Yoon Jeonghan memiliki adik kembar bernama Yoon Jae-Hwa, tentu saja Jeonghan sangat menyayangi adiknya itu.
Tapi saat mereka berdua masuk Middle school, sifat asli Jae-Hwa terlihat, semua kasih sayang yang dimiliki Jeonghan diambil olehnya, semuanya, dari ibu ayah, bahkan teman teman Jeonghan.
Jeonghan mengakui bahwa adiknya itu lebih pintar darinya, bahkan adiknya pernah ikut lomba tingkat nasional dan dimenangkan olehnya, dibandingkan Jeonghan yang tidak bisa melakukan apa apa yang hanya mengandalkan kecantikan nya saja.
Semua bermula ketika Jeonghan sudah tidak bisa menahan amarahnya, Jae-Hwa sangat pintar dan cantik, dan karena itulah Jeonghan jadi sering di banding bandingkan dengannya. Dan tidak ada yang tahu jika Jae-Hwa adiknya sendiri itu bahkan membully kakaknya.
Tiap malam Jeonghan selalu keluar diam diam lewat jendelanya, bersyukur kamarnya berada di lantai bawah beda dengan adiknya yang di lantai dua.
Jeonghan keluar hanya untuk melampiaskan amarahnya, yaitu untuk membunuh orang yang masih berkeliaran pada malam itu hanya menggunakan gunting yang biasa di pakai untuk menggunting kertas.
Entah itu sejak kapan dia selalu melakukan itu, setiap selesai melakukan hal itu membuat Jeonghan kembali senang dan melupakan semuanya.
Dan itu terus dilakukannya saat dia sudah tidak bisa menahan emosinya, dia selalu membayangkan adiknya saat membunuh orang lain berharap jika adiknya lah yang berada di tangannya.
Tapi suatu hari saat Jeonghan tidak menemukan seorang pun untuk dibunuh dia dengan cepat kembali pulang ke rumah dengan keadaan kesel dan jengkel.
Saat dia sedang mengendap endap masuk ke rumah, dia mendengar suara orang yang sedang bicara, dan ruangan yang nyala, karena penasaran dia menguping dan mengintip siapa yang sedang berbicara pada malam ini, ternya kedua orang tuanya.
"Apa yang harus kita lakukan padanya?" Tanya Eomma Jeonghan.
"Maksudmu Jeonghan?" Tanya kembali Appa Jeonghan. Dan diangguki Eomma Jeonghan.
"Buang saja, kita sama sekali tidak membutuhkannya, nilai pas Pasan bisa apa?" Jawab Appa Jeonghan.
Jeonghan yang mendengarnya, tentu saja kaget hingga melebarkan matanya tak percaya, jika kedua orang tuanya akan melakukan hal itu. Dia jatuh terduduk ditempatnya sambil menutup mulutnya mencoba untuk tidak mengeluarkan suara karena ia sedang menangis sekarang.
"Kita buang kemana? Tidak mungkin dia akan dibuang begitu saja bukan?" Tanya Eomma Jeonghan.
"Bagaimana jika kita bunuh saja, anak seumurannya tidak bisa masuk ke panti asuhan lagi" usul Appa Jeonghan yang membuat Jeonghan tambah kaget.
"Hmm.. bagus juga, lalu kita beritahu tetangga jika Jeonghan mati karena kecelakaan" tukas Eomma Jeonghan.
"Tinggal kita pikirkan saja waktu yang tepat untuk membunuhnya, sekarang kita tidur saja dulu" ujar Appa Jeonghan.
Dengan itu lampu kamar itu mati dan orang yang didalam pun telah tertidur, Jeonghan masih ditempat yang sama, dia masih menutup mulutnya dengan air mata yang mengalir, ia tak menyangka orang tua yang selama ini ia sangat cintai itu akan melakukan hal itu padanya.
Jeonghan's POV
Jadi begitukah mereka melihatku? Mereka menganggap ku anak yang paling merepotkan bagi mereka? Apa rasa sayangku pada mereka tidak cukup? Lalu apa untungnya aku belajar sangat keras untuk mendapatkan perhatian mereka jika akhirnya mereka akan membunuhku?Sudahlah Jeonghan, didunia ini tidak ada yang menyayangimu, mereka akan mengambil keuntunganmu dan langsung membuangmu. pikirku.
Bener juga, untuk apa aku menangisi orang yang bahkan memandangku sebelah mata doang, jika mereka ingin membunuhku, apa aku harus membunuh mereka lebih dulu?
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙿𝚂𝚈𝙲𝙷𝙾𝙿𝙰𝚃𝙷 [Seventeen GS] [END]
De TodoSeperti apakah ekspresi ke 6 namja ini saat mengetahui bahwa kekasihnya ini adalah psikopat yang mengerikan? "Cheol~ kamu gak mungkin ninggalin aku kan?" "Kudaku sayang~ jangan takut, aku akan mencarimu" "Gege~ dimana kamu? Kenapa kamu menjauhiku?" ...