Bagian : Empat Belas

140 10 2
                                    

Selesai sudah penderitaan Diandra selama kurang lebih satu minggu berada di rumah sakit akibat cedera kepala yang ia alami karena Draco si brengsek itu. Ia tidak perlu lagi memakai pakaian pasien yang sangat tidak nyaman untuknya itu. Rasanya lega sekali sudah kembali ke rumahnya yang nyaman. Ia sangat tidak suka berada di rumah sakit, selain tidak bisa ke mana-mana selain bolak-balik antara taman dan kamar rawatnya, ia juga harus makan makanan yang kurang rasa selama di sana.

Perban di kepalanya yang sangat mengganggu itu sudah di lepas oleh dokter yang selama ini mengawasinya di rumah sakit tadi. Tapi kata dokter kepalanya tidak boleh membentur sesuatu dengan keras untuk beberapa hari ke depan. Jadi ia harus menjaga kepalanya dengan baik selama hari-hari yang akan datang. Tentu saja ia tidak ingin kembali lagi ke tempat yang sangat membosankan itu.

"Nggak usah lari-lari, Dra!" teriak Saka saat menutup bagasi mobil setelah mengeluarkan barang-barang milik Diandra dari mobil.

"Susah banget di bilangin!" kesal Ditto yang ikut membantu Saka mengeluarkan barang-barang milik Diandra dan membawanya ke dalam rumah.

"Bukan Diandra kalau gampang di bilangin," ujar Saka yang mendapat persetujuan dari Ditto. Keras kepala Diandra selalu membuat ketiga sahabatnya itu pusing sendiri dalam menghadapinya.

Kedua laki-laki itu memasuki rumah Diandra dengan membawa barang-barang Diandra yang ia gunakan saat masih berada di rumah sakit kemarin. Sera dan Diandra sudah duduk manis di sofa ruang tamu sambil menonton televisi.

"Taruh aja di situ, nak," kata Yati menunjuk area kosong di dekat sofa.

"Nggak sekalian kita bawa saja ke kamarnya Diandra, tante?" tanya Ditto berniat menawarkan bantuan agar Yati tidak kesulitan nantinya.

"Nggak usah, nanti tante yang bawa aja. Kalian duduk aja di ruang tamu sama Diandra," kata Yati yang tidak mendapat bantahan dari Saka juga Ditto.

Setelah menaruh semua barang Diandra tadi, keduanya ikut bergabung bersama Sera dan Diandra yang entah kenapa memasang wajah yang sangat serius saat menonton televisi. Ditto menyelipkan tubuhnya di antara Sera dan Diandra yang tengah serius menonton. Ia bahkan merebut setoples kacang telur dari pangkuan Sera dengan seenaknya. 

"Apaan sih nih orang?!" Sera menyiku lengan Ditto dengan kesal. Kedatangan Ditto mengganggu waktu menontonnya. Lagi pula, untuk apa laki-laki ini untuk menyempil di tengah-tengah dirinya dan Diandra. Padahal Saka sedang duduk dengan leluasa di sofa sebelah. 

"Ditto minggir kenapa sih!" Lagi-lagi Sera menyiku Ditto, berharap laki-laki itu segera pindah dari sana. Laki-laki itu hanya mempersempit area dan mempersulit Sera untuk bergerak.

"Lo aja yang pindah," kata Ditto acuh sambil terus mengunyah kacang telur yang ia curi dari Sera. 

Merasa kesal karena Ditto, Sera akhirnya benar-benar pindah dari sofa yang awalnya ia tempati. Membiarkan Ditto duduk berhimpitan dengan Diandra dan duduk bersama Saka di sofa sebelah. Diandra tidak ingin ambil pusing dengan kedua orang itu dan membiarkan Sera pindah tempat duduk. Ia juga membiarkan Ditto duduk menempel dengannya sambil mengunyah kacang telur di dalam toples. 

"Kasihan di usir," ledek Saka begitu Sera duduk di sampingnya. 

"Nggak usah ngajak berantem ya lo," ujar Sera menunjuk Saka dengan telunjuknya. Ia hanya ingin menonton dengan tenang tanpa gangguan lagi seperti tadi. 

"Baperan amat." Saka menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa lalu mulai fokus pada film yang ia tidak tahu apa judulnya. Hanya saja film itu terlihat seperti film aksi.

Hening memenuhi ruang tamu rumah Diandra. Hanya suara para aktor dan aktris yang sedang berdialog di film dan kunyahan Ditto. Percayalah, kejadian seperti ini jarang sekali terjadi di antara mereka. Jika berkumpul seperti sekarang, ada saja hal yang akan mereka perdebatkan yang pastinya akan menimbulkan keributan. Entah tertawa terbahak-bahak, berdebat hingga kehabisan suara, atau saling mengejek satu sama lain. Melihat sekarang mereka hanya diam sambil fokus menonton film adalah sebuah keajaiban. Film tersebut sepertinya layak diberi apresiasi. 

TERLUPAKAN? || REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang