Chapter 12|Maaf|

1.1K 77 35
                                    


"Ada apa ini?!"

Suara bariton khas laki-laki membuat ketiga orang itu menoleh serempak ke sumber suara. Dilihatnya seorang cowok dengan tampang tegas berjalan menghampiri mereka.

Cowok itu berdiri dengan kedua tangan dimasukkan dalam celana. Matanya menatap sindy penuh pertanyaan. Sindy menatap balik cowok itu yang diketahui adalah Regi, ketua OSIS SMA Forena.

"Bisa jelasin ke gue ini ada apa?!" Ujarnya yang ditujukan pada mereka bertiga.

Baru saja Rey hendak membuka mulut sindy lebih dulu berbicara. Alhasil cowok itu memilih diam, menyaksikan apa yang akan di jelaskan oleh sindy.

"Gue ngasih hukuman sama si culun itu. Dia telat. Tapi si cowok sok pahlawan ini ga terima anak culun itu dihukum!" Sinisnya melirik Rey dan Irish sekilas.

"Ya jelas gue ga terima. Lo aja ngasih hukuman yang ga masuk akal!" Tegas Rey tak habis pikir.

Regi menatap sindy dengan alis terangkat seolah menyuruh cewek itu memberi penjelasan atas ucapan yang Rey sampaikan.

"Hukuman apa yang lo kasih?" Tanya Regi menatap sindy penuh selidik.

Sindy melengos tak menjawab, bahkan sikap hormat nya pada sang ketua OSIS tak terlihat sama sekali. Atau jangan-jangan memanh tidak ada?

Regi tak marah. Ini memang sudah sifat sindy. Jika cewek itu sedang kesal pastilah ia akan mengabaikan apapun yang menurutnya tidak penting.

Regi lantas menatap irish. "Lo telat?"

Irish mengangguk. Ia benar-benar tak berani menatap mata cowok didepannya ini.

"Hukuman apa aja yang sindy kasih ke elo?"

Irish gemetar. Ia menunduk takut. Saat tak sengaja melirik ke arah sindy, cewek itu rupanya sedang memeloroti dirinya. Irish takut, ia kembali menunduk.

"Punya mulut kan?!" Sindir Regi yang amat menusuk hati irish. Sindy tersenyum miring di tempat nya.

"Ma-maaf".

"Bukan kata maaf yang gue butuhin, tapi jawaban!" Tegas Regi yang kelihatannya mulai kesal dengan irish.

Irish tersentak, ia meremas roknya kuat-kuat. Rey yang melihat itu lantas menggerakkan tangannya dan menggenggam satu tangan irish.

"Kak sindy ngasih aku hukuman ngukur lapangan basket, bersihin gudang sama yang terakhir jadi pelayan dia seharian ini". Jawab Irish sedikit berani. Mungkin efek karena perlakuan Rey barusan.

Regi tak terkejut sama sekali malah cowok itu terkekeh. Ia menatap sindy tak percaya. "Gampang banget hukumannya. Yang lebih hard dikit lah, ndy". Ujarnya membuat Rey dan Irish terkejut. Jadi ini ketua osis yang dibangga-banggakan? Cih, tapi gayanya kok sok-sok an. Jika ini diluar sekolah pastilah saat ini ia tengah ribut dengan Regi.

Sindy memutar bola matanya jengah tak paham dengan jalur pikiran Regi. Ia pikir cowok itu akan marah, cih tapi ternyata sebaliknya.

"Yaudah lo aja kalo gitu yang kasih hukumannya. Gue capek mau istirahat!" Ujarnya lalu melenggang pergi dari sana.

Regi geleng-geleng melihat kepergian sindy. Usainya ia kembali menatap irish. "Lo, ambilin kertas sama spidol! Cepet!" Titahnya yang ditunjukan pada irish.

Irish bingung atas perintah Regi, untuk apa sebenarnya benda-benda itu? Tapi dari pada kena semprot lagi akhirnya Irish menurut. Gadis itu pergi berlari menuju kelasnya, membuka tas dan mengambil sesuatu yang di pinta Regi. Sementara disana Rey dan Regi saling melempar pandang dengan tatapan yang berbeda. Rey yang menatap sengit, sementara Regi menatap Rey meremehkan.

"Ini" Irish menyerahkan kedua benda itu pada Regi. Dengan senang hati Regi menerimanya.

Cowok itu tersenyum Devil dengan tangan yang mencoret-coret kertas dengan spidol. Setelah selesai dengan pekerjaannya, Regi melemparkan spidol itu pada Irish secara tiba-tiba. Irish sampai kesulitan menangkap karena ulahnya.

Regi menggerakkan tangannya, mengambil sesuatu dikantung celana. Setelah dikeluarkan ternyata itu solasi.

Krakk...

Regi menyobek solasi tersebut dan menempelkan sebagian pada kertas tadi. Kemudian ia menyerahkan kertas tersebut pada Irish. "Tempel di baju lo! Abis itu berdiri di kantin sampai jam istirahat selesai.!" Perintahnya membuat Irish melebarkan matanya. Irish menatap kertas ditangannya yang bertuliskan. 'AKU SAMPAH MASYARAKAT'.

Rey juga kaget. Ia menatap Irish sesaat dan beralih menatap Regi. Tatapannya pada cowok itu sangat tajam bagaikan elang yang ingin menikam mangsanya. Rasanya ingin sekali protes dengan hukuman itu tapi jika Rey melakukannya Regi pasti akan menambah hukuman Irish jauh lebih berat. Secara Regi bukanlah orang yang punya belas kasihan.

"Cepet!!" Sentak Regi pada irish. Gadis itu mengangguk. Ia berjalan menjauh dan otomatis genggaman Rey lepas dari tangannya.

Rey memberikan tatapan sinis pada Regi sebelum pergi dari sana. Cowok itu sempat menyenggol bahu Regi kasar menunjukan rasa bencinya pada Regi.

(๑◕︵◕๑)

H

ahaha, liat tuh buruk rupa dihukum.

Iuhh.. jijik, emang pantes kalo dia jadi sampah masyarakat.

Ngakak asli, mukanya beneran kayak sampah!

Aduhh, perut gue sakit gara-gara g bisa berenti ketawa.

Bisikan serta kalimat-kalimat jahat terus menghampirinya telinga Irish selama dirinya berdiri di tengah-tengah kantin. Banyak siswa dan siswi yang tak segan melemparkan wadah bekas makanan mereka pada Irish. Bahkan dari kalangan adik kelas pun juga sama.

Rey melihat Irish dengan mata penuh rasa bersalah. Jika bisa ia ingin segera menghampiri gadis itu. Membawanya pergi dari sana. Menjauh dari orang-orang jahat yang sedang berkeliaran. Namun Rey tak bisa melakukannya. Regi si ketua osis menyebalkan itu membuatnya sibuk dengan guru-guru yang ada disana. Sungguh demi apapun tangan Rey gatal sekali ingin mengajar wajah Regi yang sok berkuasa itu.

Tak sengaja mata Rey dan Irish bertemu. Mereka bertatapan cukup lama. Hingga seulas senyum Irish berikan pada Rey. Seolah mengatakan, 'aku baik-baik aja. Kamu nggak perlu cemas'.

Rey ikut tersenyum. Ia masih saja bertatapan dengan Irish, hingga seseorang datang dan merangkul tangannya dengan lancang. Sungguh tidak tahu sopan santun!

"Kamu daripada liatin sampah itu mending liat aku aja". Kania mengerling kecil menatap Rey. Cowok itu mendesis kesal menanggapi.

"Lepasin!" Tegasnya.

Kania mengabaikannya. Cewek itu malah makin mengeratkan rangkulan tangannya seraya menempelkan kepalanya di lengan Rey.

"Lepas kania! Malu diliatin!" Ujar Rey menatap tajam cewek itu.

Kania merengut kesal. "Nggak mau!" Tolaknya.

Rey memejamkan matanya menahan emosi yang sebentar lagi akan meluap. Ia kembali menatap kania, kali ini dengan tatapan datar, dingin, yang membekukan. "Lepas atau gue seret lo kayak karung semen?!"

Kania melebarkan matanya sesaat lalu mengerutkan bibirnya. "Ihh, jahat banget sih. Aku kan cuma mau sama kamu aja. Gandengan tangan kayak orang pacaran pada umumnya!" Rengeknya.

Rey muak. "Status pacaran kita udah berakhir saat lo ngancem Irish buat jauhin gue!" Desisnya tajam.

Kania marah. "Kenapa sih kamu selalu bela cewek buruk rupa itu? Di bayar pake apa kamu sama dia? Ohh, jangan-jangan dia jual tubuhnya--"

"CUKUP KANIA!!" Bentak Rey kehilangan kendali. Seluruh pasang mata yang ada dikantin menatap mereka, begitu pula irish.

Bersambung...

·
·
·
Vote!! Vote!! Vote!!

The Nerdy Girl ( Season 1 Completed ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang