Part 36

1.2K 99 63
                                    

"It's not your fault anymore. It's just about my self. About me that always feel that i must keeping my own pain by my self."

Elvandino Aryasatya

***


Gea menyedot mocchiatonya, gadis itu sudah beberapa kali melirik Elvan yang kini sedang mengedarkan pandangannya entah kemana.

Gadis itu bingung harus berkata bagaimana, dia hanya tak tau ingin mengawali hal ini dengan cara apa.

Gadis itu mengaduk mocchiatonya dengan sedotan. Tanpa sadar Gea memberenggut sambil manatap minuman miliknya.

"Mau ngomong apa?"

Gea tersentak lalu menegak kaget, mata bulatnya melebar.

"EHHHH??"

Melihat reaksi gadis di hadapannya itu, Elvan hanya mengerutkan kening. Laki laki itu kini menyedot americanonya dengan tenang sambil tetap menatap Gea.

"Yang mau ngomong siapa emangnya?" Gadis berwajah babyface itu mencoba mengelak. Manik matanya bergerak resah tak tentu arah.

Elvan menghembuskan nafas pelan.

"Udah mau bilang apa, Gea tuh dari tadi kaya gak fokus."

"Gak sadar ya dari tadi tuh Gea diem aja. Dan ke kafe? Gea tuh lebih suka ke mekdi sambil beli mcflurry." Laki laki itu kini menyandarkan tubuhnya.

Gea merunduk, ah benar. Laki laki ini terlalu memahami dirinya.

"Ge? Mau bilang apasih sebenernya? Dari kemaren kemaren juga Gea juga gak fokus. Gea kenapa sebenernya?"

Gea memberenggut, gadis itu merunduk bingung. Apa yang harus ia lakukan?

"Em, Van." Gadis itu menegakkan kepala, menatap tepat manik mata Elvan.

Laki laki itu hanya berdeham pelan. Gea menggigit bibir dalamnya. Kembali menimang apa yang harus dia lakukan.

"Elvan janji dulu gak marah sama Gea oke." Gea mengangkat kelingkingnya.

Tanpa ragu ragu laki laki itu mengaitkan kelingkingnya pada kelingking kecil milik Gea.

"Hm, janji. Emangnya mau ngomongin apasih sampe harus janji janji segala." Tangan Elvan bergerak mengusak pelan surai Gea.

Gadis itu meneguk ludah, meski Elvan sudah berjanji tapi Gea masih saja merasa khawatir.

"Em, jadi kemaren. Gea ketemu seseorang. Gea gak tau kenapa orang itu bisa nemuin Gea. Padahal dia gak kenal Gea." Gadis itu berbicara dengan terpotong potong. Intonasi suranya pun jadi semakin lirih.

Elvan hanya diam menyimak. Gea meneguk ludah, gadis itu merasa gemetar sendiri.

"Gea gak tau bener gak yang Gea lakuin, tapi orang itu. Dia minta ke Gea. Gea diminta buat nemuin dia sama Elvan." Gea meneguk ludah, maniknya melirik ke arah Elvan.

Laki laki itu terlihat mengerutkan kening tidak paham.

"Ketemu sama aku?" Gea mengaggukkan kepala.

"Iya, dia minta ketemu Elvan. Namanya Tante Dina."

Gadis itu dapat melihat jelas perubahan signifikan di ekspresi wajah Elvan.

Wajahnya nampak kaku dengan rahang mengeras. Gea meneguk ludahnya, tenggorokannya seperti tercekat.

Susah payah gadis itu kembali bersuara.

"Tante itu bilang, dia... "




"Ibunya Elvan."

***


Gea takut takut melirik ke arah kanannya, laki laki itu diam saja sejak mereka sampai di tempat ini.

Oh iya, mereka sekarang berada di entah apa namanya. Seperti lahan kosong dengan beratap langit terbuka.

Gea dan Elvan duduk diatas rumput. Gadis babyface itu menggigit bibir dalamnya. Pasalnya laki laki kalem di sampingnya itu tak berucap apapun sejak keduanya meninggalkan kafe.

"Kita omongin di tempat lain." Laki laki kalem itu lalu beranjak keluar kafe tanpa menunggu Gea.

Gadis itu dengan cepat berdiri sembari mengambil tas selempang di meja. Gadis itu segera menyusul Elvan yang sudah sampai di dalam mobil.

Gadis itu langsung masuk ke dalam mobil, Gea duduk diam sambil memainkan jarinya khawatir.

Gadis itu tersentak kaget saat tiba tiba Elvan mendekatkan tubuh ke arahnya.

Gadis itu mundur ke belakang, matanya melebar begitu saja ketika lengan laki laki itu melewatinya.

Gadis itu menahan nafasnya, gadis itu bisa melihat jelas wajah serius Elvan.

'cklik

Laki laki itu menjauh dari Gea. Ah, rupanya Gea belum memasang seatbelt.

Gadis itu melirik takut. Gadis itu menumpukan tangan diatas lututnya. Gea menoleh ketika Elvan terdengar menghembuskan nafas berat.

"Van... " Gadis itu memanggil takut takut. Ia hanya terlalu takut akan menyakiti laki laki ini.

Elvan menoleh, laki laki itu tersenyum tipis lalu mengusap surai Gea.

Dari senyuman dan raut wajah laki laki itu, Gea tau. Elvan sedang tidak baik baik saja.

"Aku tau Elvan sedang nggak baik baik aja sekarang."

"Elvan boleh kok kalau mau cerita sama aku. Elvan gak harus selalu keliatan kuat, Elvan juga manusia. Wajar kok buat ngerasa lemah."

"Selama ini Elvan udah jadi sandarannya Gea." Gadis itu tersenyum tipis.

"Sekarang izinin Gea jadi sandarannya Elvan juga ya."

Elvan tersenyum, kali ini lebih tulus. Ya, laki laki itu tak apa untuk jadi lemah. Tak apa jika memang dia lelah dan ingin mengadu. Sebab sekarang dia tak sendiri.

Ada orang lain yang mau menemaninya menceritakan luka yang selalu ia simpan sendirian.

Elvan kembali mengusap kepala Gea. Laki laki itu tersenyum, manik keduanya saling bertaut.


"Makasih karena udah khawatirin Elvan."

***

HALOOOOOO SELAMAT SIANG

KEMBALI LAGI BERSAMA DIRIKU

SEDANG APA KALIAN???

Apakah sedang rindu dengan anak anakku?? Semoga iya haha...

Dan yah setelah sekian lama otakku gamau bekerja sama akhirnya bisa up satu part ini.

Huhu makasih banget buat readersku sekalian yang masih mau nungguin ini cerita yang absurd gak jelas :")

Jangan kapok baca cerita dari aku ya wkwk.

Dan terimakasih karena work ini udah tembuk 60k reader IYAIYYYY AKU BANGGA

Aku gak expect sejauh ini, but terimakasih karena mau membaca. Serius aku gak pernah mimpi cerita asal ini bakal dibaca ribuan orang.

Tapi terimakasih 🖤

Oiya, buat readers ku. Panggil aku Tan ya ^^

Jangan panggil author ihiw, panggil nama aja biar rada satuy uwu.

See ya!

SEMOGA ABIS INI ADA IDE LAGI,,, KALO ADA AKU DOUBLE UPDATE WKWKWKWMWK

with love,

Tan. R

Gealvan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang