Fourteen

7.3K 506 15
                                    

"Kalau aku nolak buat ngewe sama Mas gimana?" tanya Jeongin menantang. Posisi mereka sekarang adalah Jeongin berbaring dengan Hyunjin yang mengungkungnya.

Hyunjin hanya taikkan sebelah alisnya bingung, "Sebentar, apa kamu bilang? Nolak?"

Lutut Hyunjin yang ada diantara paha Jeongin naik ke atas, menggesek-gesek selangkangan sang adik dengan sebelah tangan yang mengelusi pipi gembil adiknya tersebut. "Kamu yakin mau nolak aku?"

Ada jeda sebentar sebelum Hyunjin hentikan semua rangsangannya dan beranjak dari atas tubuh sang adik.

"Oke, kalau gitu aku mau pergi ke tempat lonteku aja."

Banyak pertimbangan yang ada dalam otak si bungsu, disatu sisi lubangnya masih sakit sisa digempur Minho semalaman, disisi lainnya ia tidak mau Hyunjin terus-terusan main dengan jalang-jalang jeleknya itu.

"Kalau Mas Hyunjin pergi ke tempat lontenya Mas, aku ndak akan pernah mau lagi Mas sentuh, ciumpun ndak mau."

"Oh, yasudah. Terserah kamu."

Hyunjin melangkah dengan enteng menjauh dari ranjang Jeongin, saat hendak akan membuka pintu kepalanya terkena lemparan bantal dari belakang.

"Ngeselin, Mas Hyunjin ndak sayang aku. Mas Hyunjin emang ndak pernah sayang aku."

Jeongin menciut kala Hyunjin berbalik arah dengan wajah kesalnya, mendorong Jeongin hingga kembali telentang, lalu mengungkungnya lagi.

Mata Jeongin terpejam, terlalu takut untuk beradu tatap dengan Mas-nya itu.

Eh?

Semu merah menjalar hingga telinga. Pasalnya Hyunjin mengecup bibirnya dengan lembut lalu saat Jeongin membuka mata, sapaan senyum lembut yang sangat indah ia dapati.

"Kata siapa Mas ndak sayang kamu? Hm?"

Hyunjin menempelkan hidungnya dengan hidung Jeongin, ia gesek-gesekan pelan sambil tersenyum.

"Mas sayang kamu, sayang sekali," Hyunjin berhenti menggesekan hidungnya lantas memberi sedikit jarak antar wajahnya dengan wajah Jeongin.

"Mas sayang kamu yang polos, dan makin sayang kalau kamu lagi binal."

Jilatan sensual Jeongin terima pada belah bibirnya, tangannya tanpa sadar meraih kedua rahang Hyunjin dan meraup bibirnya dengan rakus.

Hyunjin tersenyum dalam ciumannya, melepas paksa ciuman yang Jeongin mulai hingga untaian saliva tercipta menjembatani bibir mereka.

"Katanya ndak mau sama Mas kan?"

"Mas~"

Jeongin merengek dan justru buat Hyunjin makin gemas ingin mengerjai.

Hyunjin menggeser tubuhnya, melepas kungkungannya pada Jeongin. Mengusak rambut Jeongin sayang sembari pamerkan senyum manisnya.

"Kamu istirahat aja deh, lagian aku sudah ndak kepingin."

"Tapi Jeongin mau,"

"Mau apa?"

"Mau punya Mas Hyunjin ada di dalam lubang aku,"

"Kalau gitu coba goda aku sampe aku nggak tahan dan bobol habis lubang kamu itu,"

Jeongin mulai dengan melepas kaus yang Hyunjin kenakan dan membuat Hyunjin duduk dengan menumpukan beban tubuhnya pada tangannya yang menahan di belakang.

Hyunjin membuka kakinya, membiarkan Jeongin masuk di antara kakinya yang terbuka lebar tersebut. Jeongin mulai dengan mengecupi tulang selangka Hyunjin, kecupan-kecupan ringannya naik ke atas menelusuri leher dan rahang Hyunjin kemudian berhenti tepat dibibirnya.

Road Not TakenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang