Part 29

1.8K 119 36
                                    

"Mintalah semua yang kamu mau. Karena mulai sekarang, saya hanya dedikasikan seluruh hidup saya untuk kamu."

Jery Ardito

***

Setelah menyelesaikan administrasi, Jery kembali ke depan ruang UGD. Setidaknya rasa takutnya perlahan hilang. Dia tersenyum sambil menatap langit langit rumah sakit.

'Makasih karena masih buat Gea disini sama aku, meski aku udah nyakitin putri kita.' gumamnya pelan.

Jery kembali berdiri dari duduknya ketika ruangan dibuka. Dan keluarlah dokter dari sana.

"Gimana keadaan putri saya dok?" Jery berujar, maniknya jelas menunjukkan bahwa dia berharap besar.

Berharap bahwa kali ini dia tidak ditinggal sekali lagi.

Dokter itu tersenyum, entah bahkan sebelum dokter itu berucap kelegaan luar biasa dapat terasa dihatinya.

"Sudah tidak apa apa pak, tapi sekarang masih belum sadarkan diri. Perkiraan paling lambat, besok pagi putri bapak siuman."

Jery langsung menggenggam tangan dokter itu. Meletakkannya ke kepala, benar benar selega dan sebersyukur itu dia.

"Makasih dok, makasih banyak. Terimakasih sudah menyelamatkan hidup saya." Dokter itu mengusap punggung Jery sambil berucap sama sama.

Kemudian Jery bergegas masuk. Dengan senyum sendu pria itu kembali mendekat dan duduk di kursi tadi. Kembali menggenggam jemari putrinya.

"Makasih, makasih udah kasih Papah kesempatan buat liat kamu hidup. Papah pengen liat Gea bahagia. Gea harus bahagia. Dengan atau tanpa Papah nantinya." Jery kembali menangis.

Rasanya semua kebencian dan rasa lukanya menguap. Dia tidak bisa mengabaikan Gea. Sesakit apapun dia. Semarah dan sebenci apapun dia.  Dia tak bisa mengabaikan Gea. Meski tidak ada ikatan darah diantara mereka berdua.

Tapi... Jerylah yang pertama kali menggendong bayi mungil Gea. Menyambutnya dengan suka dan selalu membahagiakan gadis kecil itu.

Gea benar benar defisini kebahagiaan Jery saat itu. Sebelum kebakaran yang menewaskan istrinya terjadi. Karena terpukul dan hasutan keluarganya. Dia jadi dingin dan jarang merawat Gea lagi.

Seolah lupa dengan segala tanggung jawab. Padahal istrinya sudah meminta untuk menjaga putri kecilnya dengan baik. Tapi apa yang dia lakukan sepuluh tahun ini. Dia hanya bisa melukai Gea.

Dia sangat jahat. Sangat.

Jery terus memaki dirinya dan perbuatannya selama ini. Sampai akhirnya dia terlelap dengan kepala disamping tubuh mungil nan ringkih putrinya.

***


Yang pertama kali Gea rasakan setelah bangun adalah rasa sakit di seluruh tubuhnya.

Gadis itu bahkan kesusahan menggerakkan anggota tubuhnya. Gea menggulirkan bola matanya. Air mata kembali lolos ketika melihaat Papahnya dalam keadaan yang begitu kacau.

Jelas nampak disana bekas air mata kering, mata pria itu juga nampak sedikit bengkak. Apakah Gea membuatnya menangis terlalu banyak?

Gea masih berusaha menggerakkan jemarinya. Jemari itu bergerak sedikit. Setiap gerakan kecil itu menghasilakan rasa sakit yang menjalari seluruh tubuhnya.

Sedikit lagi, sedikit lagi jemarinya sampai. Dan setelah bersusah payah sambil menahan rasa sakit yang menyerangnya. Gadis itu bisa mencolek lengan Papahnya.

Pria yang nampak sangat kacau itu terjengit.

"Gea?! Gea udah sadar, sebentar tunggu Papah panggilkan dokter." Lalu pria itu hilang dari pandangan.

Hati Gea menghangat, menyadari bahwa tidak ada lagi sorot tajam dan dingin di manik hitam itu. Hanya ada sorot khawatir dan haru yang tercampur jadi satu.

Apalagi ketika menyadari, bahwa pria itu tadi menyebut dirinya sebagai 'Papah' seperti yang selalu dia lakukan dulu. Bukan kata 'Saya'. Gadis itu kembali meneteskan air mata.

'Mah, makasih udah buat Gea yakin buat balik kesini.' Batinnya.




Lalu dia mendengar pintu dibuka, muncul Papahnya disusul seorang dokter. Dokter itu mengecek keadaan Gea.

"Putrinya sudah baik baik saja pak. Tinggal menunggu pemulihan." Setelah itu dokter pergi, meninggalkan Gea dan Papahnya di ruang itu.

"Gea gimana perasaanya? Udah baikan?" Laki laki itu bertanya, nada hangat yang lama menghilang itu tiba tiba kembali muncul.

Gea menggerakkan kepala dengan patah patah. Bulir bening membali menerobos keluar.

"Gea jangan nangis, udah cukup ya. Gaboleh lagi." Tangan besar Papahnya mengusapi pipi tembam Gea yang basah.

Gea menyadari raut itu, raut bersalah yang kentara sekali. Entah kenapa batinnya ikut teriris apalagi ketika melihat tampilan Papahnya yang sangat kacau kali itu.

Gea hanya tersenyum samar. 'Tuhan terimakasih sudah mengembalikan Papah pada Gea'

Tiba tiba dering telepon menghancurkan hening yang kaku itu. Jery meraba sakunya, laki laki itu mengerenyit ketika display name menunjukkan nama 'G' itu.

Ah iya, G itu nomor milik Gea. Mungkin Bi Lastri mencari Gea. Laki laki itu tidak menjawab panggilan itu. Hanya mengirim pesan teks berisi alamat dan kamar Gea.

Jery kembali duduk di kursi tadi, laki laki itu merunduk sambil mengusap jemari penuh luka milik Gea. Merasa bersalah membiarkan tuan putrinya besar tanpa pengawasannya.

"Gea mau makan?" Jery bertanya lagi. Pria itu benar benar bersyukur telah Tuhan beri kesempatan untuk melihat gadis kecilnya.

"Pah-" Suara lirih Gea kembali terdengar, Jery terhenyak. Bahkan setelah apa yang dia lakukan, semua kejahatannya. Gadis ini masih sudi memanggilnya Papah.

"Jangan kemana mana ya, Gea kangen Papah." Bagai ditembak tepat, kini Jery ikut menitikkan air mata.

Hati gadis itu terbuat dari apa, kenapa begitu bersih. Dan dia dengan kurang ajarnya malah sempat melukai gadis baik hati ini karena ego dan lukanya sendiri.

Jery mengangguk lalu mengusap surai Gea yang tinggal sebahu.

"Papah gak bakal nyakitin Gea lagi. Papah janji."

Sebesar apapun rasa benci dan ego yang hadir. Meski luka tak kunjung sembuh. Tetap saja, hubungan anak dan orang tua sukar dipisahkan.

Meski tiada pertalian darah, tapi rasa sayang saja cukup. Tidak harus sedarah untuk memberi kasih pada seseorang. Hanya perlu kemauan dan hati lapang.

Mulai detik ini, Jery berjanji. Entah apa konsekuensi di masa depan yang akan dia hadapi. Setidaknya cukup baginya untuk melukai putrinya. Tidak lagi ia ulangi.

***
H

ALOOOOOOOOOOOOOOOO


DAHKAN 3 PART HARI INI 2 PART KEMAREN, PUASKAH KALIAN???????

Selamat berjumpa lagi.......

Babay

With love,

Tan. R

Gealvan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang