Part 17

2.5K 137 3
                                    

"Karena sejauh apapun aku pergi. Jika kamu rumahku, aku akan kembali entah bagaimanapun caranya."

Gealvan


***

Gea merapikan poninya dengan riang. Entah kenapa setelah semalam hatinya meringan begitu saja.

Nyatanya karena terlalu sering dibuat kecewa oleh dunia dia jadi terbiasa.

Baru saja gadis cantik memoles liptint di bibirnya, tiba tiba bi Lastri berteriak kalau Elvan sudah sampai. Dengan cepat gadis itu meratakan liptintnya dan berlari dengan cepat ke teras.

Binar terlihat dimatanya ketika menangkap postur laki laki tinggi itu sedang duduk bermain ponsel dengan tenang.

Rasanya kembali utuh. Kan?

Gea berdehem pelan, membuat fokus Elvan tertuju pada gadis cantik itu. Gea segera beranjak menuju motor Evlan.

Namun baru melangkah, tangan kanannya ditarik kebelakang. Membuat gadis dengan poni itu menoleh dengan wajah bingung yang menggemaskan.

Elvan menatapnya lurus. Sementara Gea kini sudah berbalik dan semakin mengerutkan dahi tak paham.

Sampai laki laki jangkung dengan suara malaikat itu merunduk. Tangannya terulur mengusap ujung bibir gadis mungil dan menggemaskan itu.




"Belepotan." Gea melebarkan mata lalu dengan gerakan cepat mengambil ponsel dan membuka kamera.

Benar ada liptint yang tercoret sedikit diujung bibirnya. Rasanya Gea mau tenggelam aja. Niatnya mau cantik kenapa malah malu maluin sih. Gadis itu dengan cepat memperbaiki riasannya.

"Ayo berangkat."

"H-hm" Gea berdeham kikuk.

Gadis itu segera mengekor sambil sesekali masih mengecek wajahnya.

Bahkan sampai kaget ketika Elvan mengulurkan helm putih yang kepadanya, kemudian gadis itu menerimanya tanpa banyak bicara. Setelahnya ia naik ke jok belakang dan duduk dengan nyaman.

Gea memegang sisi jaket hitam yang Elvan kenakan. Rasanya masih canggung untuk memeluk laki laki itu dari belakang. Bahkan memegang sisi jaketnya saja Gea sedari tadi menggigiti bibirnya karena ragu harus melakukannya atau tidak.








"Ck, pengangan tuh yang bener." Tanpa aba aba laki laki tinggi itu manarik lembut tangan Gea dan dia masukkan ke saku jaketnya.

Gea tertarik pasrah, gadis itu menggigiti bibirnya seraya menahan pipinya yang mulai terasa panas.

Setelah itu motor melaju pelan meninggalkan rumah Gea. Tanpa sadar gadis itu sedikit merapat dan mengeratkan pelukannya. Dan tanpa gadis di jok belakang itu tau, Elvan mengulas senyum gemas.

Dan lengkung bibir itu semakin lebar ketika Gea mulai menyandarkan pipinya seolah menemukan tempat nyamannya.

***

Gea mendengus malas ketika mendengar celotehan Adilla yang tak kunjung menemukan ujung.

Seolah gadis itu mampu bercerita sepanjang hari. Gea hanya mengangguk anggukkan kepala meski sebenarnya tak paham apapun.

Hanya beberapa hal yang ia pahami dari penuturan panjang gadis cantik itu.

Sampai tiba tiba lengannya ditepuk agak kencang, Gea sontak menoleh dan menemukan wajah kesal gadis yang menjadi teman sebangkunya hampir dua tahun ini.

"Apaan sih?" Gea memberengut kesal ketika menyadari bahwa Adilla menepuk lengannya agak kencang.

Gadis berambut bob itu menirukan ucapan Gea dengan nada menyebalkan.

Gealvan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang