Menanti-[31]-END

1.6K 107 12
                                    

"Ini akhir dari kisah penantian kita. Kini didalam hidup kita, tidak akan ada lagi sebuah penantian"

Penantian dari kisah ini bukan hanya penantian cinta mereka. Melainkan penantian dari berbagai masalah yang hinggap dalam kisah mereka.

Saya sebagai penulis cerita ini, sungguh bersyukur karena cerita ini akan segera tamat. Selain itu saya berterima kasih atas semua orang-orang yang terlibat dalam cerita ini. Para readers, saya ucapkan banyak-banyak terimakasih.
_aninuraeni_

💙Happy Ending💙

Lesty tiba-tiba diam seraya merasakan dinginnya tangan Fildan yang ia tempelkan dikeningnya. Namun beberapa menit kemudian Lesty merasakan gerakan dari tangan Fildan. Ia pun langsung mendongak menatap lekat mata Fildan yang secara perlahan mengerjam.

"Kak Fildan?" lirihnya.

"Kak Fildan! Kamu bangun?! Tunggu aku akan panggilkan dokter" ucap Lesty dengan air mata kebahagiaan yang terus mengalir dari kedua matanya.

Lesty segera bangkit dari kursi rodanya namun suara Fildan membuatnya duduk kembali.

"Mau kemana? Pencet saja tombolnya" ucap Fildan pelan dan lemah, maklum sudah lebih dari tiga hari tidak sadarkan diri, dan hari ini Fildan baru sadarkan dirinya.

"Ah.. Maaf aku terlalu bahagia sampai lupa cara memanggil dokter" kekehnya namun air mata terus saja mengalir membasahi pipinya. Fildan yang melihatnya ingin sekali mengelapnya namun apalah dayanya. Tubuhnya masih lemas.

"Aku.. Hiks.. Sangat merindukanmu" ucapnya saat setelah memencet tombol agar dokter segera datang keruangan ini.

"Jangan nangis" pinta Fildan pelan. Sungguh dirinya tidak kuasa melihat wanita yang dicintai terus saja menangis.

"Aku bahagia melihat mu bangun. Sungguh aku bahagia.. Hiks.. Hiks... Hiks... "

"Sayang. Gimana keadaanmu?"

"Jauh lebih baik dari sebelum kamu bangun. Aku benar-benar sudah sehat saat melihatmu bangun" jawabnya membuat Fildan tersenyum. Sungguh Fildan sangat merindukan istrinya.

Tak beberapa lama. Seorang dokter pun masuk beserta para suster yang mendampinginya.

"Tuan. Kau sudah bangun?" tanya sang dokter yang hanya dibalas anggukan kecil oleh Fildan.

"Sekarang apa yang kau rasakan?"

"Dada kiri-"

"Dok, tolong sembuhkan suami saya!" potong Lesty sebelum Fildan menyelesaikan ucapannya. Membuat dokter tersebut tersenyum tipis.

"Nyonya, bisakah anda menunggunya diluar?" tanya sang dokter membuat Lesty menatapnya tajam dan itu sukses membuat Fildan tersenyum geli. Istrinya ada-ada saja!

"Maaf dokter! Anda tidak berhak mengatur saya! Saya ingin menemani suami saya sendiri!" balasnya lagi-lagi membuat Fildan tersenyum geli.

Sebegitu tidak inginnyakah Lesty meninggalkan dirinya?

"Tap- "

"Biarkan saja" Potong Fildan membuat dokter dan para suster menghela nafas pasrah. Lagi pula sang dokter tahu bahwa Lesty tengah mengandung, mungkin itu bawaan sang bayi?

Setelah beberapa menit diperiksa oleh dokter akhirnya sesi itu pun telah selesai. "Kondisi anda kian membaik. Tetap harus banyak istirahat. Karena luka di bagian dada kiri anda masih belum kering. Dan hari ini juga anda bisa di pindahkan ke ruang inap" ucap sang Dokter seraya mengakhiri kegiatannya.

MENANTI [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang