Part 37

1.2K 102 51
                                    

"I'm here for you, without any reason why and always be there."

GEALVAN

***

Hening masih melingkupi dua remaja yang kini berada di bawah kerlap kerlip bintang. Gea kini kembali menumpukan dagunya di lututnya.

Sementara Elvan duduk dengan kaki lurus sambil menatap hamparan bintang di langit.

Keduanya saling diam namun tidak dengan isi pikirannya. Isi kepala dua orang itu sedang saling berkecamuk.

"Ge." Panggilan dengan suara rendah itu membuat Gea menoleh.

Gadis itu menatap laki laki kalem yang sekarang masi nyaman menatap hamparan bintang di langit itu. Gea menumpukan pipinya diatas lutut, pandangannya lurus melihat side profil laki laki kalem itu.

"Gea tau ga hal apa yang paling Elvan benci?" Gadis itu diam, membiarkan Elvan yang sepertinya sedang tidak bisa ia sela agar melanjutkan perkataannya.

Laki laki itu tanpa aba aba menoleh ke arah Gea. Gea melebarkan mata ketika maniknya ditatap tepat.

"Kehilangan." Satu kata dengan intonasi pelan itu seperti menusuk tepat relung hati Gea.

Laki laki ini, selalu takut jika Gea akan pergi darinya. Selalu berkata 'Jangan pernah tinggalin aku ya.'

Ternyata itu bukan kata sekadar lewat saja, tapi memang dia ingin agar Gea tak meninggalkannya. Dan dia tidak kehilangan gadis cantik itu.

Laki laki itu tersenyum tipis, jenis senyum dimana di dalamnya tersirat banyak luka.

"Gea tau, aku pernah kehilangan. Kehilangan yang benar benar berat."

"Kehilangan yang nggak pernah aku harapin untuk ada." Laki laki itu merunduk, mengulas senyum perih.

Gea meneguk ludahnya dengan sulit, gadis itu sudah menegakkan tubuhnya.

"Gea tau nggak kenapa Elvan suka banget ngelarang Gea buat deket sama orang lain?"

"Ya mungkin bagi Gea itu sedikit annoying. Elvan jadi keliatan ngekang Gea kan? Sampai dulu Gea pernah bener bener marah sama Elvan." Laki laki itu kembali tersenyum, menengadahkan kepala seolah menerawang.

Gea seakan diadili, gadis itu benar benar hilang kata saat ini. Melihat raut terluka itu, Gea sadar. Bahwa dia juga pernah melukai hati laki laki kalem ini.

"Gea tau nggak? Dulu, Bunda ninggalin Elvan sama Ayah." Bagai dunia runtuh gadis itu tersentak.

Rasanya tak percaya, laki laki yang selalu kuat dan menjadi sandarannya ternyata memiliki luka yang tak ia tau. Yang tak ia bagi.

Gadis itu dapat melihat mata berkaca milik laki laki kalem itu.

"Dan Gea tau penyebabnya apa? Gara gara Ayah terlalu sibuk sama kerjaannya. Makanya Bunda nyaman sama orang lain." Laki laki itu menoleh ke arah Gea yang kini diam mematung.

"Saat itu Elvan masih SMP, Bunda ninggalin Elvan gitu aja. Padahal Bunda janji bakal terus ada sama Elvan." Laki laki itu kembali tersenyum.

Tapi setiap laki laki itu tersenyum, hati Gea seakan teremat. Mereka memiliki luka yang hampir sama lebarnya. Tapi, saling diam dan berlagak kokoh sendirian.

"Mungkin jahat, tapi Elvan pernah benci Bunda. Rasanya sakit tiap sadar Bunda ninggalin Elvan cuman untuk laki laki lain." Laki laki itu merunduk.

Gadis itu maju, meraih pundak lebar yang selalu ia jadikan sandaran ketika lelah itu. Sekarang, biar dia yang menjadi sandaran laki laki ini. Biarkan dia juga tau seberapa dalam lukanya.

Gealvan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang