First Fear

2K 338 4
                                    

"Sayang bisakah kamu bantu aku?"

Xie Lian bergegas memasukkan laptop ke dalam tas yang disampirkan di atas kursi lalu menghampiri sang kekasih yang tengah duduk di tepi ranjang.
Dia memandang dari atas ke bawah dan tidak menemukan kekasihnya dalam kesulitan apapun.

"???"

"Bisa tolong lepaskan bajuku?"

Pemuda yang lebih tua mengerutkan dahi, "Yang patah kan kaki bukan tanganmu."

"Jangan jadi kejam begitu." Pemuda lain yang masih duduk menarik-narik ujung baju Xie Lian yang berdiri di sampingnya.

Biarpun Xie Lian merasa sang kekasih sedang memodusinya, dia tetap meraih bagian bawah kaos dan perlahan mengangkatnya, "Apa kamu mau mandi?"

Kaos itu baru terangkat sampai perut saat San Lang menahan tangan sang kekasih. "Bagaimana kalau Gege membantuku ke kamar mandi?"

Xie Lian meraih tangan kiri sang kekasih untuk mengitari pundaknya, lalu perlahan membawa tubuh yang lebih besar berdiri. Perbedaan tinggi di antara mereka mengharuskan San Lang menundukkan tubuhnya. Membuat indra penciumannya dimanjakan wangi segar yang menguar dari tubuh Xie Lian.

Setelah melepaskan baju dan celana, Xie Lian hampir keluar dari kamar mandi namun lagi-lagi ditahan oleh sang kekasih. Uh tidakkah dia tahu kalau dirinya tengah malu melihat keseluruhan tubuh San Lang tanpa penghalang apapun? Bukan berarti dia belum pernah melihatnya sebelumnya, tapi tetap saja kan? Sementara pemuda yang full naked masih terduduk di atas kloset tertutup dengan sikap percaya diri tanpa sedikitpun malu seolah menunjukkan asetnya yang begitu berharga.

"Mengapa Gege sekarang tidak mau memandikanku lagi?"

Xie Lian memalingkan wajah dari tubuh sempurna kekasihnya. "Lukamu sudah tidak separah seminggu yang lalu. Aku rasa kamu sudah bisa melakukannya sendiri kan?"

Memang sebelumnya Xie Lian yang membantu San Lang membersihkan tubuh. Dengan hati-hati menjaga agar luka di kaki sang kekasih tidak terkena air. Itu kemarin-kemarin saat kekasihnya belum bisa berjalan dengan benar. Tapi kondisinya sekarang berbeda. Tinggal sedikit pemulihan dan dipastikan semua lukanya akan sembuh total. Lagipula dia sudah bisa berjalan sendiri walaupun masih sedikit tertatih. Hanya ketika sedang manja saja dia ingin dipapah.

Dan jelas selama proses membantu membersihkan diri itu tidak bisa dihitung berapa kali sang kekasih sengaja menggodanya. Entah dengan meminta menggosokkan sabun di daerah rawan atau memercikkan air ke tubuhnya sehingga ada kesempatan untuk mandi bersama.

Pada suatu malam belum lama ini dia bahkan berani menggunakan tubuhnya untuk melakukan kegiatan dua kali per minggu mereka yang sudah lama terbengkalai hampir satu bulan. Dan dalam kondisinya yang seperti itu, tidak ada secuilpun perubahan dalam kegiatan seks mereka. Dia tetap saja tanpa ampun mendominasi tubuhnya hingga membuat Xie Lian memohon berkali-kali.

Kali ini dia tidak akan tertipu dan hanya memberinya punggung yang menjauh.
.
.
.
Satu-satunya hal yang membuat Xie Lian meninggalkan kekasihnya di rumah untuk pergi ke kampus ialah hari ini dia harus menyerahkan skripsinya.

Satu belokan lagi dan dia akan sampai di ruangan sang dosen. Namun karena tidak terlalu memperhatikan, dia bertabrakan dengan seseorang tepat ketika dirinya berbelok. Segera udara di sekitar dipenuhi dengan kertas-kertas yang berjatuhan. Sepertinya tabrakan itu membuat orang lainnya terkejut dan refleks melepaskan barang yang tengah dia bawa. Xie Lian menatap orang yang telah ditabrak atau menabraknya dari celah kertas-kertas yang berhamburan di udara. Matanya menangkap sosok seorang pria tinggi berusia sekitar tiga puluhan. Pandangannya menjadi lebih jelas saat semua kertas sudah jatuh ke lantai. Dan dia yakin pasti dia tidak mengenal orang itu.

"Maafkan saya."

Sang mahasiswa buru-buru berjongkok untuk memunguti kertas yang berserakan. Orang di depannya juga melakukan hal yang sama. Dengan gesit mereka mengambil kertas-kertas yang tercecer di lantai. Tangan mereka sedikit bersentuhan saat mengambil helai kertas yang terakhir. Xie Lian menyerahkan tumpukan kertas di tangannya kepada pria di hadapannya yang menerimanya dengan senyum kecil tersungging di bibirnya.

"Sekali lagi maafkan saya."

Xie Lian membungkuk sekali lalu melanjutkan langkahnya. Mencoba mengabaikan seringaian orang yang baru saja ditemuinya.

Dia mengetuk pintu beberapa kali dan setelah mendengar seruan untuk masuk, ia mendorong pintu dan melangkah ke dalam.

"Silahkan duduk."

Xie Lian menuruti perintah Mei Nian Qing, dosen pembimbing skripsinya.

"Apakah sudah selesai?"

Sang murid membuka tas dan mengeluarkan hasil kerja kerasnya selama sebulan terakhir. Menyodorkan pada sang dosen yang duduk berseberangan dengannya. Dia berharap semua upaya yang telah dilakukannya membuahkan satu hasil yang memuaskan.

Mei Nian Qing membenarkan letak kaca mata lalu membuka map yang telah disodorkan kepadanya kemudian mulai membaca isinya. Membolak balik beberapa kali sebelum menutupnya dan berkomentar, "Cukup baik. Akan aku hubungi jika ada bagian yang perlu direvisi."

Xie Lian cukup lega mendengarnya. "Terima kasih. Kalau begitu saya permisi."

Entah dia salah lihat atau tidak, sang dosen memberikannya tatapan tidak biasa yang ia tidak tahu apa itu.
.
.
.
Pemuda berusia dua puluh satu tahun itu sengaja tidak memberitahukan kepulangannya yang lebih awal pada sang kekasih. Dia berpikir mungkin akan lebih menyenangkan jika dirinya membuat kekasihnya terkejut.

Xie Lian memasuki rumah dengan berjinjit kecil-kecil, berusaha tidak menimbulkan suara sama sekali. Dia begitu senang karena tidak langsung berpapasan dengan San Lang di ruang depan. Setelah mengintip ke dapur dan tidak mendapati ada orang di sana, dia menaiki tangga masih dengan langkah yang sama.

Ia merasa kejutannya sebentar lagi akan berhasil ketika dia hampir sampai ke kamar. Ketika sudah tiba di depan pintu kamar yang dalam keadaan tidak tertutup, dia berniat melongokkan kepala untuk melihat posisi kekasihnya lalu masuk dan langsung menerjang tubuh sang kekasih. Atau dia juga bisa menutupi kedua mata kekasihnya dari belakang. Tapi dia urung melakukan semua itu saat telinganya mendengar suara San Lang. Dia tidak mungkin membawa orang lain ke kamar, jadi bisa dipastikan dia sedang berbicara melalui telepon. Xie Lian memutuskan tetap berdiri di luar untuk mendengarkan.

Jadi siapa dalang di balik semuanya?

Tidak heran butuh waktu yang sangat lama.

Aku tidak pernah merasa menyinggungya.

Begitu? Semuanya ada hubungannya dengan istriku?

Jantung Xie Lian mencelos ketika dia mendengar kalimat yang diucapkan San Lang. Meskipun mereka belum resmi menikah, namun dia sangat yakin istri yang dimaksud adalah dirinya.

Jangan harap dia bisa merebut milikku.

Awasi terus pergerakannya.

Xie Lian bukan orang bodoh yang tidak dapat menyimpulkan apapun dari pembicaraan sang kekasih. Dia bisa meyakinkan diri bahwa kecelakaan yang menimpa San Lang bukanlah suatu kebetulan. Itu memang disengaja. Ada orang di luar sana yang memiliki motif untuk memisahkan mereka. Lebih dari itu, orang itu mengincar dirinya. Tapi siapa? Siapa orang itu? Dia bahkan mampu membuat sang kekasih yang penuh antisipasi dan begitu ketat dalam pertahanan menjadi celaka. Seketika ketakutan merambati hati Xie Lian. Bagaimana jika terjadi hal buruk lainnya di kemudian hari karena dirinya sendiri?

Jangan lupa berikan feed back setelah membaca ya...

FIRST THEMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang