Bagian : Dua Puluh

606 38 5
                                    

Berhubung kepulangan Ditto ke negara kelahirannya ini langka, mereka memutuskan untuk lebih banyak menghabiskan waktu bersama. Walaupun kemungkinan besar semester baru nanti Ditto akan pindah kemari, tapi setidaknya mereka bisa melepas rindu yang sudah tertampung selama hampir dua tahun itu.

Karena hal itu, akhirnya Diandra harus merelakan waktu bersantai di akhir pekannya. Rencananya ia hanya akan berbaring di dalam kamarnya sambil menuntaskan novel yang belum selesai atau menonton drama. Tapi sebagai gantinya, ia akan pergi bersama teman-temannya. Diandra belum tahu kemana tujuan mereka, Ditto hanya menyuruhnya untuk bersiap-siap.

"Mau kemana?" tanya Diandra begitu memasuki mobil Ditto. Sera sudah duduk di bangku penumpang di samping kemudi. Hanya kehadiran Saka yang tidak Diandra dapati.

"Danau," jawab Sera yang asik dengan ponselnya.

"Saka nggak ikut?" tanya Diandra bingung dengan absennya anak itu dari acara kumpul-kumpul mereka hari ini.

Ditto melajukan mobilnya meninggalkan rumah Diandra, "katanya nggak bisa," ujarnya.

"Nggak bisa kenapa?" tanya Diandra makin heran. Tidak biasanya Saka begitu. Anak itu selalu yang paling semangat jika mereka akan bepergian begini. Tapi kali ini ia malah tidak ikut.

"Nggak tau, bilangnya nggak bisa aja." Kata Sera menyimpan ponselnya di dalam tas.

"Tumben banget," kata Diandra menyandarkan punggungnya dengan nyaman pada sandaran kursi.

"Lemes amat, neng. Rindu, ya?" Ditto menyahut dengan nada meledek. Ia menatap Diandra dari spion tengah mobil, senyumnya menyebalkan sekali.

Diandra lantas melirik Ditto dengan tatapan tajam, "rindu apaan! Nggak ada yang rindu sama dia!" seru Diandra sebal.

"Sok ngelak, ntar rindu beneran baru tau rasa lo."

"Diandra mana pernah ngaku sih kalau rindu sama Saka. Ngelak mulu kerjaannya, padahal kalau nggak ketemu langsung nyariin," Sera ikut menyahut dari sebelah Ditto, meledek Diandra.

Diandra makin menekuk wajahnya. Nasibnya kalau bepergian bersama dua orang ini memang selalu seperti ini. Di ledek habis-habisan. Tidak sama Saka, tidak sama mereka, Diandra selalu jadi korban ledekan. Padahal ia tidak melakukan hal yang salah. Bertanya soal ketidakhadiran Saka bukan hal yang salah, kan? Saka itu sahabatnya.

Catat, sahabat.

Wajar saja ia menanyakan kehadiran laki-laki itu. Tapi dua orang yang berada satu mobil dengannya itu seakan tidak memperbolehkannya melakukan hal itu. Menyebalkan sekali.

"Pulang deh gue, pulang. Di ledek mulu perasaan. Lagian kalau gue rindu emang salah?" kata Diandra mencebik bibirnya.

"Waaah, ngaku dia kalau rindu." Ditto menyahut dengan nada paling menjengkelkan yang Diandra dengar hari ini.

"Akhirnya ngaku juga. Bilangin ke Saka ah," kata Sera menarik kembali ponsel yang sudah ia letakkan ke dalam tas.

Diandra merotasikan bola matanya, "laporin aja sana, laporin! Nggak takut gue," kata Diandra tidak peduli.

Mendengar itu, Sera lantas membuka aplikasi WhatsApp miliknya. Mencari roomchat-nya bersama Saka untuk melaporkan apa yang baru saja ia dengar. Di belakang kursinya, Diandra tidak tahu kalau Sera betulan mengetikkan kata-kata yang tadi Diandra ucapkan dan mengirimkannya pada Saka.

"Oke, udah gue kirim." Kata Sera menunjukkan pesan yang ia kirimkan untuk Saka pada Diandra.

Diandra awalnya hanya melirik layar ponsel Sera sebentar. Namun mendadak panik setelah sadar bahwa Sera benar-benar mengaduh pada Saka.

TERLUPAKAN? || REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang