Bagian : Sembilan

410 25 0
                                    

Taman kompleks sore itu sepi seperti biasa. Tidak banyak anak-anak kecil yang bermain lagi di sana, melihat waktu yang terbilang sudah cukup sore untuk anak-anak kecil. Mereka pastinya sudah di panggil pulang oleh para orang tua agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Jadi sore itu, hanya terdapat Saka dan Diandra di sana. Mereka duduk bersebelahan sambil memandangi langit sore.

"Jadi gimana kemarin?" tanya Diandra setelah keheningan yang cukup lama.

"Gimana apanya?" Saka balik bertanya, tidak mengerti dengan arah pembicaraan Diandra.

"Jangan pura-pura nggak tau deh. Lo kemarin sama Naomi kemana aja?"

Saka menarik napasnya setelah mendengar maksud dari pertanyaan Diandra sebelumnya. Pria itu menatap jauh, memikirkan kata apa yang harus ia keluarkan. "Kedai es krim," katanya kemudian.

"Kedai yang sering kita datangin itu?" tanya Diandra terlihat antusias mendengar cerita Saka lebih jauh.

Saka mengangguk, "searah sama jalan rumahnya, kan."

"Oh iya, baru sadar gue," ucap Diandra mengangguk-angguk kecil, "terus kalian ngapain?"

"Makan es krimlah, emang mau ngapain lagi?"

"Nggak ada yang spesial gitu?"

Saka menatap Diandra, "emang lo maunya apa?"

Diandra bergumam, "jadian mungkin?"

Satu jitakan pelan langsung mendarat di keningnya begitu selesai mengucapkan dua kata itu. Diandra meringis pelan sementara Saka hanya menatapnya sinis.

"Sakit, bego."

"Pelan doang, cemen banget."

Diandra lantas memukul lengan Saka berkali-kali, sebal dengan pria itu. "Lo kali cemen!" serunya.

"Gue ngapain emang?"

"Nggak berani nembak."

"Nembak siapa?"

"Naomilah! Nggak usah sok-sokan nggak tau deh lo."

"Emangnya siapa yang mau nembak Naomi?" tanya Saka membuat Diandra menatapnya heran.

"Lo nggak niat nembak dia gitu?"

"Nggak," jawab Saka enteng.

"Dih, kenapa?"

"Nggak ada rasa."

"Emang kopi ada rasa? Lagian, lo kan sudah deket sama dia."

Saka menghela napasnya. Memangnya mereka bisa di bilang dekat jika hanya satu orang yang berusaha? Saka rasa tidak. Selama ini Saka hanya menganggap Naomi sebagai junior yang selalu mengikutinya kemana-mana, tidak lebih. Walau kemarin ia sempat tertawa bersama gadis itu, tapi mereka belum sampai pada tahap jadian. Masih panjang perjalanannya untuk sampai di sana.

"Masih lama perjalanannya, Dra. Nggak bisa langsung jadian gitu aja kali," ujar Saka.

"Ya makanya, lo kalau di deketin juga jangan cuek-cuek aja dong." Diandra menatap kesal Saka. Pria itu membuatnya kesal karena terkesan terlalu cuek saat berhadapan dengan Naomi, padahal nyatanya ia sangat menjengkelkan.

"Terus gue harus gimana?"

Ingin sekali Diandra memukul wajah Saka sekarang. Pria itu benar-benar tidak peka atau pura-pura tidak peka? Apa pun itu, Diandra sangat ingin memukul sahabatnya yang satu ini. Diandra mengubah arah duduknya menghadap Saka, memandang pria itu sambil menyipitkan mata.

"Lo itu nggak peka atau pura-pura nggak peka, sih?"

"Dua-duanya."

Tuk!

TERLUPAKAN? || REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang