Tema hari ke-3: "Musim dingin adalah satu-satunya musim kita dapat bertemu."
Athaya mengedarkan pandangan ke sekeliling. Seperti terakhir yang ia ingat ketika bertandang ke tempat ini—Nagoya, Terminal Highway Bus Nagoya selalu ramai dengan orang yang berlalu-lalang. Sebagian turun dari bus dan mulai berbaur, sementara yang lain tampak menaiki bus yang siap mengantar mereka ke tujuan. Ya, inilah terminal. Tentu saja penuh dengan orang yang datang dan pergi.
Athaya mengeratkan mantel, mulai berjalan keluar dari kawasan terminal. Kedatangannya ke tempat ini bukan tanpa alasan. Seminggu yang lalu, Fumio tiba-tiba saja menghubunginya, mengatakan kalau Nyonya Hana ingin bertemu dengan Athaya. Menurut penuturan pemuda itu, awalnya, Nyonya Hana sempat berinisiatif untuk pergi ke Shirakawago untuk berkunjung sebelum urung. Dengan cepat Athaya menawarkan diri kalau memang Nyonya Hana ingin bertemu—meski Athaya tidak tahu kenapa. Meskipun masih tampak energik di usianya yang sudah tua, tetap saja Nyonya Hana pasti akan merasakan kesulitan tersendiri jika harus menempuh perjalanan dari Nagoya menuju Shirakawago.
"Hei." Satu tepukan lembut mendarat di bahu Athaya, membuat gadis itu refleks menoleh, mendapati Fumio entah dari mana dan sejak kapan sudah berdiri di belakangnya. Mengagetkan saja, rutuk Athaya pelan yang ternyata masih bisa didengar oleh Fumio. "Itu hanya tepukan pelan. Kau tidak perlu terkejut hanya karena masalah kecil." Seperti biasa, Fumio berkata dengan nada sedatar papan triplek.
Athaya memutar bola mata jemu, sudah terbiasa dengan kelakuan Fumio. "Kau tidak bekerja? Aku kira kita tidak bisa bertemu nantinya."
"Libur. Musim dingin satu-satunya di mana aku bisa mendapat jatah libur setidaknya untuk dua minggu saja." Fumio mengedikkan bahu. "Juga menjadi satu-satunya musim di mana kita bisa saling bertemu untuk pertama kali, bukan?"
Ah, itu benar. Athaya tersenyum, mengangguk sebelum mengikuti langkah kaki Fumio menuju tempat pemberhentian bus terdekat. Jika diingat-ingat lagi, hampir semua pertemuan penting dalam hidup Athaya terjadi pada musim dingin, termasuk bertemu dengan Fumio. Ketika bus datang, Fumio terlebih dahulu naik dan mengulurkan tangan, membantu Athaya agar segera naik juga. Perjalanan menuju Apartment Origin tidak memerlukan waktu lama. Dalam sepuluh menit, keduanya sudah berada di depan apartemen.
Di halaman, Athaya menjumpai Nyonya Hana yang tengah mengambil surat dari kotak surat. Gadis itu dengan cepat menghampiri Nyonya Hana, menyapa lembut. "Apa Nyonya memiliki hal yang ingin dibicarakan?" tanya Athaya setelah berbasa-basi sebentar. Sudah pasti Nyonya Hana memiliki hal penting untuk dibicarakan.
Namun, justru sebaliknya, Nyonya Hana justru menggeleng. "Tidak. Aku malah terkejut kau datang kemari."
Lho? Athaya bingung sendiri sekarang. Gadis itu mengernyit, sebelum sadar dengan apa yang terjadi. Diliriknya Fumio yang tengah berdiri di sampingnya sekarang ini. Wajah pemuda itu tampan tenang, seolah tidak tahu-menahu tentang apa yang terjadi sekarang ini.
"Hei." Athaya menusuk rusuk Fumio, geleng-geleng sendiri.
"Ada apa?"
"Kalau kau memang ingin bertemu denganku, kau tidak perlu menjual nama Nyonya Hana."
Yah, Fumio tetaplah Fumio. Harusnya Athaya sadar itu dari awal.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Light is Coming: 30 Daily Writing Challenge NPC 2019
Random"The light is coming, to give back everything the darkness stole." - the light is coming by Ariana Grande ft. Nicki Minaj. ______ The Light is Coming © Ray H. 1 November 2019 s/d 30 November 2019