Ganjil 03

3K 332 3
                                    

Setelah beberapa kali survey langsung dan juga via google maps, sepertinya stasiun kereta seperti KRL cukup jauh dari komplekku. MRT juga agak jauh. Tidak mungkin aku meminta pak Amir menjemputku setiap hari. Aku tidak biasa diperlakukan spesial walaupun jabatanku memungkinkan.

Bismillah. Akhirnya aku memutuskan membawa mobil dinas yang terparkir di garasi saat aku datang. Posisi Stirnya yang sama sama kanan seperti di Singapur, menjadikanku cukup yakin untuk keputusan ini.

Usai ku buka pintu pagar, aku bergegas menekan tombol start mesin sebelum mulai membawanya keluar dari garasi. Tadi habis subuhan sudah aku panaskan jadi sekarang bisa langsung di pakai.

Brakkkk

Aduhh! Aku mengernyit ngilu. Tiba tiba tiba saja ada motor sama sama mau berbelok didepanku. Ya ampun, pagi pagi dah bikin perkara aja. Aagrhh

Bergegas aku turun dari mobil dan menghampiri orang yang aku tabrak barusan. Yaps, aku baru saja menubruk motor dan pengemudinya yang baru saja keluar dari garasi rumah depanku.

Motornya terjatuh dan seorang pria berhelm putih otomatis tertimpa motornya sendiri.

"Ehh maaf ya ampun.. saya gak lihat ada motor keluar.." ucapku seraya berusaha membantu orang yang rebah didepanku itu untuk berdiri.

Setengah meringis orang itu lalu menarik kakinya yang tertimpa stang motor.

"Maaf.. "

Ku lihat dia membuka helmnya dan menampakkan wajah yang meringis.

"Sakit ya?" Cicitku ragu ragu

Orang itu hanya menatapku dari kepala hingga ujung kaki. Duh risinya.

"Sejak kapan tinggal disini?" Tatapan matanya menatapku penasaran

"Baru datang sabtu lalu. Maaf ya. Apa bisa jalan? Atau saya antar saja gimana?"

Ku lihat orang itu kembali menatapku sebentar lalu mencoba mendirikan motornya yang roboh.

"Gak papa. Lain kali mungkin hati hati ya mba.."

Aku mengangguk kecil sebagai balasannya.

Mendadak aku kehilangan moodku untuk membawa mobil. Sepertinya hari ini aku naik taksi dulu saja, sudah telat kalau minta jemput.

"Ya sudah saya duluan yaa.." pamitnya lalu mencoba menstater motornya.

Aku bergegas kembali ke mobilku lalu memundurkannya kembali ke garasi. Dengan tergesa aku mengambil perlengkapan kantorku didalam mobil dan keluar dari halaman rumahku.

Tanpa melihat lagi orang yang sedang sibuk dengan motornya  didepan rumahku, aku bergegas berjalan menuju gerbang kompleks. Sudah tidak kekejar kalau harus pesan taksi online. Tokh didepan gerbang kompleks juga banyak taksi lewat.

"Mbak .. koq jalan kaki?" Sebuah suara menyapaku dan ternyata orang yang ku tabrak tadi.

"Gak pa pa. Saya nanti naik taksi saja didepan Mas.."

Motor itu lalu berhenti tepat didepanku.

"Ayo sekalian sama saya sampai gerbang.."

"Eh gak usah Mas. Makasih, sekalian olah raga gak masalah."

"Ayolah daripada telat. Mumpung saya lagi baik hati mbak hehee.."

Akhirnya karena gak enak untuk menolak, aku pun menaiki motornya yang cukup tinggi. Untunglah hari ini aku pakai celana panjang.

"Kenapa gak jadi bawa mobilnya?" Mba takut ya?" Sapanya ketika motor sudah berjalan.

"Sedikit Mas."

"Ya saya juga minta maaf. Saya gak tahu kalau didepan itu sudah ada isinya jadi tadi gak lihat lihat pas keluar gerbang. Maaf ya mba.."

"Iya Mas gak papa"

Tak lama kami sudah sampai di gerbang kompleks. Aku bergegas turun dan mengucapkan terima kasih. Untungnya tak lama ada taksi kosong dan aku langsung menaikinya.

Baru saja aku duduk di mobil, sebuah pesan masuk ponselku. Ajeng adikku, mengabarkan bahwa  dia akan ke Jakarta akhir bulan nanti dan berencana menginap ditempatku bersama teman kuliahnya.

Ah Ajeng, tiga hari lalu dia mengabariku bahwa Senna pacarnya ingin melamarnya dan menikahinya segera sebelum berangkat ambil S3 ke Australi. Ajeng berbicara dengan sangat hati hati dan aku hanya tertawa santai menanggapi kekhawatirannya.

Aku tahu, Ajeng takut takut mengabariku karena Ibu belum memberikan restunya untuk mendahuluiku menikah. Beliau ketakutan kalau aku dilangkahi dan menyebabkan aku semakin lama lagi dapat jodohnya.

Aku hanya bisa menghela nafas panjang kalau begini. Aku faham ketakutan Ibu, tapi aku faham juga kekuatiran Ajeng jika tidak mau menerima lamaran Senna.

Entah kapan aku bisa memenuhi keinginan Ibu untuk menikah. Aku masih merasa berat untuk menata mimpiku yang satu itu.

Menikah? Aku sudah tidak percaya komitmen soal yang satu ini. Sekarang ataupun nanti.

🌷

"Ath.. loe baru seminggu sudah bikin banyak divisi kejang kejang.."

"Kenapa?" Tanyaku disela sela kunyahanku.

Aku sedang makan siang saat ini dengan Ado, teman kuliah sekaligus orang yang menyeretku pindah ke Jakarta.

"Banyak yang protes dengan kebijakanmu yang baru. Beberapa proyek tersendat"

"Segitunya?"

"Hahahaa.. loe bener bener wanita berdarah dingin plus bertangan dingin. Gw suka.."

"Halah.. too much!"

Ado tertawa ngakak disebelahku.

"Feeling gw tepat banget bawa loe kesini Ath. Gw yakin loe mampu. Mungkin awalnya banyak yang komplen. Tapi gak pake lama semua bisa mulai stabil lagi"

"Gw lihat selama ini terlalu longgar budget yang ada. Gak ada efisiensi budget yang efektif. InsyaAllah butuh waktu agak lama menyesuaikan dengan policy yang baru."

"Ya gw percaya. Loe mampu"

"Tokh efisiensi ini nanti akan berimbas ke profit perusahaan. Efeknya akan balik ke karyawan juga. Bonus mereka akan gw naikkan supaya etos kerja mereka meningkat."

"Gw setuju. Itu juga target gw. Karyawan harus sejahtera dan meningkat tahun ke tahun."

"Jangan lupa bonus gw juga kalau gitu!"

"Hahahaahhahaaaaaa. Loe tuh gaji aja dah basis dolar singapore masih kurang aja. Matree!"

"Money is everything.."

"Hahahahaaa.. receh loe!"

"Tapi so far belum ada sih yang protes gimana gimana gitu. Jadi gw masih calm aja"

"Sudah sih yang complaint langsung sama gw beberapa. Kalau langsung ke loe mungkin segan yaa.. macan gitu lohh"

"Lhaa aneh. Harusnya kan beraninya ke gw, yang cuma kroco! Ini malah langsung ke CEO nya. Parah!"

"Gw kan baik hati dan tidak sombong hahahahahaaa"

"Pruutt"

Aku mengejeknya dengan meleletkan lidahku sebal. Laki laki sok pede emang dia.

Kami kembali menikmati makan siang kami yang disambi ngobrol.

Byuurrrrr

Byuurrrrr

"Enaakkk yaaa!! Pantesan telfonku gak diangkat. Mas lagi asik pacaraan yaaa !!!!! "

Sebuah siraman air sukses menyembur ke wajahku dan wajah Ado.

"Dasar pelakor!" Semprotnya lagi dengan mata menatapku galak.

Aaggrhhh... dia lagi!

🌷

Hai hai.. komenny senyap nih

Lanjut jangan yaaa..

Vomentnya atuh laah.. 😁😁😁

Forever LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang