6

22 3 10
                                    

Kertas itu kembali keluar bersama krayon merah yang baru saja kuselipkan. Aku bisa melihat bayangan di belakang pintu kamar ini. Kenapa dia mengembalikannya tanpa menjawabnya? Aku kembali menyelipkan kertas dan krayon yang tak salah lagi tuan muda Gege keluarkan.

Keluar lagi! (Kembali memasukkannya)

Keluar lagi!

Apa tuan muda Gege tidak bisa menulis? Bukankah itu artinya dia sangat muda dariku? Aku kembali membuat tulisan baru dan menyelipkannya lagi bersama krayon yang sama.

"Apa kau tidak punya tangan untuk menulis?",

Kertas yang kuselipkan tak keluar cukup lama. Apa dia membuang kertasnya? Bukankah itu artinya dia bisa membacanya jika ia membuangnya karena itu berisi ejekan.

Keluar!

"Punya",

Aku sedikit melotot melihat tulisan serapi itu. Jangan-jangan tuan muda Gege seumur kak Seana. Jujur saja, aku belum pernah melihat tuan muda Gege secara langsung. Jadi, aku tidak tahu berapa usia dan seperti apa dirinya. Yang kudengar dari pelayan di mansion ini, tuan muda Gege sangat genius. Memangnya seperti apa genius itu? Apa seperti penyakit mental yang sama dengan skizofrenia?

"Aku Ayili, kau bisa memanggilku Yi",

"Aku Gege"

Nah, benar kan yang kubilang. Itu pasti tuan muda Gege.

"Gege, berapa usiamu?",

"5th",

Apa dia bercanda? Tulisan serapi ini tidak mungkin ditulis oleh bocah berumur lima tahun. Bahkan aku kesulitan menulis angka lima saat masih seusia begitu, tapi dia menulisnya dengan benar.

"Buka pintunya",

"Pergilah!!!",

Itulah yang keluar bersama krayon merah yang kuberikan padanya.

"Gege, buka pintunya!", kali ini aku mengetuk pintunya dengan marah karena tanda seru tiga yang artinya sebuah bentakan (perang).

"Nona Yi! Tolong berhenti!", seorang pelayan perempuan yang hendak mengantar pakaian bersih ke kamar tuan muda Gege menghentikanku menggedor pintu kamar tuan muda.

"Tolong tenangkan diri anda. Maafkan tuan muda jika membuat anda marah, tuan muda tak bermaksud seperti itu", bujuk pelayan yang menahan kedua tanganku untuk mengetuk pintu kamar tuan muda, lagi.

"Apa benar usia tuan muda Gege lima tahun?", tanyaku dan mendapat anggukan dari pelayan ini. Aku tak menemukan kebohongan dari matanya saat mengagguk seperti itu.

"Maaf membuat keributan, Yi akan kembali ke kamar", ucapku, masih kebingungan dengan yang baru saja terjadi. Di mana tuan muda Gege belajar menulis serapi itu?

Aku kembali memikirkan apa yang baru saja terjadi sambil berbaring di atas kasur, setelah makan malam bersama tuan Xen. Seperti apa tuan muda Gege? Kenapa dia tak keluar kamar? Apa dia cacat? Tidak mungkin, aku mendengar langkah kakinya yang berlari menjauh dari pintu saat aku menggedor-gedor pintu. Tuan muda Gege pasti malu. Memangnya, seperti apa wajahnya? Aku menoleh ke arah cermin di samping kasur, menatap wajahku dari pantulan cermin.

"Apa lebih mengerikan dari wajahku?", seketika aku merinding membayangkannya dan menepuk kedua pipiku, menyingkirkan bayangan mengerikan ini. Melihat badai di luar telah reda, aku membuka pintu balkon dan menemukan balkon ini berseberangan dengan balkon di kamar tuan muda Gege. Kali ini tidak akan ada yang bisa menghentikanku!

1% MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang