First Kiss

3.5K 480 55
                                    

Xie Lian merasa hidupnya lebih baik selama sepertiga bulan ini. Tentu saja itu bukan berarti selama ini hidupnya tidak baik. Hanya saja dia merasa jauh lebih bahagia setelah pindah ke tempat San Lang. Dulu dia bahkan hampir tidak pernah meluangkan waktu untuk bercengkerama dengan penghuni apartemen lainnya. Rutinitasnya hanya sebatas kuliah lalu pulang. Sudah seperti itu saja. Dia juga bukan tipe orang yang suka hang out. Ia bahkan jarang keluar kecuali untuk mencari makan. Sepertinya julukan anak rumahan cocok tersemat padanya.

Di hari pertama tinggal di sini, Wei Wuxian mengunjunginya lagi. Bosan sendirian di rumah katanya. Lan Wangji yang notabene ketua dewan mahasiswa memang sesekali harus pergi ke kampus walaupun sedang masa liburan. Kondisi itu sebenarnya sama dengan Xie Lian yang ditinggalkan San Lang keluar kota untuk mengurusi suatu hal entah apa yang katanya penting. Wei Wuxian dengan sesuka hati nyelonong ke dapur dan membuka kulkas. Mengambil satu buah apel dan sebungkus snack serta satu kaleng minuman bersoda. Terkesan tidak sopan dan urakan memang. Tapi dia sudah terbiasa seperti itu jika datang ke dua rumah tetangga. Padahal isi kulkas di rumahnya juga tidak kalah penuhnya. Xie Lian tersenyum lemah lalu mengambil satu botol minuman vanilla untuk dirinya sendiri kemudian mengikuti Wei Wuxian yang sudah terlebih dulu duduk di sofa dan menyalakan TV. Mereka menonton kartun berbentuk kotak berwarna kuning yang berteman dengan makhluk pink berbentuk bintang. Keduanya sesekali tak bisa menahan tawa ketika melihat tingkah konyol dan absurd dua sahabat itu. Tv sedang menayangkan jeda iklan saat Luo Binghe langsung masuk tanpa memencet bel terlebih dulu. Sungguh tetangga Xie Lian bukanlah orang-orang biasa. Ternyata dia juga sama bosannya, ditinggalkan Shen Qingqiu ke kampus. Tadi dia sudah nyelonong ke rumah Lan Wangji tapi tidak menemukan Wei Wuxian di sana sehingga ia langsung saja nyelonong ke rumah ketiga. Dan begitulah mereka menghabiskan hari jika ditinggalkan pasangan. Xie Lian yang bisa dibilang kemampuan masaknya paling parah terkadang meminta Luo Binghe mengajarinya tata cara memasak yang baik dan benar. Wei Wuxian juga ingin mengajari tapi langsung ditolak sopan mengingat fetish-nya pada rasa pedas yang luar biasa. Pernah juga ketiga orang itu keluar bersama untuk jalan-jalan di mall dan ketika pulang harus berhadapan dengan ketiga orang lain yang memasang wajah cemas lantaran ketiganya lupa membawa ponsel untuk memberitahu sang pasangan.

San Lang selalu menepati janji. Dia tidak pernah menyentuh Xie Lian lebih dari sekedar berbagi pelukan hangat. Xie Lian merasa begitu beruntung dengan pengertian sang kekasih. Dia hanya tidak tahu selama ini San Lang mati-matian menahan hasrat saat bersamanya.

Saat ini mereka sedang menikmati sore di ranjang kamar San Lang. Xie Lian tiduran berbantalkan pahanya sementara dia bersender di kepala ranjang. Tangannya mengelus lembut surai hitam sang kekasih. Sesekali kepalanya menunduk untuk memberi kecupan di sana.

"Empat hari lagi semester baru dimulai." Xie Lian memecahkan keheningan. Tangannya memainkan lipatan celana pendek kekasihnya.

"Hm." San Lang dengan malas bergumam. Huh dia jadi tidak bisa menghabiskan waktu lebih lama dengan sang kekasih mulai empat hari ke depan.

"Kenapa dengan wajahmu?" Xie Lian bertanya saat melihat wajah yang dipasang San Lang.

Deringan ponsel terdengar dari ponsel Xie Lian. San Lang mengambil dan menyerahkan benda berbentuk kotak itu pada Xie Lian yang masih berbaring di bawah.

Xie Lian mengerutkan kening membaca pesan di ponsel. Dia bangun dari tidurannya. "Ayah memintaku besok untuk menjaga toko." Jelasnya setelah mengetik pesan balasan.

"Tidak masalah. Lakukan apa yang ingin kamu lakukan Ge."

San Lang menarik pinggang kekasihnya untuk merapat. Dengan patuh Xie Lian meletakkan kepala di pundaknya. Tangan San Lang naik dan mengusap lembut lengan Xie Lian.

FIRST THEMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang