vii

11 1 0
                                    

Cetaaar

Suara itu berkali- kali masuk ke dalam telinga kiriku yang dekat dengan tangan kiriku yang telah mengepal menahan perih dan sakit yang luar biasa lebih menyakitkan dari pada sebuah pisau menggoresnya, kulitku seakan-akan dipaksa tergores karena terseret oleh tali cambuk yang tak bisa kuhitung berapa kali telah dipukulkan ke atas tangan kiriku, karena menahan tangisanku yang hampir keluar dan rasa takut yang melahapku.

"Sekarang kaki kirimu", padahal suara cambukan itu sudah berhenti, tapi telingaku masih berdengung dan mereka ingin melanjutkannya lagi? Bahkan aku tak bisa menggerakkan tangan kiriku yang terasa remuk, aku tak berani menyimbak lengan baju ini dan melihat luka seperti apa dibaliknya yang kudapat.

Ayi memaksaku bangkit dari berlutut dan meletakkan kakiku di atas sebuah kursi kayu dekat sofa. Tuan Richard akan meremukkan lutut kaki kiriku! Aku hanya bisa memejamkan mataku, bersiap hempasan tali keras itu menampar keras pangkal paha dan lututku. Yi, aku akan sangat membencimu jika tidak menjelaskan maksud dari kebohongan memuakkan ini!

Ayi menahan tubuhku agar tak tumbang ke lantai, melanjutkan cambukan yang beberapa kali membuat kaki kananku lemas dan ingin jatuh ke lantai dengan tangis yang ingin pecah. Yang bisa kulakukan hanya berdoa semoga rasa sakitnya menghilang secepat mungkin. Tapi, hukuman dua puluh kali cambuk ini semakin lama jika kuhitung, aku hanya bisa menutup mataku hingga selesai.

Nafasku sedikit memburu setelah hukuman ini selesai dan masih bisa berdiri dengan bertumpu pada Ayi.

"Kuharap kau belajar untuk tidak mengulanginya lagi setelah mendapat hukuman ini", abaikan ucapan pria tua kepala keluarga Hillion itu, aku ingin segera istirahat. Tuan Richard menggendongku ke kamar dan mengobati lukaku sebelum pergi, tak ada yang bisa kubicarakan dengannya karena gigiku terlalu sibuk menahan lidahku untuk menyumpah serapah saat merasakan sakit dan perih yang luar biasa lebih sakit dari pada saat dicambuk.

Bahkan telingaku masih berdengung, ini terlalu menyakitkan sampai-sampai dadaku terasa sesak. Keluarga ini benar-benar GILA!

Drttt drttt drttt

Astaga, kenapa bocah sialan ini menelponku di saat yang tidak tepat? Aku ingin istirahat!

"Tahan tangis dan ringisanmu, Li. Aku akan mengangkat telpon",

Lagi? KAU SANGAT BRENGSEK, YI! Pada akhirnya Ayi mengangakat panggilan video dari tuan muda Gege. Aku melihat tuan muda Gege tengah duduk bersama tiga orang di belakangnya yang ikut melihat ke dalam panggilan video ini dan jangan lupa senyum ceria tuan muda Gege yang tak pernah luntur di depan Ayi.

"Astaga, apa itu manekin? Boneka porselen cina?"

"Sangat cantik!"

"Apa dia benar-benar nyata?",

Sialan! Mereka sangat brisik, kepalaku semakin sakit.

"Bagaimana kabar tuan muda?", Ayi masih bisa tersenyum tipis saat menanyakan kabar tuan muda Gege, seakan-akan dia baru saja bangun dari mimpi indahnya.

"Dia bicara!"

"Bahkan suaranya sangat merdu"

"Apa semua gadis di kota Margarret seperti ini?"

"Tidak, hanya Yi yang cantik di kota Margarret", ucapan dari tuan muda Gege ini membuatku mual.

1% MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang