Setelah aksi memaafkan yang tidak ikhlas tadi siang, Diandra tentu saja masih menyimpan kekesalan terhadap Saka. Ia merasa malas untuk bertemu dengan laki-laki itu hari ini. Moodnya tidak membaik sama sekali sejak tadi siang. Padahal berbagai episode drama sudah ia tonton di temani dengan cemilan-cemilan favoritenya.
Namun malam ini, ia terpaksa harus bertemu dengan Saka lagi. Ia memiliki janji untuk bertemu dengan Sera di sebuah kafe. Tentu saja Saka akan ikut, ada juga temannya–Dino. Jika saja ia bisa membatalkan keikutsertaannya dalam acara kumpul-kumpul itu, sudah pasti akan ia lakukan sedari tadi. Tapi sayangnya, ia berurusan dengan Sera. Gadis paling galak sekaligus cerewet yang pastinya tidak akan membiarkannya bersantai di rumah saja setelah janji temu mereka.
Akhirnya Diandra terpaksa bersiap untuk pergi menemui mereka. Ia melihat pantulan dirinya sekali lagi di cermin sebelum turun ke bawah untuk menunggu Saka datang menjemputnya.
"Mau pergi jam berapa, Dian?" tanya Yati, ibunya yang terlihat muda walau usianya tidak lagi muda.
"Tinggal nunggu Saka kok, Ma."
"Ya udah, nanti kamu tutup aja pintunya. Mama mau istirahat di kamar."
Diandra mengangguk mengerti kemudian membiarkan ibunya kembali ke kamar untuk beristirahat. Tidak perlu menunggu terlalu lama setelah itu, klakson mobil terdengar dari depan rumah Diandra. Gadis itu berjalan gontai menuju gerbang lalu masuk ke dalam mobil.
"Sera sama Dino?" tanya Saka pada Diandra yang masih memasang seatbeltnya.
"Katanya udah di sana," jawab Diandra dengan nada malas.
Saka memasang raut wajah pasrah setelah mendengar nada Diandra yang terdengar masih enggan untuk berbicara dengannya. Padahal masalah tadi siang bukan masalah yang besar. Kalian setuju, kan kalau itu bukan masalah besar? Hanya berkelahi, ayolah.
Tidak ingin memulai pertengkaran, adu mulut, atau apa pun itu, Saka memilih melajukan mobilnya. Membelah jalanan kompleks dan pergi menuju kafe tempat mereka membuat janji temu. Perjalanan malam itu lagi-lagi hanya di isi dengam kesunyian. Suara radio yamg terputar dengan volume kecil malah membuat Diandra ingin tidur rasanya.
Diandra hanya menatap lampu-lampu sorot kendaraan yang lalu lalang di jalan raya itu di balik jendela. Ia benar-benar bungkam sampai mereka tiba di kafe. Saka juga tidak berniat membuka suara sepertinya.
Mereka memasuki kafe yang lumayan ramai dengan anak remaja sampai pemuda. Diandra menatap satu per satu meja untuk mencari keberadaan Sera dan Dino. Belum sempat ia selesai meneliti setiap meja di sana, tangannya lebih dulu di tarik oleh Saka. Laki-laki itu menuntunnya menuju sebuah meja yang ternyata di tempati oleh Sera dan Dino.
"Masih marahan lo berdua?" tanya Sera setelah melihat wajah Diandra yang tidak berubah sejak siang tadi.
"Menurut lo?" Saka menyahuti perkataan Sera dengan alis terangkat satu.
"Siapa suruh lo nyari gara-gara," ujar Sera yang sebenarnya juga kesal dengan Saka.
"Dia yang mulai, bukan gue." Kata Saka mencoba membela diri.
"Tapi lo ladenin," Diandra akhirnya bersuara setelah sekian lamanya walau masih dengan nada tidak suka.
"Tetap–"
"Bentar! Gue nggak tau dah apa permasalahannya," sela Dino dengan wajah bingungnya yang lucu.
"Kudet banget lo!" Sera berseru menatap Dino.
"Masalahnya apa?"
"Saka berantem lagi."
"Terus?"
"Diandra marah."
![](https://img.wattpad.com/cover/203338786-288-k743975.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TERLUPAKAN? || REVISI
Teen Fiction| TERLUPAKAN || REVISI | pernah merasa terlupakan? terlupakan oleh siapa saja, teman, sahabat, atau siapa pun itu. pernah dalam posisi itu? ya, itu memang menyakitkan. hanya saja, itu harus di rasakan oleh seorang gadis SMA bernama Diandra. yang...