i

132 13 3
                                    

Aku meringis sambil memegang kepalaku sakit. Melihat diriku tengah berbaring di lantai dan menoleh ke arah kasur empukku yang masih rapi.

"Cih, aku tidak perlu repot-repot membeli kasur jika tidak digunakan", gurutuku sambil bangkit dan merenggangkan pinggangku, sakit. Rasanya seperti aku baru saja ditabrak sebuah mobil dan bangun dari kematian. Bagaimana aku tahu seperti apa itu kematian? Entahlah, aku selalu merenggang nyawa dan belum mati sampai sekarang. Kurasa itu sudah cukup untuk menggambarkan seperti apa mati dan terbangun.

Tepat jam dua pagi dan aku mandi dengan air sedingin es seperti biasanya. Aku merasa seperti berada di eropa timur, padahal rumah ini berada di sisi bukit dan karena itulah selalu dingin. Yup, aku hanya memakai celana dalam dan kaos oblong tipisku yang berukuran xl, memperlihatkan seberapa kurusnya tubuhku saat memakai pakaian dua kali lipat muat di badanku. Jika kau menanyakan apa yang akan kulakukan pada jam begini, aku akan menyelinap ke bawah sambil membawa sebuah kopi sachet yang kubeli di warung pinggir jalan tadi siang, ke dapur. Tentu, aku membuatnya untuk diriku sendiri. Benar, aku seorang pecandu kopi. Jika kau membenci kopi, berikan padaku dan aku akan menghabiskannya, bahkan sampai ginjalku rusak.

Tanganku selalu dingin setelah meminum kopi hangat ini. Tidak, tubuhku memang selalu dingin seperti mayat yang baru saja dikeluarkan dari freezer. Lalu, tanganku yang akan terus bergetar seperti lansia pada umumnya. Tapi, aku hanya kekurangan kadar gula dalam darah. Hanya itu, jadi jangan khawatir atau kau ingin aku cepat mati?

Maaf, aku akan paranoid jika meminum kopi. Jadi, aku akan duduk di depan cermin besar sambil menyesap kopiku dengan musik Cruel World yang dinyanyikan Faye merusak keheningan kamar ini. Kau harus mendengarnya, aku sangat merekomendasikanmu musik yang satu ini. Mungkin kita akan satu selera dalam aliran musik.

"When i drift away, when i lose my way (ketika aku tertidur , ketika aku tersesat)", aku senang menyanyikan bagian ini.

"My body start to decay", lanjut orang lain yang tiba-tiba merebut gelas kopiku dan meneguknya sampai habis. Suaranya menelan kopi seperti orang kehausan itu sedikit seksi. Siapa lagi kalau bukan Ayi.

"Kau ingin bunuh diri?", itulah yang diucapkannya dengan sinis setelah mengusap permukaan bibirnya yang basah, sambil mematikan musik dalam ponselku. Dia selalu membenci musik pop dan khawatir pada sikap paranoidku yang katanya bisa membunuhku jika kelebihan kafein.

"Yi, kau sangat jelek", ucapku, sambil tersenyum pada pantulan cermin di depanku dan sedikit memiringkan kepalaku ke kiri sebelum tertawa miring, membuatnya mengernyitkan keningnya tak suka.

"Sekarang kau tambah jelek", kali ini Ayi menatapku dengan senyuman tipis di bibirnya, membuatku salah tingkah dan menunduk malu. Sialan, dia sangat erotis saat tersenyum miris seperti itu. Ayi benar, aku adalah seorang masokis gila yang hanya tidak bisa mengakuinya dengan sikap kejamku. Karena aku selalu memprovokasi seseorang untuk menyakitiku lebih dari yang orang-orang sadari.

"Kau ingin membaca manga atau menonton film?", tanyanya, memecahkan suasana hening ini. Itu adalah rutinitasku setiap pagi, hanya untuk menyenangkan diriku. Dia selalu tau apa yang kusukai dan apa yang kuinginkan.

"Bagaimana kalau membahas apa yang terjadi sepanjang siang ini. Kau tidak memberitahuku apa yang terjadi di ruangan mentor Andri pagi ini", aku bisa mendengar degup jantung tenang dan tatapan sayunya. Itu membuatku takut untuk tahu apa yang tengah terjadi padanya. Tapi, aku sangat penasaran pada sesosok gadis bermental kepala tiga di depanku ini.

"Aku akan memberitahumu jika kau bisa membakar semua lukisan dan uang tabunganmu dalam laci", seperti biasa, dia selalu tau cara membuatku kalah. Dengan syarat berat lainnya yang keluar dari mulut orang dewasa ini. Aku benci dengan orang dewasa sepertinya! Tidak bisakah dia mengerti bagaimana perasaanku?

1% MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang