Bagian : Delapan

425 30 0
                                    

Satu minggu telah berlalu semenjak kejadian di pasar malam waktu itu. Naomi yang masih sedikit menyimpan kekesalan karena gagal meminta Saka untuk menghabiskan waktu dengannya, kini semakin gencar mendekati seniornya itu. Ia selalu menempeli Saka jika tidak sengaja bertemu di koridor. Selalu mengatakan hal apa saja dengan suara keras agar bisa mengobrol bersama Saka.

Saka sedikit merasa tidak nyaman, namun terkadang ia merasa gemas sendiri dengan tingkah Naomi. Gadis itu terkadang dapat tersenyum begitu lebar bahkan ketika Saka tidak menganggap kehadirannya. Bisa dengan riang berceloteh ketika Saka menulikan pendengarannya. Jika itu salah satu antara dua sahabatnya, mungkin ia akan di ceramahi habis-habisan. Jadi anggap saja Saka mengagumi tingkat kesabaran Naomi.

"Tapi serius, kakak udah nggak marah soal kejadian di pasar malam kemarin, kan? Aku nggak maksud kayak gitu kak, serius deh." Naomi berkata sambil berusaha menyejajarkan langkahnya dengan Saka.

"Udah nggak," ucap Saka seadanya.

"Kakak yang kemarin marah juga, nggak?" tanya Naomi merujuk pada Sasa.

"Udah nggak juga."

"Serius kan, kak?" Naomi tampak berbinar di sebelah Saka.

"Iya serius, Naomi," ujar Saka gemas karena juniornya itu terus menanyakan hal yang sama.

Naomi hanya terkekeh. Dua murid itu terus melanjutkan langkah mereka hingga memasuki area kantin. Saka berhenti sejenak untuk mencari keberadaan Diandra dan Sera. Sementara Naomi sibuk mencari meja yang kosong untuk di tempati berdua bersama Saka.

Tidak butuh waktu yang lama, Saka langsung melangkah pergi. Meninggalkan Naomi dan memasuki kantin lebih dalam. Menghampiri dua sahabatnya yang kini tengah asik menyantap makanan mereka.

Melihat kepergian Saka yang tiba-tiba, Naomi hanya bisa mengumpat dalam hatinya. Ia melayangkan tatapan tidak suka pada tiga sosok di salah satu meja agak jauh darinya, kemudian pergi dengan hentakan kaki yang cukup keras.

"Habis dari mana lo? Ngebucin?" Diandra melayangkan pertanyaan yang terdengar seperti tuduhan pada Saka ketika ia tiba.

"Ngebucin sama siapa? Kasur UKS?" Sera ikut menyahut dari depan Diandra.

Saka merotasikan matanya dan duduk tepat di samping Diandra. "Nggak usah bikin emosi. Makan lo berdua!" serunya kemudian.

"Sensi amat, bang," cibir Sera menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya.

"Iya nih. Bilang aja lo habis berduaan sama Naomi."

Saka mengernyit, "lo suka banget sih ngomongin dia. Naksir lo sama dia?"

Memang benar belakangan ini Diandra sering sekali membicarakan Naomi saat bersama Saka. Entah apa alasannya, Saka pun tidak mengerti. Apalagi setelah mereka bertemu secara kebetulan di pasar malam minggu lalu. Hampir tiap hari Diandra terus mengucapkan nama Naomi.

"Lo kali yang naksir."

"Dari pada ngebuat gue emosi, mending lo makan." Saka menatap malas Diandra di sebelahnya.

"Jangan sensi dong! Lagian dia nempelin lo terus seminggu ini."

"Nah iya bener, suka kayaknya sama lo." Sera menyetujui perkataan Diandra barusan.

TERLUPAKAN? || REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang