Ganjil 07

2.2K 322 22
                                    

Bagiku, cinta itu bullshit!

Tidak ada namanya cinta sejati berbalut kesetiaan abadi. Yang ada hanya kepentingan pribadi yang terbungkus romansa pura pura.

Hidup sendirian lebih baik karena tidak akan ada lagi kata kecewa dan hati hati yang terjerat karenanya.

Komitmen? Sudah ku hempas jauh jauh dari kamus hidupku. Makanya aku anggap angin lalu saja usaha perjodohan yang sedang Ibu upayakan saat ini.

Saat ini, aku hanya tertunduk malas ketika Ibuku dan Ibu mas Uut meninggalkan kami berdua di teras rumah. Dua orang ibu ibu itu dengan asiknya masuk ke dalam rumah sambil tertawa bahagia.

Sebahagia itukah Ibuku melihatku bersanding diteras dengan calon yang ia kenalkan?

Beliau sudah bilang bahwa aku boleh menolak perwira AU itu jika aku menerima tetangga depanku ini menjadi calon suamiku. Case closed. Demikian ultimatum Kanjeng Ratu tadi malam.

"Maaf yaa Mba. Maafkan Mama saya.."

Aku mendengar suara lirih dari sebelahku. Kami duduk terpisah oleh meja kecil berbentuk bulat telur.

"Iya Mas. Maafkan juga Ibu saya. Kita jadi terjebak begini ya.." cicitku penuh rasa tak nyaman

"Yahh mau gimana lagi yaa.. Ibu ibu kita mungkin sudah sangat menunggu kabar baik dari kita. Jadi pemaksaan seperti ini mungkin mereka anggap yang terbaik.."

Aku menatap laki laki yang ada disampingku ini sekilas. Jujur, dia memang ganteng sih. Tidak akan sulit menumbuhkan cinta dan sayang kelak. Tapi aku sudah merasa tak ingin menikah setelah deretan penghianatan yang ku terima di masa lalu.

"Ehm.. Maaf lho Mas Uut. Begini.. Saya sampaikan dari awal saja jika saya belum berniat untuk berkeluarga. Ada banyak hal yang menjadi pertimbangan saya saat ini. Maafkan Ibu saya yang membuat mas Uut jadi repot. Nuwun sewu Mas.."

Ku lihat Laki laki itu menatapku intens. Rambutnya yang gondrong ia sembunyikan dengan karet kecil. Tangannya lalu bersedekap dengan raut wajah tegas menghadapiku.

"Mba Ath ini umur berapa sekarang kalau boleh tahu?"

Deg. Serius dia bertanya umur?

"Kenapa memangnya?"

"Saya memahami kecemasan Ibunya mba Ath. Laki laki dan perempuan beda mbak.. jujur saya juga tidak ingin kita dipaksa paksa begini. Mba saya kasih tahu satu rahasia mau gak?"

Aku menelisik lelaki itu dengan raut muka bingung

"Maksudnya?"

"Ini diusia saya yang baru saja 30 tahun, Mama tuh masih saja jewerin telinga saya. Kayak anak SD ketahuan nyuri mangga gitu mbak. Kebayang gak?"

Tiba tiba saja aku tertawa kecil. Oalah, jadi laki laki ini yang pernah ku lihat di jewer didepan rumahku?

"Iyakah? "

Ku lihat laki laki itu mengangguk kuat

"Mau sedewasa dan setua apapun usia kita, bagi mereka kita ini masih tetap anak kecil yang sampai menikahpun mereka harus terlibat. Kadang saya marah dan kesal dengan berbagai perjodohan yang Mama saya rencanakan, tapi mungkin itulah cara beliau menunjukkan kecintaannya."

"Memang kamu sendiri gak punya pacar?"

Ku lihat laki laki itu tertawa kecil

"Pernah ada mba. Tapi kebanyakan sih ditolak, saya kurang keren kali ya bagi mereka. Hahahaha.."

Aku terdiam. Tidak ikut tertawa seperti dia.

"Ehmm.. Jadi usia mba Ath berapa sekarang?"

"35 tahun.."

Forever LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang