1

271 18 10
                                    

Ini salah satu cerita favoritku sebagai pengantar tidur. Jangan tertidur saat aku menceritakannya padamu hanya karena cerita ini untuk pengantar tidur. Ayo kita mulai, karena aku bukan orang yang suka berbasa-basi.

Apa kalian pernah mendengar cerita tentang tiga bersaudara? Beritahu aku jika kalian pernah mendengar cerita ini, atau kalian sendiri yang tengah mengalaminya. Mungkin ini akan menjadi cerita yang tak kalah menyedihkan bagi kalian.

Dahulu kala, ada sepasang suami istri yang memiliki tiga anak laki-laki yang berjarak dua tahun di setiap usianya. Si sulung dididik sebagai pemimpin karena paling tua dan si bungsu dididik dengan lembut karena anak paling muda. Jadi, seperti apa anak kedua dididik?

Tegas? Bagaimana kalau kita ubah ketiga anak itu perempuan. Apa itu masih wajar? (pendidikannya)

Lalu, si sulung diberikan warisan sebagai anak pertama dan si bungsu diberikan kasih sayang sebagai anak terakhir. Apa yang didapatkan anak kedua?

Tidak ada. Benar! Anak kedua tidak mendapatkan apapun. Bisa kau bayangkan seberapa bencinya anak kedua pada kedua orang tuanya?

Tapi itu tidak benar-benar terjadi. Sebagai pemimpin, si sulung membagikan warisannya dengan bijak. Anak kedua jatuh cinta pada si sulung karena membagi warisannya, tanpa tahu si bungsu juga mendapat bagian. Si bungsu tidak bisa memberikan apapun pada anak kedua selain kasih sayang yang diajarkan oleh kedua orang tuanya. Sayangnya anak kedua hanya ingin melihat bukti sebagai material yang sama dengan si sulung berikan padanya. Hingga anak kedua semakin membenci si bungsu.

Tidak terima, si bungsu mengatakan bahwa ia juga mendapat bagian warisan dari si sulung. Tentu saja anak kedua sangat kecewa pada si sulung dan tidak bisa membencinya karena sudah terlanjur mencintainya dengan perasaan senang.

Merasa putus asa dengan kehidupannya, dengan membawa kebencian yang besar pada keluarganya dan rasa kecewa yang dalam pada si sulung, anak kedua memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Ia sudah mengantung tali di kamarnya dan menyiapkan kursi kayu sebagai pijakannya. Bersiap melompat dengan tali yang sudah terkalung erat di lehernya. Dan-

Sreet

Hey, kau terlalu tegang. Apa ini sangat menyedihkan? Atau sangat mengerikan? Ayolah, ini hanya sebuah cerita sialan sebagai pengantar mimpi buruk.

Drttt drttt drttt

Ah, aku harus cepat-cepat mengangkat telpon ini. Jadi, tunggu sebentar.

"Apa kau sudah sampai rumah?",

"Tidak, aku menunggu bus", (menendang kerikil di halte bus)

"Gunakan uang yang kukirim untuk ongkos taksi",

"Ini sudah hampir tengah malam, tidak akan ada bus yang lewat",

"Aku bisa jalan kaki",

"Jangan bodoh Yi", nada marah

Ya, aku memang bodoh karenamu. Aku selalu membuatmu khawatir dan memaksamu perhatian padaku. Bukankah aku sangat egois?

"Kenapa tidak menjemputku?",

"Aku baru pulang bekerja, mengerti. Aku akan memesan taksi online untukmu di dekat sana, tunggulah sebentar",

"Baiklah", aku mematikan telpon sepihak dan bangkit dari dudukku di kursi besi berkarat ini sambil menghembus nafas berat, mendongak ke atas untuk melihat langit gelap berhiaskan sedikit bintang dan satu bulan yang terselip dalam gumpalan awan. Jalan di depanku semakin lama semakin sepi, menyisakan keheningan yang dibuyarkan oleh jangkrik. Bercahayakan lampu sorot yang berjejer di pinggir jalan dan layar ponselku, cukup membantu penglihatanku untuk menangkap beberapa pengendara mobil lewat.

1% MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang