viii

14 2 9
                                    

Akhirnya saat-saat yang paling menyakitkan dalam hidupku telah datang. Dan di sinilah kusekarang, dengan gaun putih sepertiga kakiku dan wajah yang sudah dipoles secantik dewi Afrodit sepagi buta lalu. Kalian pikir siapa yang akan menikah? Tentu saja kak Seana, bukankah ia sudah bilang bahwa kekasihnya Kei melamarnya beberapa bulan lalu. Bisa kalian tebak bagaimana perasaanku?

Aku tidak bisa melempar kelopak bunga untuknya sebagai pemberkatan dengan benar, ini terlalu menyakitkan dengan senyuman formalitas yang tertanam dalam wajahku. Kenapa secepat ini? Bahkan aku tidak sempat satu rumah atau memiliki waktu lama untuk mengungkapkan seberapa besar cintaku padanya. Jadi ini yang dirasakan seseorang saat mantan mereka menikah duluan?

"Aku ingin muntah", ini pertama kalinya Ayi jujur dengan perutnya yang bahkan belum diisi apapun sejak lipstik merah menyala terpasang dibibir kecilnya.

"Aku ingin menggigit kepala tuan Kei", sekarang akulah yang menggerutu, kebiasaan buruk saat kesal pada seseorang.

"Kak Seana punya selera yang sama dengan ibu", Dezellia membanggakan tipe wanita tua itu dengan kakak tertua pada kelompok teman yang diundangnya, ini semakin menyebalkan.

"Siapa dia, Dezellia? Gaun yang sama dengan keluargamu dan-", ucapan gadis bersama Dezellia ini terhenti saat aku menatapnya balik.

"Abaikan dia, ayo ambil sepiring kue", baguslah, Dezellia tahu cara menjaga wajah mahalnya di depan kelompoknya dan meninggalkanku yang menggigit kuku hampir memutuskannya dari jariku sendiri.

"Nona Ayili, kenapa kau sendirian di sini?", suara bariton itu membuatku terkesiap dan menggigit jariku sendiri hingga mengeluarkan darah segar yang mengotori gaun formal putihku.

"Lihat, seberapa cerobohnya kau", dia tuan Acellio yang tadi menyapaku dan menarik jariku yang terluka, mengelap darahnya dengan sapu tangan miliknya.

"Apa kau sangat bahagia sampai-sampai menggigit jarimu?", seperti cerita Yusuf, terpesona oleh ketampanannya sampai-sampai tak sadar memotong jarimu. Ya, aku sangat kecewa sampai-sampai ingin bangun dari mimpi buruk ini.

KEBENCIAN 2%

"Terimakasih", menerima sapu tangan tuan Acellio yang memuakkan ini, aku benci semua parfum pria. Tapi, kenapa tuan muda Gege menggunakan parfum wanita seperti bunga Peony?

"Dia seperti seorang ratu hari ini", aku menunjukkan caraku melihat ke arah kak Seana dan tuan Kei yang tengah berfoto bersama tamu undangan, pada tuan Acellio.

"Benar, dia memang secantik ratu", aku melihat pandangan membenarkan dari tuan Acellio yang terdengar yakin. Apa dia tertarik pada kak Seana? Mungkin menjadi kambing hitam untuk merusak hubungan kak Seana dan tuan Kei akan membuatmu berguna bagiku, tuan Acellio.

"Andai saja-", dia sengaja membuatku penasaran dengan kelanjutan kalimat itu.

"-seorang dewi tidak hadir dalam pesta ini", apa dia baru saja mengatakan kejelekan kak Seana? Siapa wanita yang lebih cantik dari kak Seana? Nona Leass anak dari tuan Heon, sekretarismu itu kah? Dari mana aku mengetahuinya? Nona Leass memang bekerja sebagai sekretaris di sebuah perusahaan besar, aku hanya tidak menyangka jika pemiliknya adalah tuan Acellio.

"Nona Leass kah?", mencoba menebaknya malah mendapat kekehan kecilnya, aku yakin itu tawa formalitas karena terlihat jelas kekakuannya.

"Perlukah aku membelikan ribuan cermin untukmu?", sindiran yang manis, dia tidak tahu cara menggoda wanita dan seorang penggoda yang buruk. Untuk menggodaku, kau harus menaruh tanganmu di lenganku dengan manja dan mengatakan sesuatu yang nakal ke telinga kiriku. Tidak ada pria waras yang akan melakukan hal jalang itu, ha ha.

1% MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang