Bagian : Sepuluh

497 32 0
                                    

Langit yang cerah menyambut pagi hari itu. Kicauan burung terdengar sampai di telinga Diandra ketika gadis itu tengah bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Tas ranselnya tersampir di salah satu bahunya ketika menuruni anak tangga untuk pergi ke dapur. Yati yang memang sudah berada di dapur sejak sejam yang lalu, menyambut putrinya dengan senyuman hangat saat gadis itu memasuki dapur.

"Perginya bareng Saka atau Mama antar?" tanya Yati ketika Diandra duduk di kursi meja makan untuk menyantap sarapannya.

"Sama Saka, Ma."

Yati menganggukkan kepalanya kemudian kembali asik membuat makanan. Makanan itu tentu saja bukan untuk sarapan pagi ini, tapi untuk nanti siang ketika Diandra pulang dari sekolah. Menu sarapan Diandra hanya roti dan juga susu, seperti biasanya.

Tin! Tin!

Diandra melahap roti cokelatnya dengan cepat dan meneguk habis segelas susunya. Ia berpamitan pada Yati setelahnya karena Saka sudah sampai di depan rumahnya. Dengan langkah buru-buru ia keluar dari rumah sambil menenteng tas ranselnya.

"Pagi, Sakaaaa!" serunya begitu memasuki mobil Saka. Suasana hatinya hari ini sedang bagus, sejak bangun tadi ia merasa sangat senang entah mengapa. Dan karena hal itu, ia mendapatkan tatapan heran dari Saka.

"Lo sakit, ya?" tanya Saka sambil menyentuh kening Diandra.

"Nggak, gue sangat amat sehat." Diandra menurunkan tangan Saka dari keningnya kemudian menyengir lebar.

"Tumben banget lo nyapa gue, biasanya langsung ngajak berantem. Kenapa lo?"

"Harusnya lo itu bersyukur gue nggak ngajak berantem pagi-pagi, ini malah ngomel. Aneh banget lo," ujar Diandra merotasikan kedua matanya.

"Lo yang aneh menurut gue."

"Serah lo saja sudah," kata Diandra pasrah lalu memilih untuk menatap keluar jendela, membiarkan Saka fokus mengendarai mobilnya.

Setelah percakapan singkat tadi, mereka berdua sama sekali tidak terlihat obrolan lain yang lebih bermutu. Diandra hanya diam memandang pohon-pohon yang seakan berlari mengejar mobil Saka. Beberapa kendaraan lalu-lalang, sibuk berkendara menuju tempat tujuan yang ingin di capai.

Setelah hujan-hujanan bersama Saka kemarin, untungnya Diandra tidak merasa pusing ataupun flu hari ini. Ia malah merasa sangat senang, entah apa alasannya. Semenjak bangun dari tidurnya tadi, ia terus tersenyum tanpa sebab yang jelas.

Mobil Saka akhirnya memasuki kawasan sekolah mereka setelah menghabiskan sekitar lima belas menit perjalanan. Parkiran mulai penuh dengan kendaraan siswa maupun siswi pagi itu. Setelah memarkirkan mobilnya dengan rapi di tempat parkir, Saka dan Diandra bergegas memasuki sekolah mereka.

Lengan Saka terangkat untuk merangkul bahu Diandra. Beberapa murid memang menatap mereka berdua, tapi pemandangan ini kelewat biasa bagi mereka yang sudah mengenal Saka dan Diandra cukup lama. Mereka berdua memang selalu seperti itu sejak duduk di bangku kelas sepuluh. Bahkan tidak sedikit yang beranggapan bahwa keduanya bukan hanya sekedar sahabat saja. Walau pun kenyataan yang ada, hubungan mereka berdua hanya sebatas sahabat saja untuk sekarang.

"Kak Saka!" Seruan itu memasuki indera pendengaran Saka dan juga Diandra. Keduanya berbalik dan mendapati Naomi tengah melangkah dengan cepat menuju mereka.

"Ada apa?" tanya Saka menatap bingung Naomi yang muncul dengan senyuman lebarnya.

"Ke kelas bareng, yuk," ajak Naomi kemudian menarik tangan Saka seakan pria itu hanya seorang diri di sana.

Diandra yang berdiri di samping Saka hanya bisa menatap keduanya bergantian tanpa bisa berkomentar. Ia sebenarnya senang dengan upaya pendekatan mereka, hanya saja kadang ia merasa sedikit tidak nyaman dengan sikap Naomi. Hanya terkadang.

TERLUPAKAN? || REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang