Tema hari ke-11: Buat tulisan dengan setting "Di bawah bulan purnama."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Sekarang?"
"Nggak, Ga. Tahun depan." Tata manyun, mendorong Arga yang masih maju mundur untuk segera menghampiri Runa. "Ya, sekarang, dong. Menurut lo, buat apa kami semua sengaja bikin momen biar kalian bisa berduaan? Ya buat ini, lah. Gimana, seh?" Sekarang, Tata sewot berat. Di sekitar mereka berdua, teman-teman OSIS yang lain mengangguk, turut memberi semangat pada Arga.
Arga sendiri bukannya tidak mengapresiasi usaha teman-temannya untuk menciptakan suasana agar Runa dan Arga bisa berduaan saja sekarang. Masalahnya, dia deg-degan setengah mati. Jantungnya berdegub laju, melebihi batas normal. Kedua belah pipinya terus menghangat sedari tadi. Ia yakin wajahnya sudah semerah tomat sekarang ini.
Sebelum Arga sempat bersuara, teman-teman OSIS sudah mendorongnya keluar dari aula NuGa seraya memberikan semangat. Hampir saja Arga balik kanan karena merasa tidak sanggup untuk malam ini sebelum urung ketika mendapati Tata mengepalkan tangan, memberi peringatan keras. Arga menghela napas berat, mau tidak mau berjalan menuju tengah lapangan, di mana terlihat Runa berdiri di sana.
Cahaya rembulan purnama malam ini sukses membuat suasana menjadi syahdu. Langit bersih tanpa awan sedikit pun, seolah mendukung Arga untuk membuat pernyataan perasaan pada Runa. Iya, confess. Tanpa sadar, Arga menggigit bibir bagian bawah, bisa merasakan seisi kepalanya mendengungkan satu nama: Runa. Perlahan, momen bersama cewek itu kembali terulang. Ah, momen-momen manis itu.
Apa Runa akan menerima perasaannya? Ah, Arga bahkan tidak sempat berpikir untuk saat ini, terlebih saat dilihatnya Runa berbalik dan tersenyum lebar padanya.
Untuk beberapa saat, seluruh dunia Arga dipenuhi gulali dan permen kapas saat ini.
