Jam kosong. Salah satu waktu yang paling di sukai oleh murid sekolah selain jam istirahat dan lonceng pulang. Beruntungnya hari ini kelas Saka mendapatkan jam kosong itu. Pagi hari yang harusnya di pusingkan dengan mata pelajaran Kimia, berubah menjadi pagi yang santai karena sang guru sedang ada urusan. Saka bersorak girang begitu mendengar pengumuman itu, tidak peduli dengan tugas yang di amanahkan pada kelas mereka untuk di kerjakan. Ia memilih untuk membolos ke kantin sementara teman sekelasnya pergi ke perpustakaan.
"Saka, mau kemana?!" seru Diandra begitu melihat Saka berjalan menuju arah yang berlawanan dengan mereka.
"Kantin." Kata pria itu santai tanpa menoleh ke belakang.
Ia tahu, saat kembali ke kelas nanti ia pasti akan di hadiahi dengan ceramahan dari Sera dan Diandra. Tapi ia hanya ingin membolos sekali saja hari ini di kantin. Ia juga lelah di hadapkan dengan pelajaran Kimia yang entah harus ia jelaskan bagaimana susahnya. Kimia itu percampuran dari hitungan dan materi. Harus menghitung besar-kecilnya pH suatu larutan, bagaimana diagramnya, dan larutan apa saja yang masuk dalam asam maupun basa. Pusing? Tentu saja, ia amat membenci pelajaran itu.
Kakinya memasuki area kantin yang sepi. Tentu saja sepi, ini masih waktunya belajar di dalam kelas. Pria itu menghampiri salah satu stan yang menjual minuman. Memesan minuman kesukaannya kemudian duduk menunggu di salah satu bangku yang tersedia di sana.
"Eh, kak Saka?" Suara itu mengalihkan perhatian Saka dari ponsel pintar di genggamannya. Ia menoleh ke samping, mendapatu juniornya tengah tersenyum ke arahnya.
"Hai," kata Saka singkat kemudian kembali asik dengan ponselnya.
Naomi duduk di samping Saka setelah memesan minumannya. Gadis itu memandang wajah Saka yang terlihat sangat serius menatap layar ponselnya. Ia sangat mengakui ketampanan Saka yang bisa di bilang ada di atas rata-rata. Wajah serius Saka saat ini makin menambah ketampanannya. Membuat Naomi terpesona dengan wajah seniornya itu.
Merasa di perhatikan, Saka menoleh ke samping. Menatap heran Naomi yang nyaris tidak berkedip ketika memandangnya. Saka memetik jarinya di depan wajah Naomi.
"Lihat apa?" tanya Saka setelah berhasil membangunkan Naomi dari lamunannya.
"E-Eh, nggak ada kok," jawab Naomi berbohong.
"Lo kagum sama muka gue yang ganteng ini?" Saka mulai menyombongkan wajahnya yang tampan. Biar bagaimana pun juga, Saka ya tetap Saka. Selalu percaya diri dengan segala hal yang berbau wajah, kepintaran, dan kehebatan.
"Kakak geer ah." Kata Naomi menoyor lengan Saka, tersenyum malu.
"Nggak apa-apa geer, yang penting beneran ganteng."
Kali ini Naomi malah tertawa kecil mendengar perkataan Saka barusan. "Kenapa ketawa?" tanya Saka heran.
"Kakak pede juga ya. Lucu."
"Harus pede dong."
"Iya-iya."
Saka ikut tertawa kecil mendengar jawaban Naomi yang seakan pasrah dengan perkataan Saka. Selagi tertawa, Saka menatap gadis di sampingnya lekat. Sebenarnya Naomi itu manis menurutnya, hanya saja ia belum tertarik pada gadis itu. Perlukah ia melakukan pendekatan? Boleh di coba, tapi perlu di pikir lagi juga.
"Lo bolos?" tanya Saka memulai lagi obrolan mereka.
"Bisa di bilang begitu? Kelasku jamkos."
"Sama dong. Jodoh kali ya?" kata Saka membuat Naomi memerah.
"Apa sih, kak."
"Gurunya maksudnya," ujar Saka membuat Naomi menduduk malu. Ia menarik sudut bibirnya sedikit melihat respon Naomi.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERLUPAKAN? || REVISI
Teen Fiction| TERLUPAKAN || REVISI | pernah merasa terlupakan? terlupakan oleh siapa saja, teman, sahabat, atau siapa pun itu. pernah dalam posisi itu? ya, itu memang menyakitkan. hanya saja, itu harus di rasakan oleh seorang gadis SMA bernama Diandra. yang...