Menanti-[30]

1.4K 110 19
                                    

Typo bertebaran.

"Demi aku. Kau harus kuat"

Happy Readres💙

"Kak, Bangun dong! Hiks.. Hiks"

"Kamu tega liat aku nangis terus? Hiks.. Hiks.."

"Kak Fildan maafkan aku..hiks.. Karena aku kamu menjadi seperti ini.. Hiks.. Hiks.. "

"Kamu bangun dong. Kamu sudah tidak sayang lagi sama aku? Hiks.. Hiks.. "

Saat ini Lesty tengah berada di ruangan tempat dimana Fildan berbaring lemas dengan berbagai alat yang menempel pada tubuhnya.

Hanya dirinya dan Fildan yang ada di ruangan itu. Karena tidak diperbolehkan banyak orang yang masuk kedalam ruangan Fildan. Di karena kan Fildan masih berada di ICU. Sedangkan yang lainnya tengah menunggu Lesty diluar ruangan. Mereka yang melihat Lesty yang seperti itu merasa iba. Apalagi Iyet, Ia menjadi sangat benci kepada Riki. Ya Riki! Karena ulahnya menantunya tertembak dan membuat anaknya menderita. Tidak jauh dari Iyet, Inul pun sama, ia sangat terkejut saat mendengar kabar bahwa anaknya tertembak. Bahkan ia merasa gelisah karena belum bisa menemani anaknya. Namun tidak untuk malam ini. Inul sedang berada diperjalanan.

Seketika tangis Lesty mereda. Ia pun menghapus air mata yang membasuhi pipinya. Kemudian ia tersenyum tipis, karena mengingat ada kehidupan di dalam perutnya.

"Sayang tumbuh yang sehat" gumamnya seraya mengusap perut ratanya. Kemudian matanya beralih ke Fildan.

"KakFildan bangun dong! Pasti kamu senang bila tau aku sedang mengandung" ucapnya seraya meraih tangan Fildan yang kemudia ia genggam erat, seakan tak ingin terlepaskan.

"Kak, ku mohon bangun. Anak kita membutuhkan mu" lirihnya seraya terus menggenggam tangan Fildan.

"Kamu harus janji selalu ada di sisiku"

"Ya Allah sembuhkanlah suami hambamu ini" doanya.

.
.

"Pah, Kapan Inul sampai?" tanya Iyet ke sang suaminya.

"Bentar lagi juga sampai, Mah" sahutnya.

Kini mereka-Iyet, Beni, Gilang, Monica, Arsen bahkan kedua sahabatnya dari Lesty dan Fildan sekarang sedang menunggu Lesty keluar dari ruangan ICU yang dimana terdapat Fildan yang sedang berbaring lemah.

"Saya akan ke bandara" ucap Gilang tiba-tiba karena telah mendapati pesan dari Istrinya bahwa istri dan ibunya akan segera sampai di bendara.

"Kenapa, Om?" tanya Arsen yang tengah duduk disamping Monica. Kondisi monica pun sudah membaik.

"Istri Om bentar lagi sampai di bandara. Jadi Om pamit dulu"

"Titip salam buat Bunda" ucap Monica yang sedang duduk dengan kepala yang di sandarkan di bahu Arsen.

"Siap"

"Kita juga Om" pekik kedua sahabat Fildan. Karena hanya Rafly yang tidak ada di sini. Dikarenakan Rafly tengah berada di luar kota untuk mengurus perusahaan yang sedang ia kelola.

"Baiklah"

Sepeninggal Gilang. Semuanya kembali hening tidak ada yang berniat membuka suara. Hingga suara Iyet memecahkan keheningan.

"Kalian bisa pulang aja. Lagian ini hampir larut malam" ucap Iyet seraya menatap satu persatu sahabat dari anak dan menantunya.

"Tidak, Tan. Kita akan menjenguk Lesty" sahut Rara. Karena memang dirinya baru sempat datang saat ini, bukannya ia tidak peduli. Hanya saja ia ada urusan, bahkan saat Lesty hilang ia pun merasa sangat cemas. Tetapi ia tidak bisa membantu banyak karena ia yakin bahwa Fildan pasti akan menolongnya. Dan terbukti kan? Tidak jauh berbeda dengan Rara. Ega pun sama ia merasa sangat khawatir dengan keadaan Lesty.

MENANTI [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang