Special Part : Hasan-Elvan

2.3K 124 5
                                    

SEBELOM BACA KU KASIH WARN DULS. INI KATA KATANYA RADA KASAR YA.

Soalnya cowo sama cowo yang ngomong.

SELAMAT MEMBACA SPECIAL CHAPTER HADIAH SABTU MALAM DARI DIRIQ HEHEHE

***

Hasan sedang nyaman nyamannya berbaring di sofa panjang yang ada diruang musik hingga tiba tiba tubuhnya terguling dan jatuh ke lantai dengan tidak elitnya.

Laki laki tinggi itu mengusap pantatnya yang nyeri dengan memasang ekspresi kesakitan yang menggemaskan.

Lalu ekspresi itu berubah datar ketika melihat orang yang membuatnya jatuh.

Hasan merengut kesal, laki laki jangkung dengan pipi tembam itu menendang kaki orang yang kini duduk dengan nyaman sambil bermain ponsel di tangan.

Laki laki itu melotot kecil sambil memasang wajah songong.

"Lo punya dendam kesumat ya sama gue?" Tanya Hasan ketika dia sudah kembali duduk di sofa.

"Emang." Jawab laki laki itu enteng.

"Salah siapa mepetin cewe gue." Ucapnya santai, kini laki laki yang diketahui berinisial Elvan itu menyandarkan tubuhnya ke sofa.

"Salah lo lah tolol." Hasan membuang muka, jika Elvan terlihat santai maka Hasan nampak kesal saat ini.

"Lo yang tolol, udah gue hak milik tuh. Masih aja mepet." Ucap Elvan lagi. Kini laki laki itu menyimpan ponselnya.

Nampaknya sudah cukup ia pura pura tak tau dan baik baik saja melihat kedekatan Hasan dengan Gea-nya.

"Halah basi, katanya hak milik. Disakitin mulu, ntar oleng ke gue lo galau tujuh hari tujuh malem." Hasan berdecih sinis. Rasa kesalnya memuncak ketika mengingat bagaimana gadis yang ia puja menangis karena laki laki yang ada disampingnya.

"Ya lo pikir aja setan, capek gue liat lo mepet mulu sama dia. Yakali gue kayak dulu yang kemana mana harus ngintilin dia lagi. Gue udah bilang mau berubah, tapi gue gak bisa liat dia bareng sama orang lain selain gue." Laki laki jangkung itu menerawang, bagaimana dulu gadis itu marah karena dia yang terlalu mengekang.

"Mau gue pepet juga percuma anjir, gua dianggep temen doang." Ucap Hasan miris.

"Itu mah lo yang tolol, kalo suka bilang dong. Cupu amat." Elvan mengomentari dengan pedas.

"Lo tuh minta gue apain sih anjir." Hasan berdecak kesal, laki laki itu kini mengubah posisi duduknya jadi menghadap Elvan sepenuhnya.

"Gue pepet lo marah gue diem lo bego begoin. Emang ya kalo orang ganteng mah disalahin mulu." Jawaban Hasan membuat Elvan langsung meraup atau lebih tepatnya mengusap kesar wajah menggemaskan laki laki itu.

Hasan mendorong Elvan, wajahnya mengeruh kesal.

"Lo itu bayi ya bayi aja, gausah kecakepan." Elvan berdesis sinis.

"Lo tuh ya, kalo depan Gea tuh baiknya minta ampun. Giliran sama gue napa minta digamar mulu sih." Hasan kembali menghujat laki laki Aryasatya itu.

"Lah lo Gea bukan? Kalo gue mesra mesraan sama lo, gue dikira gak normal lah." Elvan mendengus, laki laki itu membuang muka.

"Sumpah ya kalo Gea tau lo tuh bentukannya kaya gini mana mau dia sama lo. Mending sama gue." Ucap Hasan.

"NGIMPI LO." Elvan menaikkan suaranya beberapa oktaf.

"Tapi benerah dah, mau lo tuh apa? Gue gaboleh mepet Dita tapi kalo gue diem aja lo katain tolol." Hasan mengusap rambutnya sedikit frustasi.

"Emang gak boleh mepet sama dia, karena gue tau lo ada rasa sama dia." Elvan kembali menyandarkan punggungnya. Laki laki itu menghela nafasnya panjang.

Ia kembali memikirkan keputusannya. Haruskah dia menyarankan ini? Tapi jika gadis itu meninggalkannya, dia tak bisa.

"TERUS MAU LO APASIH ANJ-" Hasan menelan kembali umpatannya, kesal sendiri dengan sikap plin plan Elvan.

"Lo boleh bilang ke dia. Tapi setelah itu gausah mepet ke dia. It's okay kalo lo nganggep dia temen biasa, tapi selama ini lo nggak nganggep dia temen. Selama ini lo ngedeketin dia bukan sebagai temen. Tapi sebagai cowo, itu yang bikin gue gak suka." Elvan berkata panjang.

Laki laki Aryasatya itu berusaha agar bisa berpikir jernih. Dia tak bisa menyalahkan Hasan yang jatuh hati pada Gea. Gadis itu terlalu mudah untuk disukai.

Dan karena dia tau bahwa hati juga gak pernah bilang mau jatuh ke siapa.

"BENTAR" Hasan tiba tiba menaikkan nada suaranya.

"Lo nyuruh gue bilang suka ke cewe lo?! Serius?! Lo gila Van?" Hasan membelalakkan mata tidak percaya.

"Bukan gitu tolol. Gue nyuruh lo ngungkapin perasaan ke cewe yang lo suka. Gue disini bukan sebagai pacarnya cewe yang lo suka. Tapi sebagai temen lo." Elvan dengan cepat meralat.

"Jadi gue boleh bilang ke dia?" Hasan merunduk, laki laki itu tak percaya akan mendapat izin semudah ini.

"Kalo lo tanya gue, gua bakal ngelarang. Bahkan gue bakal nonjok lo karena terlalu kurang ajar." Hasan sudah bersiap protes ketika Elvan kembali melanjutkan kalimatnya.

"Tapi, gue tau lo gak bisa milih mau suka sama siapa. Gue gak bisa nyalahin lo karena suka sama dia. Lo gak salah disini, cuman perasaan lo yang jatuh di waktu yang salah. Dia udah punya gue, dan gue juga bakal berusaha bahagiain dia sebisa gue." Elvan mengulas senyum tipis.

"Gue mau pergi dulu." Elvan menepuk lutut Hasan sebelum beranjak meninggalkan Hasan yang bergelut dengan pemikirannya.



"Napa tiba tiba pengen nyanyi lagunya fiersa bersari dah."

***

Bodoamat kalo gaada yang mau. Tapi aku gemes pen nunjukkin love-hate nya Elvan-Hasan.

JADI SUDAHLAH MUMPUNG MOODKU BAGUS KU GAS.

Babay

Gealvan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang