Pagi Sayang." San Lang mencium sekali bibir Xie Lian. Dia berbisik di telinga kekasih indahnya, "Mari kita awali hari yang baik ini dengan morning sex..."

Seketika wajah hingga telinga Xie Lian dirambati semburat merah. Uh dia tidak bisa tahan dengan sesuatu yang terlalu vulgar. Jadi dia hanya menampar main-main tangan yang masih ada di perutnya. Tapi dia tetap patuh ketika San Lang membalik tubuhnya dan mengangkat pinggulnya. Uh nyeri di bagian itu bahkan masih belum hilang dan membuat Xie Lian menenggelamkan wajah ke bantal.

San Lang menciumi setiap jengkal punggung mulusnya. Sesekali menggigit lalu menghisap bagian yang dilaluinya dan meninggalkan bercak merah terang di sana. Tangannya dengan nakal meraih dua titik di dada Xie Lian. Memainkannya dengan begitu lihai membuat Xie Lian mengeluarkan suara-suara aneh untuk yang kedua kali. Tubuhnya masih terlalu sensitif setelah dihajar semalam tadi. San Lang tak tahan untuk memiringkan wajah Xie Lian dan berbagi lumatan panas saat dia perlahan memasuki bagian tersembunyi sang kekasih. Meredam teriakan Xie Lian ketika dia telah berhasil masuk sepenuhnya. Memberi jeda beberapa menit sebelum mulai menggerakkan miliknya yang terjepit begitu nikmat di ruangan hangat Xie Lian. Dan begitulah pagi itu dibuka dengan erangan dan desahan dari dua orang yang sedang dimabuk cinta.
.
.
.
San Lang membereskan semua kekacuan di atas ranjangnya saat Xie Lian tengah mandi sementara dirinya sudah terlebih dulu membersihkan diri. Dia tersenyum senang penuh kepuasan melihat bekas darah dan cairan lain yang telah mengering di atas sprei. Setelah semua tertata rapi, dia turun ke bawah dan membuatkan sarapan untuk mereka.

Xie Lian berjalan tertatih menuju dapur. Uh dia tak menyangka efeknya akan menjadi seperti ini. Bagian belakangnya berdenyut sakit saat dia bergerak dan membuatnya harus berjalan ekstra pelan. Seluruh tubuh bagian atasnya baik depan belakang dipenuhi bercak kemerahan yang kentara. Meskipun ini merupakan yang pertama kali, tapi dia merasa telah dipukul dengan sangat telak. Xie Lian hanyalah perjaka polos yang baru saja kehilangan keperjakaannya. Dia hampir tak bisa mengimbangi gairah San Lang yang terlalu menggebu dan tidak pernah surut. Bahkan ia sudah kelelahan dan tertidur setelah satu ronde. Hei satu ronde saja dia dihajar selama satu jam. Xie Lian bahkan sudah mencapai puncak beberapa kali akibat pekerjaan tangan dan mulut kekasihnya. Tapi pemuda yang menggagahinya itu hanya keluar satu kali semalam. Dia jadi tak bisa membayangkan jika mereka melakukannya setiap hari seperti pasangan sebelah. Bisa-bisa tubuhnya hancur perlahan-lahan.

San Lang menghampiri Xie Lian dan langsung membopongnya di lengan menuju kursi yang telah dialasi bantal kecil untuk membuat nyaman sang kekasih yang baru saja dia miliki seutuhnya. "Apakah tadi aku berlebihan?" Tanyanya ketika sudah duduk di samping Xie Lian.

Xie Lian dibuat merona lagi. "Uh jangan membahas hal itu lagi." Dia tidak mau diingatkan lagi bagaimana dia mengerang dan mendesahkan nama San Lang berkali-kali saat kekasihnya itu mengerjai seluruh bagian tubuhnya tanpa ampun seperti tidak ada hari esok. Dia juga tidak mau diingatkan lagi bagaimana dia memohon agar San Lang bergerak lebih cepat untuk menumbuk suatu titik di tubuhnya yang membuatnya melupakan segala rasa sakit yang sempat dia derita.

San Lang membelai wajah Xie Lian kemudian mengecup pipinya yang tengah merona. "Baiklah. Ayo makan Ge. Kemarin bahkan kita tidak sempat makan malam."

Xie Lian membatin, 'Dan itu semua jelas saja salahmu.'
.
.
.
San Lang merasa sangat bersalah melihat cara berjalan Xie Lian. Jadi dia memutuskan mereka tidak masuk kuliah hari ini.

Xie Lian menatap layar laptop di pangkuannya dengan seksama, menyelesaikan tugas yang akan dikumpulkan lusa. Dia bahkan tidak sadar ketika San Lang masuk ke dalam kamar. Ia berjengit kaget saat sepasang lengan melingkari lehernya dan sebuah kecupan mendarat di pipinya.

"Kekasih tercintaku ini serius sekali." San Lang mengambil posisi duduk di hadapan Xie Lian. Dia menyodorkan sesuatu kepada kekasihnya.

Xie Lian menutup laptopnya dan menerima pemberian San Lang. "Apa ini?"

"Salep penghilang rasa sakit."

Xie Lian kembali diingatkan pada rasa nyeri di bagian yang memalukan pada tubuhnya.

"Mau aku oleskan?" San Lang memasang senyum nakal di wajahnya.

"Tidak!" Xie Lian menggelengkan kepala dan menjawab dengan setengah berteriak. Dia segera beranjak dari kasur dan berjalan pelan menuju kamar mandi. Dia tidak mau terjebak lagi. Bisa-bisa sakitnya akan bertambah jika dia membiarkan San Lang mengobatinya.

San Lang tertawa terhibur.

FIRST THEMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang