Part 8

3.7K 185 52
                                    

"Sayang sama pacar orang gak dosa kan ya?"

Muhammad Hasan A

Elvan mengerjapkan matanya, pandangannya masih mengabur. Laki laki bermanik kelabu itu menegakkan tubuhnya. Ia kini menyenderkan tubuhnya ke punggung kursi.

Setelah kesadarannya berkumpul, ia dapat melihat jelas sosok dihadapannya. Gadis imut itu rupanya ikut tidur bersamanya.

Tangan laki laki posesif itu terulur mengusap kepala Gea. Gea membuat gerakan kecil, semacam mengulet. Gadis itu mulai bangkit dari posisinya, wajahnya masih bingung khas baru bangun tidur. Sementara Gea masih mengumpulkan nyawanya, Elvan malah tersenyum singkat memandangi wajah bangun tidur gadis itu. Menggemaskan.

Gea menguap sekali lagi, tangan putihnya kini bergerak mengucek matanya. Ia mengerjapkan matanya sebelum memandang Elvan yang masih saja tersenyum memandanginya.

"Elvan udah bangun ya?" kini gadis itu menopang dagunya memandangi Elvan dengan matanya yang sipit sebab mengantuk.

Elvan hanya berdehem sebagai balasan. Gea hanya mengangguk anggukkan kepala tanda mengerti. Dan selanjutnya hanya keheningan yang mengambil peran. Gea tak berceloteh sebab gadis itu masih mengantuk.

"Gea masih ngantuk ya?" Elvan bertanya memecah keheningan.

Gea hanya mengangguk dan menguap sekali lagi.

"Tidur aja lagi, kan ngantuk. Jangan diforsir." Elvan menasehati sambil menepuk nepuk pelan puncak kepala gadis itu.

Gea menggeleng pelan lalu memajukan bibir bawahnya, merenggut kecil. Siap siap mengadu pada laki laki bermanik kelabu itu.

"Punggung Gea capek kalo nunduk terus. Apa Elvan mau punya pacar bungkuk sebelum waktunya."

Elvan tertawa kecil. Laki laki itu beranjak dari duduknya. Gea mendongak, matanya menatap tepat manik mata Elvan. Keningnya sedikit berkerut bingung.

Tanpa aba aba Elvan membungkukkan badannya. Meletakkan tangannya dibawah lipatan lutut Gea. Kurang dari dua detik gadis cantik itu sudah dibopong oleh Elvan. Bahkan saat gadis itu belum sadar tentang apa yang laki laki itu lakukan, Elvan sudah beranjak.

"Elvannnnn, kenapa gendong Gea. Turunin gak!" gadis itu berseru kesal.

Bahkan Gea bergerak gerak minta diturunkan hingga Elvan kewalahan saat membopong Gea.

"Sttt.. Gea diem." satu interupsi dari Elvan membuat Gea bungkam.

Namun rupanya kebungkaman itu tak bertahan lama untuk Gea. Sebab mulutnya meminta untuk menyuarakan isi pikirannya.

"Ntar kalo ada guru liat gimana, Elvan." Gea hanya berucap lirih.

Bukannya menjawab Elvan malah masih saja melenggang melewati koridor, dalam sekejap sepasang remaja itu sudah jadi pusat perhatian. Kini ketua OSIS itu menyembunyikan wajahnya yang sudah merah padam ke dada bidang Elvan.

Ia tak berani menatap sekitarnya, ia malu. Tapi kedua telinganya masih dapat mendengar jeritan jeritan siswi yang menurut tebakannya sedang baper melihat adegan ala ala drakor seperti itu.

Gea makin menciut kecil. Akhirnya kedua remaja itu masuk ke dalam sebuah ruangan. Laki laki beriris kelabu itu mendudukkan Gea ditepi ranjang. Ternyata Elvan membawanya ke UKS. Tapi kenapa? Ia sama sekali tidak sedang sakit.

Tapi bukan itu yang terpenting, yang terpenting saat ini adalah bagaimana cara agar degup jantung Gea berdetak normal. Kini bahkan jantungnya terasa hampir meledak karena terlalu cepat memompa.

Bagaimana tidak? Elvan setelah menurunkannya di tepi ranjang bukannya berlalu malah mengungkung posisi Gea dengan dua tangan menumpu di tepian ranjang yang tepat disamping tubuh gadis imut itu. Wajahnya hanya berjarak beberapa inci saja dari wajah Gea.

Manik kelabunya menatap tepat manik cokelat Gea. Jantung Gea sudah disko sejak tadi. Dan Elvan malah tak segera menjauhkan diri. Kan nggak baik buat jantung Gea, Gea belum siap jika mendapat serangan tiba tiba macam ini.

"Gea tidur aja disini. Ngerjain tugasnya nanti aja. Jangan maksain diri. Okey." Elvan berucap masih dengan mata menatap Gea intens.

Gea mengangguk cepat, bahkan untuk menjawab satu interupsi Elvan gadis itu sampai mengangguk beberapa kali saking gugupnya.

Elvan yang sedari tadi menatap wajah tegang Gea kini tersenyum singkat. Sementara ditempatnya Gea merapalkan matera agar tidak ambyar ditempat menatap wajah tampan Elvan.

Tanpa pertanda ataupun aba aba, bibir Elvan mendarat dikening Gadis cantik itu. Dan boom... Ambyar sudah dirinya.

Elvan mengacak pelan surai gelombang Gea dan berlalu sambil menelusupkan kedua tangannya disaku celananya. Meninggalkan Gea sendiri diruangan itu dalam mode ambyar.

***

Gea berdiri dari posisi duduknya, sudah jam pulang sekolah. Ia segera menuju taman belakang, menunggu Elvannya disana. Tadi ia sudah mengirim chat ke laki laki itu agar menemuinya disana.

Gea duduk dan menyandarkan punggunya dikursi yang muat diduduki oleh dua orang itu. Gadis itu memejamkan matanya, menikmati semilir angin yang membelai wajahnya dengan lembut.

Setelah kegiatannya yang melelahkan akhirnya ia bisa sedikit bersantai. Entah berapa lama ia memejamkan netranya dan menyembunyikan manik cokelat itu dari semesta, tiba tiba saja ada seseorang yang mencolek lengannya.

Gea menegakkan badannya dan membuka penutup manik indah itu. Elvan sudah ada di sampingnya entah kapan, padahal telinganya ini amat peka akan suara. Tapi sudahlah tak penting juga.

"Ayo pulang." laki laki itu berkata dengan intonasi datar.

"Iya." Gea menyahuti singkat dan berdiri mendahului laki laki itu.

Maklum saja ia masih malu bertemu Elvan sejak kejadian tadi di UKS. Ya memang kejadian biasa sih tapi mampu membuat gadis itu berguling guling di lantai UKS sepeninggal Elvan. Bahkan masih membuat pipinya merona mengingatnya.

Sementara dari belakang punggung gadis itu, Elvan menarik senyum singkat. Ia bahkan sudah hafal logat gadis imut itu jika sedang malu. Ya seperti ini. Gea akan menghindari kontak mata dengan dirinya karena setiap dirinya menatap mata cokelat Gea itu akan membuat Gea merona dalam sekejap.

Gea berjalan agak cepat, kenapa jarak ke parkiran terasa sangat jauh seperti ini. Haah... Jantung harap bersabar ini ujian.

Grep

Lengan Elvan sudah melingkar indah di bahu Gea. Gea otomatis menoleh ke arah Elvan, laki laki iti memandanginya sambil tersenyum manis. Dalam satu detik Gea sudah kembali membuang muka tak mau menatap Elvan sambil terus mengumpati laki laki itu dalam hati. Kenapa ia seromantis ini bikin jantung Gea marathon.

Cape tau deg deg an mulu dari tadi siang. Dan kini laki laki itu malah dengan tak tau dirinya tambah mempererat rangkulannya di leher Gea membuat gadis itu memprotes. Namun tawa nyaring Elvan menjadi balasan ketika melihat binur gadis itu yang terlipat. Lucu.

***

Hai.. Suka?

Mau tulis apa aku bingung huhu.

Team siapakah kalian?

Elvan-Gea

Hasan-Gea

Jangan lupa vomentnya.

See ya💕

Gealvan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang