Part 10

3.1K 140 21
                                    

"Kita deket, nyaman, tapi sayangnya cuma sebates temen. Gak lebih."

Muhammad Hasan A


Gea tersenyum tipis, perlahan melepaskan pegangan tangan Elvan di lengannya.

"Gak papa ih, Gea kurang tidur aja ko. Semalem ngecek surat surat masuk banyak banget."

Gea menggerakkan tangannya seakan memberi pengertian besar pada laki laki itu.

Meski ragu Elvan hanya tersenyum simpul sambil mengacak poni gadis dihadapannya itu.

"Yuk" Gadis itu menarik tangan Elvan.

Ia hanya tersenyum, tidak tidak. Ia hanya mengangkat separuh bibirnya ke atas.

***

Gea mengusak rambut panjangnya dengan kasar, ia menopangkan dagu pada lengan kanannya. Sudah lima belas menit gadis cantik itu memandang catatannya dengan bibir cemberut.

"Akhh, gue gapaham sama soal yang ini."

"Gapaham apa, Dit?" Suara serak itu mengagetkan Dita yang masih menopang dagu malas.

Dita mengangkat wajah, mata cokelat terangnya menumbuk manik hitam yang kini menyorotnya dengan tatapan ingin tau.

"Ini nih matematika wajib, susah banget." Gea menundukkan kepala, menempelkan dahi pada permukaan meja.

Laki laki itu terkekeh pelan, tangan kanannya terulur mengusap pelan kepala Gea disela kekehannya.

"Sayangnya gue anak IPS, jadi gabisa bantuin lo." Laki laki itu membalik kursi yang berada di depan bangku Gea.

"Gapapa elah, eh iya lo ngapain nyamperin gue?" Gea mendongak, menatap tepat manik hitam didepannya itu.

"Itu soal yang pensi." Hasan menopang dagunya.

"Jadi gimana? Kalian bisa kan?" Mata cokelat gadis cantik itu nampak berbinar.

Hasan hanya tersenyum menikmati ekspresi lucu gadis di hadapannya itu. Gea mengerjapkan kedua matanya bingung.

Gea menjentikkan tangan kanannya didepan wajah putih bersih laki laki bermata hitam itu.

"Ye malah ngelamun, bisa kagak lo."

"Bisa kok." Hasan tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya.

"Syukur deh kalo gitu." Seulas senyum terbit di bibir gadis berambut gelombang itu.

"Ngapain lo masih duduk disitu, dah pergi sono. Ganggu." Usirnya dengan candaannya.

"Iye iye." Hasan memberenggutkan bibirnya kesal.

"Gue pergi dulu, Ganbatte!"

Baru saja sedetik lalu laki laki berwajah manis itu memasang ekspresi kesal, kini ia mengukir senyum dengan menampilkan deretam gigi putihnya yang rapi.

Dan jangan lupakan love sign yang ia buat dengan kedua tangannya yang disatukan diatas kepalanya. Lalu dia berlari keluar dari kelas Gea dengan ledakan tawa yang tak bisa ia sembunyikan.

"Dit, lo selingkuh ya sama Hasan?" Riska yang baru saja duduk di sampingnya langsung bertanya.

"He mulutnya." Sontak ucapan ngaur Riska mendapat pelototan tajam oleh gadis bermata cokelat itu.

"Ya kalian sweet banget gitu. Bikin banyak orang salah paham tau gak." Riska berujar sambil menatap lurus manik Gea.

"Itu mah lo nya aja yang mikir nggak nggak." Gea kembali mengalihkan perhatiannya pada buku yang tergeletak bebas di hadapannya.

Gealvan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang